Pages - Menu

Kamis, 23 Agustus 2018

Pengalaman Operasi Bedah Mulut Infeksi Akut Gigi Geraham


bedah-mulut-gigi-geraham

Begini cerita Pengalaman Operasi Bedah Mulut Infeksi Akut Gigi Geraham dengan bius total. Well, biar lebih nyambung, simak drama yang tak kalah seru sebelumnya di Pengalaman Bedah Mulut Infeksi Akut  ya.

*****

Positif, aku gagal bedah karena harus ngantri kamar bedah. Terus terang, aku juga baru tahu kalau bedah itu kudu ngantri, xixixi...

Adakah di antara pemirsaah alami hal yang sama? Atau mungkin keluarga, sahabat atau tetangga, kudu antri kamar bedah?

Langsung terbayang aku akan ucapan dokter bahwa kasusku ini gawat dan bisa berakibat kematian.  Horor banget kan ya! *usapdahi!

Kembali ke laptop!

Aku lalu diminta membatalkan puasa dan diberi sarapan.

Hari itu beberapa teman SMA babang suami datang berkunjung saat pipiku sudah semakin montok eh bengkak dan kini pakai bonus, berwarna pink. Rupanya infeksi semakin parah!

Kini aku semakin jarang membuka mulut karena semakin sakit dan nyeri meski aku sudah mendapat injeksi anti nyeri melalui selang infus.

Malam ini aku diminta puasa lagi sejak jam 10 malam. Beklah!

Pagi hari, kabar baik datang!

Bahwa positif bedah akan dilakukan dan jam 7 pagi dokter bedah mulut akan visit!

Benarlah, jam 7 dokter datang dengan seragam militernya, cantik, segar dan super gagah!

Ia ditemani perawat jaga dengan rekam medis aku di tangannya.

"Selamat pagi, ibu!"
"Selamat pagi, bu dokter!"
"Sudah puasa kan ya tadi malam?"
"Iya, bu dokter"

Usai bicara dokter meraba pipi bengkak dan bertanya.

"Sakit?"
"Iya dok, nyeri dan berdenyut!"
"Jam 11 nanti rencana jadwal bedah, sudah siap kan ya bu? Sebentar saja kog prosesnya, paling satu jam. Ibu juga dibius total, jadi tak perlu takut ya"

Dokter memberi semangat sambil tersenyum ramah.

Nyuuus.... sejuk hatiku melihatnya. Menghapus sembilu yang sudah beberapa hari terpahat di hatiku.

Subhanallaah, mendadak aku merasa sembuh!

Kini aku semakin mahfum mengapa senyum adalah ibadah! Begitu banyak kebaikan di dalamnya. Luar biasa ya!

"Baik, dok, terimakasih!"

Aku menjawab dan membalas senyum dokter spesialis bedah mulut itu.

Mendadak adrenalin segera mengambil kembali. Membayangkan aktivitas bedah nanti.

Adegan rekaman berbagai histori bedah yang pernah aku alami, berseliweran di pikiran.

Terakhir bedah pada tahun 2010, kuretase karena keguguran saat usia kehamilan 8 minggu, janin tidak mengalami perkembangan yang signifikan.

Saat itu aku dibius total juga. Tidak ada masalah sih karena sebelumnya aku sudah 2 kali dikuret juga. Pertama tahun 1997 karena haid tak kunjung berhenti selama hampir 3 minggu, dan berikutnya tahun 2006 karena hal yang sama, keguguran, saat kehamilan berusia 8 minggu juga dan janin tidak mengalami perkembangan yang signifikan.

Baca juga : Pentingnya Mempersiapkan Kehamilan Dengan Baik

Jadi ini adalah kali ke empat aku berhadapan lagi dengan meja bedah! 1997, 2006, 2010 dan kini 2017. Iya, ini adalah pengalamanku di tahun 2017 lalu.

Kembali ke laptop!

Usai visit, dokter bersama perawat kembali ke ruang utama.

Tak berapa lama perawat tadi kembali dan izin mau mengambil darah untuk tes alergi.

"Maaf ya bu, ini agak sakit karena saya harus menyuntiknya di bawah daging"

"Ini tes anti alergi ibu, kalau nanti ibu ada alergi, di bagian yang disuntik akan terasa gatal, tapi jika tak ada gatal, berarti ibu tidak punya alergi"

Aku ingat sudah pernah alami prosedur ini sebelumnya.

