Umroh Via Kolombo Sri Lanka |
Umroh Bagian Satu. Umroh Via Kolombo Sri Lanka
Bulan Januari 2015 amat sangat istimewa!
Saya, mama dan adik lelaki berangkat umroh bersama-sama.
Mengapa istimewa?
Awalnya dana yang tersedia hanya cukup buat berdua, namun dengan mengumpulkan berbagai informasi plus kesabaran untuk menunggu beberapa bulan lagi tentu sambil menabung dong ya, akhirnya niat kami di ijabah Sang Khalik, bisa berangkat bertiga.
Alhamdullillahirobbilalaamiin.
Saat mendengar kabar sukacita
ini, sayapun mulai mempersiapkan diri dengan berbagai informasi. Cukup
mengetikkan kata “umroh”, mbah Google siap berbagi. Terimakasih teknologi!
Mama dan adik lelaki saya tinggal
di Lubukpakam Sumut, sementara saya di Balikpapan, Kaltim. Jadi, tidak semua acara manasik
dapat saya ikuti. Untuk itu, tanggal 14 Januari saya diminta sudah terbang ke Medan agar paling tidak bisa mengikuti manasik terakhir 15 Januari.
Seminggu sebelum
keberangkatan tiket sudah dipesan untuk mencegah hal-hal yang tidak
diinginkan, padahal saat itu isu kecelakaan pesawat Air Asia masih hangat
dibicarakan. Terus terang rasa was-was kerap melintas di pikiran. Namun, suami
saya mengingatkan, berdoalah, minta perlindungan agar senantiasa selamat dalam
perjalanan hingga kelak kembali ke Balikpapan. Terima kasih, sayang.
Pesawat Lion yang saya tumpangi
telat 1 jam dari jadwal semula 11.35. Biasanya pesawat transit di Jakarta,
namun kali ini di Batam. Saya dapat tempat duduk no. 8F, hasil check in online di website Lion. Saat itu saya
adalah penumpang pertama, jadi bisa pilih tempat duduk suka-suka. Asyik ya.
Di samping saya adalah ibu dengan
anak balitanya yang ingin pulang ke Batam setelah menghabiskan liburan di rumah
saudaranya di Balikpapan. Sebenarnya ibu belum mau pulang, namun dia mendapat
telepon bahwa anak pertamanya tidak mau sekolah, sampai sang ayah kebingungan
dan akhirnya meminta ibu agar segera pulang untuk membereskan masalah. Ada-ada
saja yah.
Untung banget nih, Yasmin anak saya, suka banget pergi sekolah, karena katanya, “Asyik, Bunda di sekolah, ketemu teman-teman, guru dan bermain”. Jadi, saya tak perlu khawatir untuk soal yang satu ini.
Untung banget nih, Yasmin anak saya, suka banget pergi sekolah, karena katanya, “Asyik, Bunda di sekolah, ketemu teman-teman, guru dan bermain”. Jadi, saya tak perlu khawatir untuk soal yang satu ini.
Selama dalam penerbangan, saya
perhatikan ibu kerap memandang ke luar jendela. Mau tak mau hal itu memicu penasaran saya
juga.
“Kalau lihat awan, jadi teringat
kecelakaan Air Asia”, ibu membuka percakapan
“Glek!, saya menelan ludah, hadeh
ibu,, kog malah membuka luka lama” cemas saya
“Iya, Bu”, mari kita sama-sama
berdoa ya bu. Otomatis saya menggenggam tangan ibu dan kami berbagi senyuman.
Melihat hal tersebut balita ibupun ikut tersenyum.
Beberapa kali pramugari
mengingatkan agar tetap mengenakan sabuk pengaman, sesekali pesawat seperti
terbatuk saat memasuki gumpalan awan. Meski saya telah mencoba, pikiran akan
kecelakaan Air Asia setia bermain di pikiran. Walhasil, untaian doa tiada henti
saya panjatkan. Senyum Yasmin dan suami silih berganti hadir di ingatan.
Terima kasih Tuhan,, kami
mendarat mulus di Hang Nadim Batam. Kembali saya dan ibu berbagi senyuman. Kami pun berpisah, saya terus ke bagian transit, ibu langsung ke rute pengambilan bagasi.
Asyik, ini pertama kali
menginjakkan kaki di Batam meski cuma di bandara Hang Nadim. He he he he. Begitu keluar
dari pesawat, saya langsung menyiapkan,,,,, yup ,, tongsis. Pose narsis dengan pernak-pernik kuis, Ha ha ha ha
Kemungkinan untuk tersesat di
Bandara Hang Nadim sangat kecil, karena begitu keluar dari perut pesawat, kita
segera masuk dalam lorong yang hanya memiliki satu arah lengkap dengan anak
panah dan petugas darat yang siap membantu. Saya menunggu penumpang sepi, dan
klik beberapa posepun terdokumentasi. Uhuiiiii.
Saya mengikuti lorong kedatangan yang akhirnya berujung di
counter transit. Ternyata ruang tunggu dan masjid berdekatan. So, tak perlu
buang waktu saya segera sholat Jamak Qashar Zuhur dan Ashar.
Tak lama saya mendengar gemuruh dalam perut saya. Ho ho ho ternyata usus saya protes minta diisi.
Restoran padang jadi pilihan. Nasi putih + kuah gulai + daun
singkong rebus + telor balado mampu menenangkan perut saya. Aman!
Waktu masih cukup, saya habiskan berjalan-jalan di seputaran
restoran yang berbagi dengan beberapa outlet oleh-oleh khas Batam.
