Pernah dengar dong istilah bajing loncat?
Istilah ini dulu pernah sangat populer untuk menggambarkan kerawanan perjalanan lintas Sumatera di antara tahun 1970-1990an.
Lalu... saat ini, benarkah masih ada bajing loncat itu?
Yuk, ikuti warna warni perjalanan lintas timur Sumatera yang baru aku eksekusi (((eksekusi))) beberapa waktu lalu.
Dimari...
*****
Alhamdullillah, Februari tahun ini kami bertiga (Aku, bang Iqbal aka suami dan putriku, Yasmin) akhirnya mewujudkan impian, road trip jalan lintas timur Sumatera, dengan tujuan akhir Lubukpakam di Sumatera Utara.
Sebelumnya, iseng-iseng, aku konsul sama mbah google. Menurut mbah yang konon sakti mandraguna ini, jarak Jakarta ke Medan via lintas timur itu sekitar 1.400km.
Tapi ada juga beberapa artikel perjalanan pribadi, yang menulis 1.800-2.000km. Beti lah ya.
Kenapa pilih lintas timur, Maria?
Karena eh karena beberapa tahun sebelumnya kami pernah melewati jalur lintas timur. Alhamdullilah saat itu secara umum kondisi jalan bagus sehingga perjalanan nyaman dan penuh kesan.
Dan...
Fix, aku kecanduan banget nih dengan semua sensasi saat road trip.
Misalnya tatapan sarat cinta si abang, yang jadi sering aku dapatkan (hahaha, dilarang sirik ya!).
Kelakar-kelakar kicik yang mampu menimbulkan percik, usapan remeh namun berjuta rasanya bagiku, seperti ini misalnya. Uhuk!
... serta kebersamaan dan kehangatan khas keluarga yang hanya didapatkan saat berkendara bersama.
You know what I mean, kan?
Begitulah, sesimpel itu...
Beberapa road trip sudah pernah aku tuliskan juga misalnya saat menjajal Maratua Tempat Di mana Engkau Ingin Waktu Berhenti Sementara, Kakaban Danau Dalam Pelukan dan Sangalaki Pulau Tanpa Penghuni.
Baidewei, subway, perjalanan ini memang sudah kami rencanakan, berbarengan dengan jadwal kepulangan Yasmin, yang baru pulang mengikuti program pertukaran pelajar AFS dari Hiroshima, Jepang.
Baca juga : Ketahui Kiat Lolos Seleksi AFS dan YES
Kami, sebagai orang tua dihimbau agar bisa hadir, ikut menyaksikan kedatangan Yasmin yang menggunakan pesawat dari Narita, Tokyo, transit di Denpasar dan akhirnya landing di Soeta, dilanjutkan keesokan harinya mengikuti acara serah terima siswa kembali ke orang tua di kantor Yayasan Bina Antarbudaya di Kebayoran Baru, Jakarta.
Mumpung sudah di ibukota, Yasmin meminta izin agar bisa mengunjungi sahabat dekatnya, saat SMP di Balikpapan, Diah, yang kini berdomisili di Bogor.
Acara pertemuan keduanya, sangat mengharukan. Mereka berpelukan seolah tak ingin saling melepaskan. Kami para orang tua pun ikut terhanyut suasana, huuuaaaa...
Setelah menginap semalam di Bogor kami melanjutkan perjalanan ke Bandung via tol, bersilatuhrahmi ke rumah sepupu aku di kompleks perumahan Riung. Masih dengan alasan yang sama, mumpung masih di pulau Jawa, pemirsah.
Usai Zuhur kami kembali ke Jakarta, masih via tol juga, kali ini tujuan ke pelabuhan Merak, Banten mau menyeberang ke Bakaheuni, Lampung.
Rencananya kami akan bermalam di Lampung lalu keesokan paginya baru melanjutkan perjalanan ke Jambi, bersilaturahmi dengan keponakan bang Iqbal di sana.