Aku menutup mata dan berdoa, tapi well, tetap saja rasa seperti disilet itu mampu buat aku meringis. Perih, euuiii. Puk-puk dada sendiri.

"Ibu juga harus ganti baju ya, pakai baju bedah, kata perawat sambil menyerahkan baju berwarna hijau dengan model hanya diselempangkan kayak kimono"

Tak berapa lama babang suami datang dan aku menceritakan segalanya.

Sampai saat ini gatal tak kunjung menghampiri, berarti aku bebas alergi, alhamdullillah!

Jam 10 aku dibawa pakai kursi ke instalasi kamar bedah. Kembali adrenalin mengambil kendali, aku  terus membisikkan doa, membesarkan hati sambil membayangkan kesembuhan yang sudah menanti, melambai-lambai, dengan tatapan menggoda di seberang sana.

Babang suami mengiringi sambil menggenggam tanganku di samping kursi, bersama seorang perawat lelaki berbadan tegap yang juga prajurit TNI. Jarum infusku juga dinonaktifkan.

Sungguh aku tak menyangka bahwa akhirnya aku akan memasuki kamar bedah yang beberapa hari lalu aku foto dengan gadget saat wira-wiri menunggu giliran di ruang tunggu pasien dokter bedah mulut.

bedah-mulut-gigi-geraham

Sampai di pintu kamar bedah, babang tak bisa masuk. Doi mengecup keningku dan berbisik "Abang tunggu di luar ya sayang..."

Melewati pintu, hanya tinggal aku dan perawat TNI. Selanjutnya perawat ruangan memberikan rekam medis kepada perawat laki RO (Ruang Operasi).

Di sini sangat dingin. Brrr... aku langsung menggigil kedinginan. Apalagi sedang puasa. Klop deh. Lapar dan kedinginan. Langsung terbayang mie ayam hangat dengan topping bawang goreng, perasan jeruk nipis dan sambal. Alamak!

"Saya tinggal dulu ya bu, sampai jumpa lagi, katanya sambil menutup pintu dan berlalu" ujar perawat ruangan itu.

Selanjutnya perawat RO yang kini bertugas. Dia membawa rekam medis ke dalam ruangan sambil berkata.

"Tunggu sebentar ya, Bu"

"Beklah"

Sambil menunggu aku memperhatikan sekeliling ruangan. Sepertinya sedang ada renovasi, di sisi lain bangunan. Samar-samar aku mendengar suara ketukan yang bercampur dengan hirup pikuk suara alat kesehatan yang sedang dilempar-lempar. Klonteng,klonteng! Berisik banget! RO kog berisik gini, ya, ucapku dalam hati, hihihi.

Tak lama perawat tadi kembali dengan tambahan satu perawat laki, di tangannya ada sebuah kostum lagi.

"Ibu, harus ganti baju lagi, itu ruangannya, katanya sambil menunjuk sebuah ruangan"

"Maaf, apa saya bisa ke kamar mandi dulu, tanyaku?"

"Silahkan bu, lewat sini!"

Karena kedinginan, keinginan buang kecil begitu dominan. Padahal aku puasa lho, apa yang mau dikeluarkan. Brrrr... kembali aku menggigil kedinginan.

Aku lalu berganti baju. Tipikal baju kamar bedah. Seperi kimono dan kancingnya hanya berupa tali di bagian belakang. Panjangnya melewati lutut, berwarna hijau, lagi!

Kembali ke ruangan semula aku sudah dinanti kedua perawat tadi.

"Silahkan bu naik ke sini, katanya sambil menunjuk tempat tidur"

Inilah saatnya dalam hatiku!

Saat mau naik ke tempat tidur, tak sengaja aku memegang pinggiran besi dan hiiii... dingin sekali! Tambah horor aja nih!

"Tunggu sebentar ya, bu, baring-baring saja dulu"

Aku ditinggal di lorong sendiri. Kembali aku mengigil kedinginan, hihihi.

Tak lama salah seorang perawat tadi kembai lagi.

"Kita sekarang ke kamar bedah ya bu"

Tempat tidur bergerak. Srrrt... srttt... srttt

Ternyata di dalam sudah ada tim yang menanti, 2 perawat lainnya dengan pakaian lebih lengkap. Pakai penutup mulut.

