4 Kiat Terciptanya Bahagia di Rumah. Sejujurnya saat memutuskan berhenti kerja beberapa tahun yang silam sama sekali aku belum punya rencana apa-apa terhadap diriku. Masih kelam. Jangan ditiru ya!
Kuakui keputusanku agak emosionil karena keadaan buah hati yang saat itu sedang sakit. Karena kami tinggal beda domisili, keadaan seperti ini sangat menguras tenaga dan pikiran. Dan aku harus membaginya lagi dengan beban pekerjaan.
Saat itu yang terpikir hanya bagaimana agar bisa terbang dan sampai di sisi ananda. Memberi dorongan semangat, kekuatan agar kembali pulih keadaan.
Saat itu yang terpikir hanya bagaimana agar bisa terbang dan sampai di sisi ananda. Memberi dorongan semangat, kekuatan agar kembali pulih keadaan.
Menurut info dari suami sudah beberapa hari ini Yasmin muntah-muntah dan kehilangan selera makan, meski sudah dibawa ke dokter dan minum obat. Mungkin kangen sama bunda, tambah suamiku. Duh... hatiku semakin kelabu.
"Yasmin, kangen sama bunda?"
Itulah pertanyaan retorik yang aku ajukan sesampainya di rumah sembari memeluk dan menciuminya, melabuhkan rindu yang membara.
Mata indahnya mengerjap sendu. Dan itu cukup untukku!
Namun jauh di lubuk hati sebenarnya aku sendiri masih belum yakin dengan keputusanku ini.
Namun jauh di lubuk hati sebenarnya aku sendiri masih belum yakin dengan keputusanku ini.
Atasanku seperti mencium sikap menduaku. Dan beberapa kali menelepon mencoba mengajakku bergabung kembali, meski surat pengunduran diri telah resmi aku submisi. Gundah merayap dengan mudah. Namun dengan dukungan suami dan meminta petunjuk lewat doa yang kubisikkan dari balik sajadah, hatiku mantap untuk berkarir dari rumah.
Awalnya aku merasa baik-baik saja melakoni profesi anyar ini. Ada banyak ibu rumah tangga di luar sana yang mampu melakukan itu semua. Dan kelihatannya mereka baik-baik saja. Lalu, apa bedanya dengan aku!
Namun perlahan tapi pasti aku rindu sekali bermandikan perasaan itu lagi. Penuh semangat setiap bangun pagi untuk memulai hari seperti yang biasa aku alami, menemukan hal baru. Entah mengapa, aku sangat menikmati banget momen itu.
Menjadi wanita karir adalah juga impianku dan ibu. Ibu tak ingin kami anaknya yang berempat ini kelak kembali mengalami keadaan memprihatinkan. Solusinya hanya satu, bekerja kantoran seperti orang kebanyakan.
Menjadi wanita karir adalah juga impianku dan ibu. Ibu tak ingin kami anaknya yang berempat ini kelak kembali mengalami keadaan memprihatinkan. Solusinya hanya satu, bekerja kantoran seperti orang kebanyakan.
Hampir 30 tahun menjadi wanita yang bekerja di kantor dan memiliki penghasilan sendiri, merupakan kesenangan dan kebanggaan tersendiri. Aku merasa hidupku setiap detiknya dihiasi, dipenuhi dan diberkahi dengan kebahagiaan.
Bayangkanlah! Adakah yang lebih sempurna dari itu?
Namun kenyataan berbicara lain. Terus menerus melakukan aktivitas rutin ternyata bisa memicu stress.
Aku membuktikan dan mengalami sendiri. Kreativitas berkurang, mudah tersinggung, gampang marah dan kerap merasa hampa. Merasa tidak berguna, konon pula merasa bahagia.
Bagaimana mungkin aku bisa membahagiakan anggota keluarga lainnya jika aku sendiri tidak bahagia? Itu nonsens! Ada sesuatu yang salah di sini, dan harus berhenti!
Bagaimana mungkin aku bisa membahagiakan anggota keluarga lainnya jika aku sendiri tidak bahagia? Itu nonsens! Ada sesuatu yang salah di sini, dan harus berhenti!