Jadi, kira-kira, rute perjalanan kami akan seperti ini, Jakarta-Merak-Bakaheuni-Palembang-Jambi-Pekanbaru-Lubukpakam yang meliputi 7 propinsi dan beberapa kota yaitu:
- DKI
Jakarta
- Banten
Tangerang, Serang, Cilegon, Merak
- Lampung
Bakaheuni, Kalianda, Tarahan, Panjang, Tanjung Karang, Teluk Betung, Rajabasa, Branti, Metro, Bandar Jaya, Menggala, Tulang Bawang, Mesuji
- Sumatera Selatan
Pematang Panggang, Teluk Gelam, Tanjung Raya, Kayu Agung, Indralaya, Palembang, Sungai Lilin, Bayung Lincir
- Jambi
Jambi, Sangeti, Merlung, Belilas
- Riau
Japura, Ukui, Rengat, Sorek, Pangkalan Kerinci, Pekanbaru
- Sumatera Utara
Kota Pinang, Aek Nabara, Rantau Prapat, Aek Kanopan, Kisaran, Limapuluh, Tebing Tinggi, Lubukpakam
Hmmm... terbayang dong betapa panjangnya perjalanan ini ya.
Ayo, siapkan camilan dulu!
Masih ingat dong sama camilan?
Itu lho, cecudah celapan cebelum cepuluh, camilan!
Sebagai informasi, dari pulau Jawa, jalan lintas Sumatera itu bisa ditempuh dengan 3 cara yaitu:
- Lintas Timur Sumatera
- Lintas Tengah Sumatera
- Lintas Barat Sumatera
Eits, selow, kagak perlu dihapalkan ya, guys, muahahaha.
So, mari kita mulai petualangan warna-warni perjalanan lintas timur Sumatera kali ini.
Jakarta-Merak (98km - kata google sih 2 jam)
Petualangan diawali dengan menyeberang ke Bakaheuni, Lampung via jalan tol Jakarta Merak.
Menurut wikipedia Jalan tol Jakarta Merak dibuat tahun 1984, setelah jalan tol jagorawi di tahun 1978. Wiii, lumayan senior juga ya!
Jalan tol ini menghubungkan Jakarta dengan pelabuhan Merak dengan panjang 98km dan terbagi atas 2 bagian: jalan tol Jakarta-Tangerang yang dikelola PT Jasa Marga, dan Tangerang-Merak oleh PT Marga Mandalasakti. Begh, membaca 'mandalasakti' aku mendadak jadi kekar ala titanium, hihihi.
Sebelumnya, perjalanan dari Bandung ke Jakarta meski via tol, tidak sepenuhnya lancar. Ada beberapa kali kami mengalami macet bin mampet.
Apalagi saat memasuki Jakarta berbarengan dengan jam pulang kerja, macet dan mampet jadi teman setia.
Namanya juga jalan-jalan, jadi, dinikmati sajalah! Tanganku pun segera meraih gadget mengabadikan momen macet bin mampet via instastory sambil mendengarkan sayup-sayup lagu favorit di play list.
Sore itu aku beruntung karena sinar kemasan sang surya yang mengintip dari balik seringai angkuh bangunan pencakar langit, bisa menjadi bagian koleksi galeri ig story.
Yup, aku justru berterima kasih kepada kemacetan karena otomatis kendaraan berhenti, posisi kamera pun jadi lebih optimal menangkap semua momen sentimental.
Tak terasa kami perlahan meninggalkan hiruk pikuk Jakarta,menuju Tangerang, provinsi Banten, melalui gerbang tol Kebun Jeruk.
Perlahan tapi pasti, langit semakin kelam, meski sinar kemerahan tanda waktu magrib masih ada. Kami lalu menepi di rest area, bang Iqbal langsung ke toilet dan sholat magrib. Tempat ibadah terlihat sesak namun bersih.
Kebetulan aku dan Yasmin sedang tidak sholat, tapi kami juga latah, langsung bergegas ke toilet. Keren, toiletnya bersih banget! Sayang, aku lupa itu lokasinya di kilometer berapa.
Setelah itu, sambil menunggu, kami ngobrol di rest area. Sesekali aku memeluk putriku karena rasa rinduku seperti masih tak kunjung berujung. Maklumlah hampir satu tahun kami tak pernah berbagi dekapan, berbagi kebersamaan.
Tak berapa lama bang Iqbal muncul dan kami kembali melaju di atas roda, menjemput kelam.
Saat itu, kondisi jalan tol Jakarta-Merak lancar dan mulus, pemirsah!
Mungkin karena perjalanan kami lakukan di saat bukan musim liburan ya. Tepatnya 6 Februari 2019 lalu.