Aku diminta pindah tempat tidur lagi. Kali ini tepat di bawah lampu yang amat-sangat terang.

"Apa kabar bu, sudah pernah dibedah sebelumnya?"

"Sudah, Mas. Dikuret sih"

"Tahun berapa itu?"

"Terakhir tahun 2010"

"Wah sudah lama juga ya"

"Ibu, boleh lho sambil baca-baca doa"

Perawat kembali mengajak aku bicara.

Meski tidak diingatkan, sudah dari tadi aku membaca doa dan mencoba tidak emosionil. Takut tekanan darah melonjak, bisa batal nih.

Suara langkah hilir mudik dan persiapan terdengar begitu dekat di telinga. Sepertinya tim bedah sudah berkumpul dan semakin lengkap!

"Coba Bu, ceritakan sedikit tentang bedah terakhirnya"

Sambil menutup mata aku mulai bercerita.

"Saat itu saya sudah telat beberapa bulan...."

Aku tak bisa meneruskan lagi, karena tiba-tiba aku merasa sangat mengantuk dan ingin tidur.

Saat terbangun, aku sudah dalam perjalanan menuju ruang perawatan. Srrttt... srrtt ... suara roda tempat tidur memecah keheningan di lorong rumah sakit.

Ada hubby di sampingku mengiringi dan perawat tadi pagi yang membawaku ke RO.

Pandanganku masih kabur sih. Refleks aku menyentuh pipi. Masih bengkak. Lidahku juga refleks bergerak, mencari gigi geraham yang ternyata sudah lenyap dan hei apa ini... terasa seperti ada 'sesuatu' yang kenyal seperti karet di bagian geraham yang dibedah tadi.

Duh jangan-jangan dokter lupa membersihkan dan tertinggal di sana, pikirku sok tahu. Berbagai spekulasi medis dan cerita duka pasca bedah sempat menggoda. Buru-buru pikiran negatif itu aku campakkan jauh-jauh!

Aku harus menanyakan ini pada perawat nanti, pikirku dalam hati

Aku mencoba mencari sisa rasa nyeri atau berdenyut usai bedah. Tapi tak ada! Alhamdullillah.

Sesampainya di ruang perawatan, aku baru sadar ternyata masih memakai baju bedah yang tadi. Ada sedikit noda darah di sana. Aku langsung minta baju ganti sama perawat dan bertanya apakah sudah bisa makan, hahaha... Lapar banget euuui...!

Perawat datang membawa ganti baju dan berpesan agar aku mengunyah pelan-pelan. Justru makan adalah terapi pertama yang harus dilakukan, begitu menurut perawat jaga ruangan.

"Mba, apa ya ini di dalam mulutku, seperti karet gitu, sangat mengganggu?"

Akhirnya aku menuntaskan rasa ingin tahu.

"Gini bu, itu seperti perban elastis, mencegah agar luka jangan menutup dulu agar sisa nanah tuntas  bisa mengalir sekaligus mencegah masuknya bakteri atau kuman lain"

"Begitu ya. Tadi sempat terpikir mau aku tarik lho, mba"

"Wah, jangan bu! Harus dokter yang melakukannya!"

Wajah perawat terlihat kaget dan sangat khawatir.

Ya ampun, lagi lagi aku bersyukur tidak melakukan tindakan itu.

So, I have to live with that, I have no choice!

Jadi, saat mengunyah bubur aku kembali merasakan "sensasi karet" di dalam mulutku. Ikut bergerak-gerak, melambai-lambai. Hahaha... Pengalaman yang tak akan terlupa sepanjang usia!

Tapi benar lho, karet ini amat mengganggu terutama saat mengunyah dan berbicara, karena ia ikut bergerak membelai gusi dan langit-langi di mulut. Bayangkanlah seperti saat kita mengunyah lembaran karet di dalam mulut!

Ternyata aku juga belum bisa pulang, karena harus kontrol pasca bedah, keesokan harinya.

Yup, aku harus kontrol ke dokter spesialis bedah mulut lagi!

Pagi itu, seperti sebelumnya pasien sudah banyak yang antri di ruang tunggu. Ibu dokter laris manis kayak varian es krim favoritku!