Maka mulailah aku mencari tahu, menggali informasi. Karena aku gemar berinternet ria, ke sanalah aku dominan bertanya sekaligus menemukan jawabannya. Memang sih tidak secara langsung seperti menemukan dompet di taman tengah kota. Tapi aku harus pintar memilah artikel yang sesuai dengan suasana hati dan jiwa.
- Aku tak mau jadi orang stress dan berakhir depresi!
Kata kunci bahagia aku ketikkan di mesin pencari dan mulailah aku melakukan riset kecil-kecilan terhadap kehidupanku dan menemukan hal-hal berikut yang membuat aku #bahagiadirumah.
Bahwa bahagia itu harus kita ciptakan sendiri karena semua berasal dari otak.
Hal pertama yang aku pikirkan adalah menjalani dan melakukan kegiatan yang aku sukai. Mengapa? Karena saat melakukan sesuatu yang kita sukai pasti akan ada gairah. Gairah adalah energi! Gairah mampu menutupi semua kekurangan fisik, emosi dan intelektual. Luar biasa! Pernah merasakannya?
Setelah sarapan biasanya putriku Yasmin akan menghabiskan waktu sampai sore di sekolah. Berangkat bareng pak suami sekaligus mengantar Yasmin ke sekolah. Karena wiraswasta, jadwal pulang tak menentu. Alias tidak memiliki jam kerja tenggo. Tahukan maksudku? Jam 7 pagi teng pergi, dan jam 5 teng, go. Pulang maksudnya. Hahaha... Ini istilah populer yang aku dapatkan saat jadi karyawan dulu.
Kebetulan di rumah aku senang banget main internet dari laptop. Awalnya hanya cuma mencari artikel, resep dan melepas kangen dengan sobat dunia maya. Dan di antara kegiatan sehari-hari ini aku menemukan kembali gairah masa kecil yang dulu sempat aku gandrungi.
Kebetulan di rumah aku senang banget main internet dari laptop. Awalnya hanya cuma mencari artikel, resep dan melepas kangen dengan sobat dunia maya. Dan di antara kegiatan sehari-hari ini aku menemukan kembali gairah masa kecil yang dulu sempat aku gandrungi.
Menulis. Iya, menulis. Awalnya aku menjadi penonton di antara media sosial buzzer yang telah malang melintang di dunia maya. Seperti anak kecil yang mengintip malu-malu dari balik gorden karena ketahuan. Menoleh ke kiri dan ke kanan.
Perlahan irama dan ketukan aku dapatkan, lalu meningkat ke penyesuaian, bergerak mengikuti irama, meresapi dan akhirnya kutemukan iramaku sendiri. Hei, aku menemukan dan menciptakan kebahagiaan di sini. Iya, kebahagiaanku sendiri.
Dengan menjadi media sosial buzzer, bukan hanya kebahagian yang aku dapatkan namun juga penghasilan. Bermula dari sampel produk, pulsa, uang tunai, gadget hingga paket perjalanan ke luar negeri ke Jepang misalnya. Semua dari hobiku menulis.
Dan dalam menggeluti hobiku yang satu ini, aku harus berani eksplor diri jika ingin dilirik para juri. Catat ya eksplor diri, bukan eksplor bodi. Hihihi...
Untuk itu aku harus terus belajar dan belajar. Dari siapa saja. Menambah wawasan dengan banyak membaca. Yang pasti, semakin sering dan berani aku mengeksplor diri tanpa disadari semakin dalam aku menggali potensi diri. Otomatis semakin terdongkrak juga kepercayaan diri. Kini aku bahkan punya blog pribadi tempat aku berbagi.
2. Banyak Bersyukur
Yup! Banyak bersyukur membuat hati bahagia. Termasuk #bahagiadirumah. Seperti yang aku sebutkan di atas, bagaimana mungkin bisa membahagiakan anggota keluarga lainnya jika kita sendiri tidak bahagia. Mustahil!
Kog bisa?
Dengan banyak-bersyukur aku terhindar dari stress. Tekanan. Karena aku percaya masih banyak orang di luar sana yang tidak seberuntung diriku.
Dengan banyak bersyukur membuat hidup lebih bahagia dan hati jadi tentram. Ada banyak nikmat dan karunia yang Tuhan limpahkan kepada keluargaku seperti nikmat sehat, anak yang cerdas lagi solehah (Insya Allah) dan pasangan yang sekaligus sahabatku tempat bertukar pikiran dan melabuhkan cinta.