Ternyata jalan tol Jakarta Merak itu tidak semuanya terang benderang di saat malam. Bahkan ada beberapa lokasi yang gelap gulita.
Aku perhatikan beberapa kali, abang menggunakan isyarat lampu dim (lampu jauh).
Ketika ada marka jalan bahwa Merak sudah berada di pelupuk mata, abang minta izin mau mengisi 'kampung tengah' alias makan, pemirsah.
Kebetulan restoran tempat kami makan terletak di tempat yang sangat tinggi, sehingga kerlap-kerlip lampu dan aktivitas pelabuhan Merak terlihat, meski dari kejauhan.
Fix, Jakarta-Merak kami tempuh kurang lebih 2 jam. Tepuk tangan dong buat mbah sakti google.
Di Merak petugas cekatan mengarahkan calon penumpang feri. Mengenakan jaket dengan scotchlight (jaket yang mampu berpendar kala terkena sinar) kami pun masuk ke loket.
Biaya penyeberangan reguler Merak-Bakaheuni untuk mobil Xenia yang kami tumpangi beserta 3 penumpang total Rp 374.000 dan akan makan waktu 2 sampai 2.5 jam.
Saat menulis draft artikel ini aku juga browsing dan menemukan informasi bahwa feri penyeberangan eksekutif Merak ke Bakaheuni juga sudah beroperasi namun dengan biaya yang lebih mahal tapi fasilitas premium dan jarak tempuh yang lebih singkat, 1 jam!
Jadi, tinggal pilih!
Saat itu feri belum siap berangkat, kami masih menunggu kira-kira setengah jam.
Aku, Yasmin dan bang Iqbal mencoba istirahat dengan mengatur tempat duduk dan berusaha memejamkan mata sambil menyesap lirih bayu di malam sendu.
Tak berapa lama, mobil di depan mulai bergerak, petugas mengatur giliran dengan cekatan dan akhirnya kami pun masuk ke lambung feri.
Usai memarkirkan mobil, kami menuju ke ruang penumpang.
Feri ini memiliki pilihan ruang penumpang, yang ingin duduk atau ingin berbaring. Kami memutuskan memilih ruang berbaring yang full AC, no smoking dan kudu merogoh kocek Rp 10.000/orang dan tambahan Rp 5.000/ orang untuk 1 bantal. Worthy it lah, menurutku.
Meski tak bisa tidur nyenyak namun lumayanlah untuk meluruskan pinggang. Alhamdullillah.
Percis 2 jam kami merapat ke Bakaheuni. Kami bergegas kembali ke tempar parkir mobil. Angin dingin malam langsung membelai wajahku. Brrrr... dingin banget!
Meski sudah menjelang tengah malam, namun aktivitas pelabuhan masih padat. Terpantau jelas dengan penerangan maksimal. Truk-truk penggerak ekonomi perlahan keluar dari feri bergantian dengan mobil pribadi. Teratur dan tertib!
Begitu keluar pelabuhan, marka informasi langsung terpampang, Bandar Lampung atau Palembang. Untuk memastikan, abang menelepon kerabatnya.
"Bunda, menurut Tuan Adik (panggilan kekerabatan untuk kakak laki-laki ala Tapanuli Tengah), karena kita mau ke Jambi harus pilih jalan arah ke Palembang!"
"Oke, Bang. Bismillah"
Sebenarnya aku punya peta jalinsum di gadget, cuma karena ngantuk berat aku tak semangat untuk melakukan apapun. Maunya ke pulau kapuk saja, hahaha.
Saat itu di Bakaheuni sudah hampir tengah malam. Namun sesekali kami masih bersua dengan kendaraan truk-truk long bed dan trailer di tengah perjalanan juga di halaman warung makan.
Seperti bisa membaca pikiranku, abang menyeletuk, "Biasanya para supir truk istirahat di situ bunda"
"Ohhh, gitu, jawabku, saat melihat ada beberapa unit truk berbadan panjang parkir di halaman warung makan"
Makin menjauh dari Bakaheuni, jalanan semakin kelam, lalu tiba-tiba...
"Bunda, abang ngantuk banget nih, kita cari tempat buat istirahat dulu ya"
"Siap, Bang!"
Namun sudah hampir setengah jam, kami tak menemukan tempat layak untuk istirahat sampai akhirnya kami melihat sebuah mini market dengan ciri khasnya lampu yang terang benderang, abang pun melambatkan laju kendaraan dan akhirnya parkir.