Mungkin karena aku pasien pasca bedah, tak perlu menunggu lama. Begitu sampai di ruang tunggu, perawat pendampingku langsung mengetuk pintu, masuk dan tak lama mendorong kursiku membawa ke dalam ruang periksa dokter. Kali ini tak ada calon prajurit di sana, hanya perawat. Ruangan lengang dan hening.

Alhamdullillah, senyum manis dokter kembali menghiasi pagi ini. Sungguh aku sudah lupa dengan ucapan ketusnya yang menyayat kalbu beberapa hari lalu.

"Pagi ibu, apa kabar, gimana istirahatnya tadi malam, ada keluhan?"

Itu ucapan pertamanya saat kami berhadapan di meja kerjanya.

"Alhamdullillah, baik, dokter"

"Mari bu, kita periksa lagi ya"

Kami berdua menuju dental chair.

Dokter segera meraih sarung tangan.

"Buka mulut, maaf ya bu, ini saya pijat sedikit untuk mengeluarkan sisa nanah, agar tuntas"

Tangan dokter menarik perlahan perban karet yang mengganjal, tak ada rasa sakit, lalu melakukan pijatan di daerah yang baru dioperasi. Refleks aku meringis dong ya, hahaha... masih sakit, kakaa...

"Maaf ya bu, ini harus dipijit biar semua nanahnya keluar, kata dokter sekali lagi"

Usai melakukan pijitan, dokter juga melakukan beberapa kali penyemprotan. Aku diminta berkumur beberapa kali.

Di fase terakhir, dokter kembali memasang perban karet (rubber drain) di bagian luka bekas bedah.

Belakangan aku tahu, setelah browsing di internet, bahwa karet yang mengganjal itu adalah rubber drainage bagian dari insisi of drainage. Untung  saja aku tidak tarik ya. Hiii...

"Ibu juga boleh sikat gigi ya, tapi perlahan-lahan dan jangan sampai terkena area yag baru dibedah. Makanan juga kudu yang lunak-lunak dulu ya"

"Baik, dok"

"4 hari lagi datang untuk kontrol lagi ya bu"

"Baik, dok"

"Hari ini ibu boleh pulang dan minum obat sesuai aturan. Cepat sembuh ya, bu"

"Terima kasih dokter"

Perawat memberi daftar resep dan beberapa bekas dokumen yang diperlukan untuk registrasi saat kontrol ulang nanti. Jadi tak perlu surat rujukan dari dokter umum lagi, tapi langsung membawa rujukan dari dokter spesialis bedah mulut saja.

4 hari kemudian aku kontrol lagi. Sama seperti sebelumnya dokter melakukan sedikit pijitan. Namun kali ini rasanya tidak begitu sakit lagi. Ini adalah kontrol ke 3 pasca bedah.

"Hasil bedah terlihat bagus, tidak ada infeksi, teruskan minum obat ya bu. Yang antibiotik harus dihabiskan, dan seminggu lagi ibu datang untuk buka jahitan"

Alamak! Ternyata harus buka jahitan ya, bisikku dalam hati. Rasa nyeri kembali berkelebat di benak.

Pada kontrol kali ini, dokter juga mengeluarkan rubber drain dari bekas luka bedah dan tidak memasangnya kembali. Aku merasa back to normal, hahaha. Tidak ada lagi yang mengganjal di mulut!

Seminggu kemudian aku datang untuk kontrol dan buka jahitan. Berbeda dengan kunjungan sebelumnya, kali ini ruang tunggu sangat lengang.

Dokter juga tidak ada, hanya ada perawat wanita yang ramah itu.

Kunjungan kali ini lebih singkat, karena tidak ada acara pijit memijit luka bedah. Perawat meminta aku membuka mulut lalu menyemprotkan cairan.

Tak tahan menyimpan kepo aku lalu bertanya.

"Cairan apa itu, mba?"
"Oh itu. Air garam saja kog, mba, untuk mencegah infeksi. Kita akan buka jahitan ya bu"
"Sakitkah, mba?"
"Ngga sama sekali"

Alhamdullilah, aku berbisik lega.

Memang benar. Tak ada sakit sama sekali!

"Ini bagus, lukanya sudah mulai kering, nanti kalau ada keluhan bisa kontrol lagi, tapi kalau tidak ada ibu tak perlu datang ya"

"Harus minum obat lagi, mba?"

