Selanjutnya, menuju counter imigrasi. Kembali kami berbaris lagi. Antri lagi. Pemeriksaan lagi. Paspor dan boarding pas harus diperlihatkan.
Kisah yang tak kalah seru sebelumnya yuk bisa disimak di Umroh Bagian Satu dan Umroh via Sri Lanka.
Kali ini antrian tak begitu panjang, karena counter tersedia cukup banyak. Dan petugas sungguh cekatan.
"Sri Lanka Immigration" 396 - 18 Jan 2015 "EMBARKED" begitu tertera di stempel!
Berbondong-bondong kami berbegas menuju ruang tunggu keberangkatan. Degup jantung perlahan mulai beraksi, agaknya adrenalin sudah mengambil kendali. Kami terus berjalan melewati koridor panjang yang cukup luas, sesekali kami berpapasan dengan rombongan besar.
Belakangan saya ketahui koridor ini juga merupakan akses masuk dan keluar dari ruang tunggu plus penumpang yang baru turun dari perut pesawat.
Belakangan saya ketahui koridor ini juga merupakan akses masuk dan keluar dari ruang tunggu plus penumpang yang baru turun dari perut pesawat.
Akhirnya, kami tiba di sebuah counter “Saudia”, ruangannya cerah, dengan lantai berkarpet dan didominasi jamaah umroh dan hei lihat … kami juga bisa melihat hidung pesawat menyembul dengan bodi yang super ... gembul.
Subhanallah,, besar nian pesawat itu. Benar saja, pesawat haji/umroh ini terdiri dari dua lantai. Kapasitas penumpang kurang lebih hampir 1000 orang dan umumnya di dominasi para tamu Allah.
Pemeriksaan cukup ketat. Awalnya wanita dan pria bercampur berada dalam jalur yang sama, namun begitu mendekati pintu pemeriksaan terakhir kami diminta memisahkan diri. Boarding pas tetap ada di tangan, jaga-jaga kalau nanti ada pemeriksaan.
Pemeriksaan cukup ketat. Awalnya wanita dan pria bercampur berada dalam jalur yang sama, namun begitu mendekati pintu pemeriksaan terakhir kami diminta memisahkan diri. Boarding pas tetap ada di tangan, jaga-jaga kalau nanti ada pemeriksaan.
Mendekati perut pesawat, keharuan seketika menyelimuti. Nafas panjang saya hembuskan, mencegah airmata menetes di pipi. Tak berhasil. Tetap air menganak di mata, lolos mengalir membasahi pipi hamba.
Dari tempat berdiri, pemeriksaan di pintu masuk, dapat saya nikmati. Awak pesawat pria dan wanita memeriksa teliti. Angkat tangan kanan dan kiri, sebuah alat pendeteksi di tempelkan mulai dari ujung kaki, bergerak ke sela-sela paha, perut, ketiak, punggung dan atas kepala.
Tas pun tak luput, harus dibuka juga. Usai menikmati itu, saya arahkan pandangan ke perut pesawat. Kini semakin jelas, logo dan kegiatan yang sedang berlangsung. Mobil catering sedang membongkar logistik. Kira-kira menunya apa ya? He he he.
Tas pun tak luput, harus dibuka juga. Usai menikmati itu, saya arahkan pandangan ke perut pesawat. Kini semakin jelas, logo dan kegiatan yang sedang berlangsung. Mobil catering sedang membongkar logistik. Kira-kira menunya apa ya? He he he.
Tibalah giliran saya! Sesaat pramugari cantik melap keringat di wajahnya. Siang ini panas sungguh terik, meski belalai dilengkapi alat pendingin, tak kuasa menyulap ruangan jadi sejuk dan segar. Pas! Tak ada masalah saya masuk. Kembali seorang awak pesawat menyambut sembari meminta nomor tempat duduk.
“Terus ibu”, katanya dalam bahasa Indonesia sambil menebar senyum manis, seketika kebanggaan dan keharuan menghinggapi. Bersemayam jauh di lubuk hati!. Senyum tak kalah manis, saya hadiahkan kepadanya.
Percis seperti quote dari Nelson Mandela
Tanpa kesulitan, tempat duduk saya temukan. Kali ini saya dan mama terpisah, namun tak begitu jauh.