Ternyata sudah ada beberapa mobil yang juga sedang istirahat.
"Abang mau ijin dulu ya ke dalam, mau parkir dan istirahat di sini"
Tak berapa lama aku mendengar abang ngobrol dengan seseorang dari mobil sebelah.
"Bapak sebelah itu juga sedang istirahat, baru datang dari Palembang menuju Bakaheuni"
Abang membuka pembicaraan saat sudah kembali ke dalam mobil.
Jadilah malam itu kami tidur seadanya di parkiran mini market.
Bakaheuni - Palembang (450.6km - 10 jam, masih kata google)
Tepat jam 04.30 subuh kami meninggalkan pelataran parkir mini market, berangkat lagi menuju Palembang.
Are you ready, guys?
Di tengah jalan, azan subuh menggema diiringi nyanyian gerimis, kami pun parkir lagi di halaman mesjid. Aku dan Yasmin lanjut istirahat lagi sambil menunggu abang usai sholat.
Perjalanan kami lanjutkan masih dengan nyanyian gerimis dan suasana kelam. Untuk alasan keselamatan abang hanya menjalankan kendaraan dengan kecepatan antara 40 sampai dengan 60km per jam.
Perlahan gerimis berganti dengan sumringah fajar yang menggoda dari balik tajuk pepohonan. Kami sudah semakin sering berpapasan dengan kendaraan pribadi dan... truk-truk segede gaban.
Kami juga melewati daerah perkebunan tebu penghasil gula Gulaku di sekitar daerah Tulang Bawang. Namun sayang beberapa spot jalan di daerah ini rusak berat, sehingga sangat mengganggu kenyamanan perjalanan. Beda banget dengan perjalanan kami sebelumnya yang super mulus. Agak kuciwa juga nih, hiksss.
Karena masih tersedia cukup camilan kami memutuskan sarapan di dalam mobil sambil mendengarkan alunan tembang dan sesekali bercanda ria. Senang banget!
Sebagai navigator pendamping, karena Yasmin yang didaulat jadi navigator utama (meski duduk di bangku kedua), aku bertugas menyuapi si abang dan mulutku sendiri.
Tuh, apa kataku? Bener kan, momen seperti ini hanya ada saaat road trip, so sweet...!
Untuk daftar play list kebetulan kami punya beberapa selera yang sama seperti koleksi slow rock, modern rock serta love songs. Lagu-lagu lawas laaa... seperti, I want to know what love is, dll...
Khusus di refrain lirik berikut ini:
I wanna know what love is
I want you to show me
I wanna feel what love is
I know you can show me
... kami seperti ada yang komando-in, lalu koor, hahaha,. Seru pisan, euy!
Terbukti koleksi play list seperti ini sangat membantu banget dalam menjaga mood selama dalam perjalanan panjang.
Jadi, pastikan kamu membawa play list idaman saat perjalanan jauh misalnya seperti jalan lintas Sumatera seperti ini ya!
Tak seperti beberapa tahun lalu, jalan lintas timur Sumatera kali ini sangat buruk. Banyak jebakan batmannya.
Apa itu jebakan batman?
Itu lho, jalanan menanjak, namun ketika turun langsung disambut lobang yang menganga di bagian tepi dan kadang di tengah jalanan aspal.
Kadang abang bisa sih dengan mulus melakukan manuver, namun tak jarang sering juga kecolongan, walhasil mobil masuk kedalam lobang diiringi suara gemuruh seolah mobil mengaduh kesakitan.
Kondisi jalan lintas timur yang buruk ini bahkan kami alami hingga menjelang Indralaya, Sumatera Selatan. Sangat menyiksa, Ronaldo! Bahkan senandung play list yang berkumandang senantiasa tak kuasa menggerusnya.
Dan abang pun otomatis mengurangi kecepatan, agar terhindar dari benturan keras. Puk-puk, mobil.
Tiba-tiba... mataku menangkap marka tanda jalan tol di seberang jalan.
Kami memutuskan berhenti dan bertanya pada warga.
Ternyata benar, ada jalan tol dari Indralaya ke Palembang.
Mendengar hal ini, kami serentak merasa lega dan berucap alhamdullillah, karena hampir seharian bergumul dengan jalan buruk.