"Tidak bu, sudah selesai, ini tinggal masa pemulihan saja, tapi kalau nanti ada keluhan, ibu bisa kontrol lagi. Masih bisa pakai surat rujukan yang kemarin, karena itu berlaku satu bulan"

Alhamdullillah, sejak saat itu hingga saat menulis pengalaman ini, aku tidak pernah mengalami keluhan. Alhamdullillah.

Moral cerita ini adalah kalau geraham goyang dan sudah dianjurkan dicabut, tak perlu menunggu seperti aku, karena rentan untuk menjadi radang dan terkena infeksi dan ketika infeksi duh biyuuung...super duper nyeri, menyebabkan bau mulut yang bikin pede terjun bebas tak terkendali dan kalau semakin dibiarkan bisa fatal mengakibatkan kematian!

Oh iya nama diagnosa utama penyakit ini "Abses Fossa Canina Dextra" sedangkan diagnosis sekunder Periodontitis Apikalis Kronis (PAK). 

Hitung-hitung buat nambah wawasan lah, belajar istilah medis, siapa tahu nanti dapat menantu dokter gigi atau Sp. BM, hahaha...

Hush! Serius napa, lagi ngomongin bedah ini, woi!

bedah-mulut-gigi-geraham

Oh iya, karena infeksi ini berdasarkan indikasi medis dan aku patuh bayar iuran, jadi semua biaya berobat ditanggung BPJS.

Alhamdullillah, aku tidak ada keluar biaya sepeser pun!

Thank you, BPJS!

Beklah!

Kayaknya kita sudah sampai di ujung cerita, semoga pengalaman bedah mulut infeksi akut gigi geraham ini bermanfaat ya.

Kamu punya pengalaman bedah mulut juga?

Yuk berbagi di kolom komentar di bawah ini. Ditunggu ya...

73 komentar:

  1. Hiii serem juga ya mba, jadi ikutan tegang.
    Rasa dinginnya bikin jadi keingat waktu mau sesar kemaren.
    Btw kalau bius total, suntiknya di mana mba?

    BalasHapus
  2. Alhamdulillah berjalan lancar ya mba. Terimakasih sudah berbagi pengalaman.

    BalasHapus
  3. kebayang aku, ke dokter gigi saja aku sdh takut

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ini juga yang aku alami.
      Apalagi waktu anak-anak dulu, kalau dapat dokter yang'horor' ya, mba, duh stress tingkat dewa :)

      Hapus
  4. Noted Mbak..pesan moralnya disimpan terus sama saya
    Kadang kita enggak aware sama keluhan begini..Jadi musti lebih peduli pada diri sendiri ya
    Makasih ceritanya
    Semoga sehat selalu yaa

    BalasHapus
  5. jd lbh was was nih mnghadapi gejala sakit gigi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kayak lagu ini "lebih baik sakit hati daripada sakit gigi"
      Hahaha, terbalik apa ya...?

      Hapus
  6. Aissh mbaa, aku ngilu bacanya hahaha. Blm prnh sih sampe bedah mulut. Yg ada dulu pernah dicabutin beberapa gigi geraham krn dulu gigiku saling numpuk, jarang dan maju. Itu aja sakiiiit luar biasa pas dicabut. Ga kebayang kalo case kayak mba. Papa dulu pernah bedah mulut, tp lupa casenya apa, krn aku msh sd wkt itu. Tp yg aku inget papa aja sampe kesakitan. Makanya dgr bedah mulut rada2 serem :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama dengan suamiku, pernah dibedah mulut juga karena impaksi gigi.
      Malah doi pasca bedah, alami infeksi juga.
      Kasihan banget. 2 kali menderita.

      Hapus
  7. Belum punya pengalaman seperti ini. Smeoga jangan. Sakit gigi aja udah bikin gak nyama. Apalagi begini :)

    BalasHapus
  8. Gigi tuh sering disepelekan, tapi baca ini jadi keingat harus dirawat baik-baik.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Setuju.
      Apalagi gigi biasanya sudah kasih sinyal-sinyal dulu.
      Seharusnya kita kudu tanggap ya :).

      Hapus
  9. Berasa horor Kak bacanya.. jadi inget pas mau bedah caesar hahaha
    Ke dokter gini aja Saya takuttt.. Apalagi harus bedah begini.