Sekilas saya tangkap personil di bandara cukup ramah dan tidak pelit senyum. Hal ini saya ketahui saat saya beberapa kali bertanya mengenai beberapa hal dan mereka selalu memberi jawaban diikuti mimik ramah plus senyuman.
Jadi ingat ungkapan dari Tiongkok.
Orang yang tidak bisa senyum dilarang buka toko
Nah,, mungkin mereka pernah baca ya.. jadi mereka rajin senyum.
Tak lama suara panggilan dari pesawatpun bergema.
Saya habiskan waktu dengan menulis catatan di gadget hingga tak terasa pesawat mendarat sempurna di KNIA dalam waktu 1.5jam. Alhamdullillahirobillalamin.
~~~~~
Kami berangkat umroh 17 Januari 2015 via Kualanamu dengan pesawat
Mihin Lanka.
Jamaah diminta berkumpul jam 1500, meski pesawat berangkat 1730, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
Sebelum memasuki ruang tunggu kami menjalani pemeriksaan imigrasi. Paspor di beri stempel segitiga "Departure Kualanamu, 17 Januri 2015".
Interior pesawat masih terawat baik. Sepertinya ini memang masih
baru. Uniknya semua penumpang adalah jamaah umroh. Lagi-lagi menurut saya,
armada ini jelas memang untuk pengangkutan jamaah umroh.
Begitu masuk perut pesawat, awak pesawat langsung memberi salam “Ayubowan sembari merapatkan 10 jari di atas dada, percis seperti budaya Jawa. Kami di minta duduk tanpa harus sesuai nomor boarding pass, awalnya sedikit terjadi kericuhan, karena jamaah berteriak-teriak memanggil sahabat ataupun keluarga. Salah seorang awak pesawat minta tolong ke adik saya agar semua penumpang segera duduk dengan rapi karena pesawat akat “take off” sebentar lagi.
Untunglah semua masih terkendali.
Begitu masuk perut pesawat, awak pesawat langsung memberi salam “Ayubowan sembari merapatkan 10 jari di atas dada, percis seperti budaya Jawa. Kami di minta duduk tanpa harus sesuai nomor boarding pass, awalnya sedikit terjadi kericuhan, karena jamaah berteriak-teriak memanggil sahabat ataupun keluarga. Salah seorang awak pesawat minta tolong ke adik saya agar semua penumpang segera duduk dengan rapi karena pesawat akat “take off” sebentar lagi.
Untunglah semua masih terkendali.
Tak tahan segera kusiapkan tongsis untuk merekan pengalaman pertama di kabin pesawat kinclong ini. Entah kapan akan terulang lagi. Hanya Ilahi Robbi yang Maha Mengetahui.
Percis jam 1730 kamipun meninggalkan KNIA menuju Kolombo.
Penerbangan akan ditempuh selama 2.5 jam.
Usai peragaan standar keselamatan, pramugari menyajikan makanan bistik ayam plus nasi putih yang menurut lidahku seperti kekurangan air. Kurang empuk. Untung ada coklat batang dengan "Mihin Lanka" tertera di kemasan. Saya simpan buat oleh-oleh. Ha ha ha ha, Coklat Kolombo eeee. Lebaydotcom.
Sepanjang perjalanan saya membaca buku kumpulan doa & zikir, sambil sesekali melirik pemandangan lewat jendela. Perbedaan waktu Medan dengan Kolombo adalah 1.5 jam, dimana waktu Kolombo lebih lambat.
Mama, sejak pesawat "takeoff" sudah menutup mata, tak kuasa menahan kantuk. Hanya terbangun saat makan tadi, sementara Roni, adik saya juga sesekali mencoba tidur dan membaca buku yang sama.
Percis jam 1800 waktu Kolombo kami mendarat. Memasuki pemeriksaan imigrasi, terjadi penumpukan massa. Ada apa? Ternyata sistem imigrasi sedang "down, demikian informasi yang kami terima. Kesabaran kami sedang diuji.
Kurang lebih satu jam menanti, akhirnya kami bisa memulai pemeriksaan. Kali ini paspor mendapat ekstra stempel di antaranya "barcode" dari Imigrasi dan Emigrasi, "permitted land" dan terakhir "embarked" dari Imigrasi. Total 3 stempel.
Kurang lebih satu jam menanti, akhirnya kami bisa memulai pemeriksaan. Kali ini paspor mendapat ekstra stempel di antaranya "barcode" dari Imigrasi dan Emigrasi, "permitted land" dan terakhir "embarked" dari Imigrasi. Total 3 stempel.
Makan malam tersaji secara "buffee", prasmanan. Saking laparnya, saya lupa mengabadikannya. Maklumlah perbedaan waktu telah membuat perut lapar berat walhasil mau berfotopun tak sempat. Tak sempat berpikir. Ha ha ha
Menu sup menjadi pilihan utama, disusul nasi goreng. Sebagai penutup saya pilih puding dan aneka cake yang "yummy". Mantap!. Lupa deh sama FC. Food Combining, sudah lupa tuh! Ha ha ha ha..
Selanjutnya, kami digiring ke kamar buat istirahat. Kali ini saya sempat berpikir untuk berfoto. He he he he, sebelum kamar porak poranda, dan berhasil membujuk mama foto sambil tertawa. Hore!. Iya,, Mama suka gak pede, katanya giginya sudah banyak yang ompong. He he he he.
Malam itu kami istirahat dengan pulas berselimutkan pengalaman umroh via Sri Lanka dan menyiapkan fisik Menuju Nabawi.