Saat memasuki gerbang tol, masya Allah, berasa naik pesawat, hahaha. Mulus dan super nyaman!
Jam 5 sore kamipun memasuki kota Palembang.
Aku menghitung lamanya perjalanan sejak berangkat dari Lampung subuh tadi. Ternyata jauh melenceng dari prediksi google. Harusnya saat ini kami sudah touch down di Jambi.
Begitulah, impian versus kenyataan.
Palembang - Jambi (276,9km - 7 jam 44 menit ala google)
Kami sepakat melanjutkan perjalanan ke Jambi.
Jalanan kali ini kastanya sedikit di atas kondisi jalan sebelumnya. Lebih manusiawi, hihihi.
Namun menurutku masih jauh dari nyaman. Langsung deh terpikir kalau arus balik nanti kami harus menggunakan alternatif jalan lintas Sumatera yang lain, lintas tengah atau lintas barat.
Iya, kami memutuskan untuk kembali road trip menjajal jalan lintas Sumatera lagi. Nantikan jam tayangnya yah, tssaaah...
Karena suasana sudah gelap, abang menggunakan kecepatan normal 60-80km saja per jam. Sesekali kami istirahat mencuci muka dan makan malam di tengah perjalanan.
Kali ini kami kerap menggunakan google map sebagai petunjuk arah, karena suasana di kiri kanan jalan gelap gulita.
Beberapa tahun lalu kami juga pernah melewati jalur ini, namun karena suasana malam jadi tak bisa lagi membayangkan. Untung ada google map!
Alhamdullillah, dengan kondisi jalan yang jauh dari nyaman kami akhirnya tiba di kota Jambi hampir jam setengah tiga dini hari. Iya, agak lama karena kami sering istirahat, agar abang tetap dalam kondisi layak nyetir.
Jambi - Pekanbaru (445.3km - 10 jam ala google)
Usai menginap 2 malam di rumah keponakan abang, kami pun berangkat meninggalkan kota Jambi menuju Pekanbaru sekitar jam 9 pagi.
Oleh keponakan abang kami langsung diarahkan ke jalur lintas Jambi - Pekanbaru.
Kali ini kami menggunakan 2 petunjuk, google map plus marka jalan, biar lebih greget! Hahaha.
Masya Allah, perjalanan kami diawali dengan pembukaan yang indah.
Sinar mentari bersinar cerah, berpayungkan formasi awan yang indah dan langit biru, plus kondisi aspal yang mulus.
Lagi-lagi kami serentak mengucapkan hamdalah dan subhanallah, karena bayangan perjalanan sebelumnya masih jelas terekam.
Meski sudah agak di luar kota Jambi, perumahan warga masih tetap padat, namun sesekali ada juga lahan kosong.
Geliat ekonomi sudah mulai terasa di mana ada banyak aktivitas truk-truk dan kendaraan pribadi yang kami temui selama perjalanan.
Karena jalan yang mulus, tak terasa kami sudah meninggalkan kota Merlung dan mulai memasuki daerah kabupaten provinsi Riau, Pelalawan.
Sekitar jam 11.30 kami memutuskan singgah di lesehan seafood Cahaya, Keritang Riau, yang terlihat sangat kontras dengan rumah makan lainnya.
Iya, konsep lesehan rumah makan yang terletak di tepi jalan lintas timur ini langsung mencuri hati. Aneka tanaman warna-warni menghiasi lokasi lesehan yang terpisah dari bangunan utama. Semoga hidangan juga mampu melelehkan hati, bisikku dalam hati.
Alhamdullillah sepertinya doaku juga terjawab.
Semua makanan yang kami pesan ludes, kecuali 1, ayam penyet pesanan Yasmin yang ternyata sangat pedas. Menurut Yasmin, karena sudah terbiasa makan dengan hidangan non pedas bersama keluarga angkat di Hiroshima, doi perlu penyesuaian, hahaha. Puk-puk, Yasmin.
Semakin dekat ke Pekanbaru, aroma kota oil and gas semakin terasa.
Yup, seperti kita ketahui, Pekanbaru memang terkenal dengan propinsi yang kaya akan sumber daya alam minyak dan gas. Apalagi ketika memasuki kota Duri, nuansa itu semakin kental, euy, ada banyak bangunan tangki-tangki perusahaan minyak di tepi jalan lintas timur ini.
Selebihnya sih, pemandangan kebun kelapa sawit dan pemukiman warga.