    Semoga makin pulih yaa (",)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ternyata pas bedah tak begitu horor, karena dianestesi juga.
      Yang super horor itu rasa nyeri dan wajah bengkak kayak zombie.
      :).

      Hapus
  10. Duh duh tegang bacanya mbaaa...sehat selalu yaaa...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga tak perlu alami hal seperti ini ya, mba Dewi :).

      Hapus
  11. Kak Anna, setelah bedah itu kan Kak Anna dianjurkan untuk makan menu yang lunak-lunak saja ya. Menu makanan apa yang akhirnya Kak Anna makan untuk sementara itu, dan apakah Kak Anna bisa masak sendiri?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya betul.
      Aku masak bubur di rumah, hahaha.
      Lauknya pakai telur rebus mix with kecap. Sesekali aku beli bubur ayam juga dari luar.
      Itu terus makananku kira-kira seminggu, hahaha.
      Karena bubur, jadi cepat lapar, so makannya bisa lebih 3x dalam sehari.
      Kadang aku juga makan roti dan agar-agar.

      Hapus
  12. saya baca dari awal sampe akhir ikut nyut2an di mulut, hahaha...

    sepertinya sewaktu diajak ngobrol tentang pengalaman bedah sebelumnya saat itulah dokter menyuntikkan obat bius ya mbak, jadi dialihkan gitu perhatiannya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, berarti aku berhasil dong ya sebagai penulis, hihihi.
      Semoga tak perlu harus alami hal seperti ini.
      Cukup aku saja ya Mas Sabda...

      Hapus
  13. Aku juga hrs dibedah nih mbak,sdh di foto tinggal bikin scedule sama dokternya tapi takut. hehehe
    Gigi bhngsunya terlalu nempel banget

    BalasHapus
    Balasan
    1. Biasanya bius total, sih mba.
      Aku sih ga ada rasa sakit baik pas bedah atau pasca bedah.
      Cuma pasca bedah, ngunyah kudu pelan-pelan, dan hati-hati saat sikat gigi.

      Hapus
  14. duh ikut deg deg an bacanya, baca kata bedah aja udah horor banget rasanya. Syukurlah ya mbak, semuanya berjalan lancar dan sudah pulih kembali.

    BalasHapus
  15. Duh, Kak Anna.... Aku pun ada geraham yang harus dicabut. Tapi takut karena juga harus bedah, huhuhu....

    BalasHapus
  16. Pas baca bagian karet yang di geraham itu aku refleks meraba gerahamku dengan ujung lidah, Mbak. Hihi.

    Semoga sehat selalu ya, Mbak, dan nggak ada kelihan lagi.

    BalasHapus
  17. Aku sampai sekarang masih takut ke dokter gigi padahal graham belakang udah ada yang retak nih..huhu

    BalasHapus
  18. Aku pernah punya masalah geraham juga dan harus ditambal. Kurang lebih sampai 5 kali datang untuk tuntas 1 gigi. Yak ampuuuun....

    BalasHapus
  19. Aduh..ngeri banget pengalamannya mbak, sampe infeksi gitu. Semoga saja gak pernah kejadian di saya deh, karena gigiku nih termasuk yang gampang rapuh. Aamiiin..

    BalasHapus
  20. alhamdulillah operasinya lancar ya mbak. Aku kemarin diminta rontgen nih soalnya ada gigi mau tumbuh

    BalasHapus
  21. aku belum pernah mbaaa..dan kok langsung agak ngilu bacanyaaa hehehe

    BalasHapus
  22. Whuaaa...Mba Anna,aku degdegan bacanya, inget pas mau operasi sesar anak pertama dan kedua, duh jadi inget lagi pas masuk ruangan operasi yang dingin

    BalasHapus
  23. Deg2 gan deh kalau urusan bedah mulut. Mau periksa gigi juga jadinya

    BalasHapus
  24. Saya belum pernah Mba, tapi dulu saya akrab banget dengan dokter untuk cabut dan tambal gigi

    BalasHapus
  25. Ya Allah, kisah bedah mulut yang selama ini aku dengar udah bikin aku takut. Rh baca kisah mba Anna ini, rasanya mencekam. Aku sampai nahan napas bacanya. Alhamdulillah sekarang udah gak ada infeksi ya mba

    BalasHapus
  26. Huaaa ngilu bacanya.. Semoga selalu sehat ya mba :)

    BalasHapus
  27. Jadi pingin tahu penyebabnya Mbak, soalnya dokter gigiku sudah berapa tahun yll komando supaya geraham bungsuku di operasi. Alhamdulillah ya sekarang sudah tenang

    BalasHapus
  28. Ya ampun kaka, aku sampe tegang dan ga kuat bayanginnya. Alhamdulillah lancar dan sekarang sudah baik. Makasih sharing pengalamannya ya ka Anna.