Benar seperti dugaan saya, penumpang di dominasi jamaah umroh. Terlihat jelas jamaah umroh Indonesia gampang di atur, begitu dapat nomor langsung duduk manis pasang seatbelt. Kontroversi dengan penumpang lain, agaknya mereka dari Srilanka. Hilir mudik, ke sana kemari, sampai-sampai Pak Kapten turun tangan.
Beliau meminta dengan suara tegas agar penumpang segera duduk, karena pesawat akan tinggal landas. Permintaan pertama belum berhasil, kegaduhan masih kental terasa! Beliau kembali mengulang permintaanya, kali ini suaranya sudah jauh dari ramah. Berhasil! Keadaan berangsur tenang.
Kembali suara pengumuman bergema, perlahan pesawat bergerak menuju “runway”, tepat jam 1200 waktu Kolombo.
Perjalanan ke Jeddah akan di tempuh dalam waktu kurang lebih 6 jam. Buku doa segera menemani, sementara di luar mentari masih sangar “unjuk gigi”.
Tak sampai setengah jam, suara roda kereta makanan memecah lamunan. Saatnya makan siang!
Menu nasi putih, kari ayam, puding dan buah sungguh menerbitkan selera! Semua ludes memenuhi perut. Hehehe. Alhamdullillah. Nikmat sekali!
Seperti biasa penyakit kronis setelah makan, ngantuk pun menghinggapi. Tidur-tidur ayam tepatnya. Sesekali saya memperhatikan monitor TV besar yang berisi informasi tentang, sudah berapa lama kami terbang, waktu terkini, jarak yang telah dan akan di tempuh lengkap dengan estimasi waktu tiba.
Kebanyakan jamaah tertidur, untuk menghemat tenaga. Sesuai pesan Pak Ustad Siregar, sesampainya di Jeddah kami akan langsung ke Madinah dengan bis malam. Sama, perjalanan akan di tempuh dalam waktu enam jam juga.
Secara umum perjalanan kami lancar, aman dan terkendali. Mainstream banget yak, kata-katanya. Hahaha...
Cuaca cerah dengan sedikit berawan mendominasi sepanjang perjalanan. Saya selalu tergoda melirik monitor TV yang tepat berada di seberang tempat duduk. Isinya tentang ketinggian pesawat, koordinat dan kadang-kadang lokasi yang sedang dilewati.
Sesekali saya melongok ke luar jendela, lagi-lagi keharuan menjalari seluruh raga. Perjalanan ini sungguh nikmat tak terhingga melebihi dunia dan seisinya.
Mama tertidur pulas, meski terlihat lelah, namun segaris senyum dan aura sukacita, siapa pun pasti bisa merasakannya.
Saya sampai lupa berjalan berkeliling mencari adik, karena kami terpisah lokasi. Saya percaya, dia juga pasti diselimuti rasa syukur bertubi-tubi dengan perjalanan rohani ini.
Hmmm... kira-kira pengalaman apa ya yang menanti kami di Jeddah, Madinah di umroh musim dingin ini?
Kebanyakan jamaah tertidur, untuk menghemat tenaga. Sesuai pesan Pak Ustad Siregar, sesampainya di Jeddah kami akan langsung ke Madinah dengan bis malam. Sama, perjalanan akan di tempuh dalam waktu enam jam juga.
Secara umum perjalanan kami lancar, aman dan terkendali. Mainstream banget yak, kata-katanya. Hahaha...
Cuaca cerah dengan sedikit berawan mendominasi sepanjang perjalanan. Saya selalu tergoda melirik monitor TV yang tepat berada di seberang tempat duduk. Isinya tentang ketinggian pesawat, koordinat dan kadang-kadang lokasi yang sedang dilewati.
Sesekali saya melongok ke luar jendela, lagi-lagi keharuan menjalari seluruh raga. Perjalanan ini sungguh nikmat tak terhingga melebihi dunia dan seisinya.
Mama tertidur pulas, meski terlihat lelah, namun segaris senyum dan aura sukacita, siapa pun pasti bisa merasakannya.
Saya sampai lupa berjalan berkeliling mencari adik, karena kami terpisah lokasi. Saya percaya, dia juga pasti diselimuti rasa syukur bertubi-tubi dengan perjalanan rohani ini.
Hmmm... kira-kira pengalaman apa ya yang menanti kami di Jeddah, Madinah di umroh musim dingin ini?
Apa yg di ributkan penumpang asal srilangka sampai susah di suruh duduk dan mondar mandir ???