Meski plafon rumah sudah mulai menghitam karena setiap hujan turun dan genteng bocor, jamurpun semakin ganas, dan masih suka gugup saat nominal angsuran mobil belum cukup, sementara tanggal jatuh tempo hampir menjelang, atau cat rumah yang sudah mengelupas dan hanya kesuraman yang membekas.
Syukurlah kami sebagai pasangan selalu saling mengingatkan. Kami sepakat dan percaya bahwa kebahagiaan bukan melulu diukur dari uang dan kekayaan. Tapi kami juga tidak alergi dengan hal-hal duniawi, kawan.
Lalu, nikmat mana lagi yang aku dustakan?
3. Selalu Berpikir Positip
Untuk yang satu ini aku yakin banget. Bahwa berpikir positif itu bagai kerangka kontruksi bangunan. Berpikir positif itu merupakan sikap mental yang melibatkan proses mulai dari pikiran-pikiran, kata-kata dan bermuara pada budi pekerti.
Berpikir positif memberi kebahagiaan, suka cita dan kesehatan. Yang ada hanya fokus dan sibuk terus menerus memperbaiki diri. Tak ada bahkan tak sempat lagi berburuk sangka atau memikirkan keburukan orang lain. Tentu saja, wong kita sudah sedemikian sibuk dengan diri sendiri.
Memandang segala sesuatu dari persfektif positf memberi dimensi baru. Kebiasaan ini juga menambah kemampuan menemukan ide dan solusi. Walhasil aku jadi gemar mencoba dan pengalaman baru adalah konsekuansinya.
Memandang segala sesuatu dari persfektif positf memberi dimensi baru. Kebiasaan ini juga menambah kemampuan menemukan ide dan solusi. Walhasil aku jadi gemar mencoba dan pengalaman baru adalah konsekuansinya.
Baca juga : Berani Lebih Eksplorasikan DiriMengagumkan! Meski aku tahu ada banyak orang yang menganggap berpikir positif hanyalah omong kosong dan bahkan menertawakan. Aku tak bisa memaksa mereka melakukan hal yang sama.
4. Menciptakan Suasana Intim
Aku percaya kepada kekuatan suasana yang penuh keintiman. Misalnya lewat sentuhan. Satu sentuhan lebih berarti dari seribu kata-kata. Menciptakan suasana intim dengan suami dan anak adalah hal yang menjadi prioritasku. Berbagi berpelukan dan ciuman dengan pasangan dan anak menjadi ritual di rumah kami.
Atau di lain waktu lewat sajian kuliner istimewa. Membuat menu istimewa ala resto favorit kami sekeluarga. Masih tetap dengan konsep sederhana dan aku bahagia mengeksekusinya. Bukan memaksa diri dan akhirnya akan kecapekan sendiri.
Atau di lain waktu lewat sajian kuliner istimewa. Membuat menu istimewa ala resto favorit kami sekeluarga. Masih tetap dengan konsep sederhana dan aku bahagia mengeksekusinya. Bukan memaksa diri dan akhirnya akan kecapekan sendiri.
Ingatlah, cinta bukanlah sesuatu yang hanya untuk dimiliki tetapi ia perlu dibagi. Penelitian dan dokumentasi tentang hal ini tak perlu diragukan lagi.
Aku yakin kebahagiaan bukanlah tujuan tetapi perjalanan. Perjalanan tanpa henti dan tak berujung.
Tahukah kamu?
Satu kebahagiaan kecil dari rumah bisa bergulir... bagai bola salju. Kebahagiaan seperti juga kesusahan bisa menular kepada siapa saja. Bisa menerima adalah berkah. Namun mampu memberi adalah anugerah.
Jadi tidak ada kata terlambat, mari mulai berbagi kebaikan dan kebahagiaan. Mulai dari saat ini!
Satu kebahagiaan kecil dari rumah bisa bergulir... bagai bola salju. Kebahagiaan seperti juga kesusahan bisa menular kepada siapa saja. Bisa menerima adalah berkah. Namun mampu memberi adalah anugerah.
Jadi tidak ada kata terlambat, mari mulai berbagi kebaikan dan kebahagiaan. Mulai dari saat ini!
Semoga 4 kiat terciptanya bahagia di rumah ini bermanfaat.