    BalasHapus
  29. Saya pernah Mba, tp cuma operasi kecil u ambil daging tumbuh yg alhamdulillah nggak bahaya

    BalasHapus
  30. Saya dulu punya pengalaman 4 gigi geraham paling bungsuh dicabut, tapi bedahnya cuman diruangan dokter aja gak sampai ke ruang instalasi bedaah, ngeriii juga yahh mbaaa.. tapi alhamdulillah berjalan lancar yah mbaa...

    BalasHapus
  31. Walah moga setelah ini gigi gerahamnya gak bermasalah lagi ya mbak. AKu ikut deg2an baca ceritanya :D
    Btw biusnya bius total ya mbak?

    BalasHapus
  32. ya Allah, aku jadi ingat pesan dokter gigiku untuk ronsen gigi, mengecek posisi gigi geraham. Pernah di suruh untuk operasi kecil, tapi aku belum berani mba Ros. Sekarang sudah aman menurutku belum tentu menurut dokter hahaha. Aduh kalo ingat bedah mulut mules rasanya. MBa Anna udah lega dong ya sekarang.

    BalasHapus
  33. aku ngiluuuuu, hahah. mbak ku juga pernah nih bedah geraham karena giginya tumbuh gak normal dan malah bikin sakit. cuma denger aja juga tetep bikin ngilu XD

    BalasHapus
  34. Sering nonton aja sih di drama kalau ada orang di bedah kalau aku paling cabut gigi dan bedah gigi aja tidak melakukan atau mengalami bius total

    BalasHapus
  35. Duh mba, aku bacanya sambil nyeri2 sedap nih. Dulu pernah mengalami problem gigi juga soalnya. semoga sehat selalu ya mba ke depannya.

    BalasHapus
  36. Gigi graham itu yang paling belakang tumbuh kah, mba?
    Aku sudah alami dicabut gigi yang paling belakang sendiri itu...tiga kali.
    Tapi semoga bukan pakai bedah siih..

    Subhanallah~
    Udahannya, malah ga doyan makan.
    Maunya minum jus aja.

    ((tapi tetep, ga bisa langsing...hahha...))

    BalasHapus
  37. Meempat kalinya di meja bedah? Wow... apa 4 kali juga kena anastesi? Pernah sekali temanin ponakan cabut gigi dan saya takit sekali.

    BalasHapus
  38. Ngilu bacanya, tapi penasaran kalau nggak sampai selesai hehehe...
    Semoga saya nggak akan mengalami kejadian seperti ini

    BalasHapus
  39. Wah dulu awal sakit giginya gara-gara apa mba? gigi berlubang ya?

    BalasHapus
  40. Aku juga mengalami hal yang sama mba. Malah pernah operasi geraham ternyata sisanya tumbuh lagi di dalam gusi :(

    BalasHapus
  41. Berasa baca cerpen padahal kisah nyata. Alhamdulillah semoga sembuh seterusnya ya mbaa

    BalasHapus
  42. aku jg punya pengalaman bedah mulut sih tp ga sampai nginep.
    tadinya dirujuk utk nginep, eh ga jadi. aku batalin. akhirnya cabut 1-1

    BalasHapus
  43. Nih dokternya kayaknya tenang banget, ya. Waktu keil dulu aku suka serem kalau bayangin dokter gigi hahaha. Pas udah dewasa pun. Nemu dokter yang baik dan nenangin itu kayak nemu separuh jiwa (halah). Alhamdulillah sekarang sudah sehat ya, Mbak. Emang nih soal gigi itu masih banyak yang nyepelein padahal penting banget

    BalasHapus
    Balasan
    1. Setuju.
      Beliau memang sudah khatam soal "gigi" :)
      Cuma di versi pertama, aku sempat ada drama dengan beliau, mba