BalasHapusUmumnya mereka berangkat dalam satu kelompok besar, dan ternyata saat check in, tempat duduk mereka terpisah satu sama lainnya. Mereka ingin memastikan bahwa anggota keluarga sudah menemukan tempat duduk, hilir mudikpun tak terhindarkan, bahkan hingga pesawat mau take off.
BalasHapusDemikian sekilas info, bro ~_*
Orang Indonesia memang nurut2, kecuali yang nggak nurut. Hehehee.... Omku juga punya jasa umroh & haji. Berhubung beliau banyak membawa orang kampung, jadinya malah manut2, takut ilang. Kalaupun ada yg tersesat biasanya karena nggak ngeh terbawa arus rombongan lain.
BalasHapusSaat itu aku tanya sama awak pesawat asal Malaysia, ternyata penumpang eks Sri Lanka sering begitu. Terus, aku tanya lagi, Indonesia gimana? Dia tersenyum manis dan mukanya langsung cerah. No. Indonesia's passanger is very good! Gampang diatur, sopan, ramah dan penurut.
BalasHapusAku bangga sekali saat itu, bunda ~_*
Lalu kamipun tenggelam dalam percakapan akrab selanjutnya...
bangga jadi bangsa Indonesia, masa mesti bangsa Jepang yang dipuji2 karena tertib dan disiplin, bangsa kita enggak kalah ya :)
BalasHapusWalau di dalam negeri suka bersikap sesukanya, ga mau antri, ga mau diatur, tapi aku sering perhatikan, masyakarakat kita tuh ga malu2in lho. Tau aturan. Bangga deh jadi orang Indonesia. I love my country. :)
BalasHapusLanjut ah!
Nah ntu dia, yang bikin daku tersepona, eh terpesona :)
BalasHapusBenerrr banget kmaren di fly emirat sampe kesel pramugrarinya orang sri lanka duduk seenaknya ma mondar mandir terus hehhehe dannnn benerrr bangett laskar2 di mesjid nabawi dan mesjidil haram sana ituu lebih fasih bahasa indonesia dibanding melayu india dll kangenn yaa mo.kesana lagii
BalasHapusInsya Allah... Insya Allah
HapusBenerrr banget kmaren di fly emirat sampe kesel pramugrarinya orang sri lanka duduk seenaknya ma mondar mandir terus hehhehe dannnn benerrr bangett laskar2 di mesjid nabawi dan mesjidil haram sana ituu lebih fasih bahasa indonesia dibanding melayu india dll kangenn yaa mo.kesana lagii
BalasHapusGa sabar menunggu oktober :). Mau melihat rumah Allah juga. Semoga pengalamanku nanti juga smooth seperti mba :)
BalasHapusSaat itu musim panas kayaknya ya.
HapusAyo browsing mba, tip umroh di musim panas.
Kebetulan aku kemarin pas musim dingin, jadi cuma bisa berbagi itu saja :)
kenapa penumpang dari srilanka mondari mandir dan tidk langsung duduk ya mbak? mereka mau ngapain?
BalasHapusRupanya mereka berangkat dalam grup besar namun tempat duduknya berserakan.
HapusJadi semua orang ingin memastikan sahabat atau kerabat sudah dapat tempat duduk. Menurutku harusnya ini tugas ketua rombongan ya.
Jadi bisa dibayangkan kalau setiap orang ingin memastikan kerabatnya sudah dapat tempat duduk. Jadilah mereka mondar-mandir sambil bicara dengan bahasa mereka. Berisik banget dan sangat mengganggu!
Atau boleh jadi, mungkin ini pengalaman pertama mereka kali ya naik pesawat sebesar ini.
Tapi kata awak pesawat ini tipikal jamaah asal Sri Lanka :).
Saat itu aku bangga banget jadi jamaah umroh Indonesia.
Semua teratur, kalem, meski banyak di antara mereka sudah uzur dan juga baru pertama naik pesawat :).
Tapi sebelumnya, saat manasik, kami juga sudah diberi arahan sama Pak ustad, yang muda diminta menolong sekaligus mendampingi jamaah yang sudah uzur, kapan saja di mana saja!
Barokallah...
Alhamdulillah kalau dari Indonesia pada tertib ya, Mbak
BalasHapusIya, mba.
HapusAlhamdullillah
nah, paling sebel kalo ada grup penumpang yang heboh begini.
BalasHapusapa susahnya tinggal duduk sesuai nomor kursi, kan ya semua pasti dapet tempat duduk, gak ada tiket berdiri. hihhihi