      Hapus
  44. aku ngalamin bius sebagian tapi waktu mau cabut gigi sampai 7 gigi sekaligus dulu. abis itu langsung pake gigi palsu deh

    BalasHapus
  45. yaa ampun mbak baca ceritanya bikin horor sendiri, ternyata sakit gigi bisa separah itu efeknya...aku terkhir ke dokter gigi operasi gigi terbenam lumayan bikin susah nelan, pipi bengkak tapi ternyata lebih parah operasi gigi mbak yaa

    BalasHapus
  46. Saya pernah dibedah mulut tp dg bius lokal mbak. Wkt itu dokter mau ambil geraham bungsu yg memang tidak ada ruang utk tumbuh. Drpd jd masalah dan sebelum sakit, dokter ambil tindakan bedah. Pas diambil giginya emang gak sakit, krn efek bius, tp suara gunting wkt ngebuka gusi kedengeran jelas kres kres nya. Duh linu jg dengernya. Heuheu

    BalasHapus
  47. Hihi shareing yg bermanfaat.. kirain aku impaksi geraham soalnya sama kasus nya dengaku. Pernah dianjurkan operasi pengangkatan geraham tapi pas sakit nya udh ilang aku skrg gak ambil tindaka lagi alias santai gak tau ke depannya bakalan ngefek apa enggak. Tapi kayanya tetep oprasi sih karena ginsul geraham itu rentan infeksi

    BalasHapus
  48. Baca ceritanya serem2 gimana gitu.. takut tapi penasaran. Abis ini aku mau cek ke dokter gigi ah.

    BalasHapus
  49. Kok aku bacanya jadi ikutan ngilu ya bun. Padahal saudaraku juga ada yg ambil spesialis bedah mulut ini. Aku alhamdulilah belum pernah ke dokter gigi sampai setua ini. Eh pernah sekali ding iseng bersihin gigi.

    BalasHapus
  50. Wah saya pernah nih Mbak di-operasi geraham. Tp posisinya ga diruang bedah gini dan gak bius total, hanya bius lokal. Skr klo sakit gigi sedikit saja memang harus segera berobat yaa krn efeknya bahaya bgt. Terima kasih Mbak sudah share hal ini. :)

    BalasHapus
  51. Mbak di rs tentara ya? Aku masih harus memberanikan diri 2 geraham bungsu atas yang bermasalah, 2 tahun lalu sudah geraham bungsu yang bawah di rsud gunung malang 😂😂😂

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, mba
      Ingin ku sih di RSPB, tapi saat itu BPJS belum ada kerjasama untuk bedah mulut dengan RSPB

      Hapus
  52. Terima kasih mbak Anna sudah menceritakan pengalamannya bedah mulut. Semoga sehat selalu ya Mbak.

    BalasHapus
  53. Padahal cuman operasi kecil yg butuh beberapa jam saja..tetep aja ngilu jalaninnya

    BalasHapus
  54. Kalau saya cabut gigi graham mba, untungnya gak sampai di bedah. Itu aja sakitnya tulung-tulung. Begitu keluar darinruang cabut gigi rasa sakitnya seperti kepala saya di pukul-pukul. Saya sampai duduk dulu di tangga Puskesmas ngerasain sakitnya ga tahan.

    BalasHapus
  55. Waduh, ngeri ngeri sedap yaa, aku ada lubang di geraham kanan sejak SMA kalau gak salah. Meski gak ada sakit, tapi emang gak nyaman aja rasanya. Pernah konsul ke dokter gigi d puskesmas, alamak katanya harus rujuk ke Fatmawati, sampe sekarang belum berano ngurusin lagi deh. Huuh uhuhu

    BalasHapus
  56. Kayanya lebih sakit sakit gigi itu sendiri dibanding sakit pasca bedah. Sy 6 bulan yg lalu sudah lau bedah tp gagal. Karna kontrak rs dg bpjs nya habis. Sekarang mau mintak rujukan ulang. Masalah gigi saya sudah terlalu banyak. Doakan saya ya mba. Setelah baca poatingan mba jd berani nih hehe

    BalasHapus

Holaaa...!
Terimakasih ya sudah berkunjung ke sini.
Mohon maaf komentar kudu dimoderasi sebelum dipublikasi.