Aktivitas favorit di dalam mobil masih sama mendengarkan lagu, bercengkrama dan sesekali update status via ig story ketika ada signal. Yup, signal dari 2 provider besar si merah dan si biru, tidak selalu tersedia, pemirsah. Jadi, beware yah, hahaha.
Alhamdullillah, sesuai prediksi, jam 19.30 kami sudah sampai di Pekanbaru.
Berikut beberapa catatan aku selama perjalanan lintas timur ini:
- Pastikan kondisi kendaraan dalam keadaan prima apalagi ini perjalanan jauh
- Hindari mengakut penumpang melebihi kapasitas kendaraan
- Pastikan pulsa cukup agar bisa akses google map atau bawa peta manual
- Istirahat saat kelelahan
- Membawa uang tunai yang cukup
- Membawa makan dan minuman yang cukup
- Mematuhi rambu lalu lintas
- Utamakan keselamatan
- Total bahan bakar selama perjalanan ini kurang lebih 1 juta rupiah, karena kami pakai AC terus sepanjang perjalanan
- Perkiraan waktu tempuh tidak selalu sama dengan prediksi google karena ada banyak hal-hal yang terjadi di luar kontrol kita, seperti kerusakan jembatan karena bencana alam, macet karena ada kecelakaan/hal lain, banjir serta kondisi jalanan yang rusak ringan, sedang dan parah
- Lakukan perjalanan hanya di hari terang (pagi-siang-sore) karena penerangan memang belum banyak, paling banter seperti glow in the dark, kena sinar baru bercahaya, hahaha
- Jarang ada rest area apalagi yang seperti di pulau Jawa, kami biasanya pilih istirahat di SPBU sambil mengisi BBM, di rumah makan atau di mesjid
- Akan sering berpapasan dengan kendaraan truk besar dan panjang, jadi waspadalah!
Alhamdullillah, perjalanan kami sejak dari Bakaheuni Lampung hingga sampai ke Pekanbaru Riau, aman dan jauh dari kesan menyeramkan. Cuma yaitu tadi, kurang nyaman karena kondisi jalan yang rusak ringan, sedang dan berat. Hahaha, kayak pilihan berganda ya, cuma kali ini jawabannya, semua benar!
Semoga warna-warni perjalanan lintas timur Sumatera ini bermanfaat ya!
Ups, hampir lupa...
Apakah pemirsah punya kenangan tak terlupakan saat melakukan perjalanan panjang?
Mari berbagi di kolom komentar di bawah ini...
Ngebanyanginnya sudah lelah banget ya Mbak. Saya yang waktu itu 2 hari kena macet di Cipali aja nyerah akhurnya nginep di hotel Eh ini sih beda ya, karena kondisinya jalan terus tapi jauh dan jalan yg ndak selalu mulus. Seru banget tuh, gimana menjaga mood biar tep nyaman di dalam kendaraan dan gak ngantian nyetir juga ya, mbak
BalasHapusHai, mba Astin.
HapusSejujurnya, memang ada lelah juga, mba.
Cuma kalah sama tingkat keseruan, kebersamaan dan faktor-faktor X tadi.
Makanya, kami ini termasuk yang kecanduan road trip, hihihi...
Wah kalau aku gak kuat kayaknya jala darat sejauh itu hehe kemarin kalteng kalsel saja udah tepar
BalasHapusHai, Mba gorgeus
HapusAku paham sekali, dear
Memang tidak semua bisa melakukannya
I feel you, mba
Peluk...
perjalanan yang panjang, selain camilan harus sedia stok sabar juga ya mba
BalasHapusSepakat, mba
HapusBahkan kepribadian bisa terungkap lewat cara berkendara ya, mba
aih seruu... aku udah nyobain dari bogor ke bali. pengen juga ke arah barat, menjelajah pulau sumatra. moga kesampaian, aamiin
BalasHapusAamiin
HapusIya, mba. Seru lho!
Apalagi kalau bolang bareng kesayangan
Hebat banget Mbak berani perjalanan sebegitu panjangnya.Saya biasa Jakarta - Tulang Bawang aja dah oleng kepala. Beruntung sekarang ada pesawat, jadi kalo mudik ke Lampung bisa singkat perjalanan.
BalasHapusAlhamdullillah, mungkin karena kami sekeluarga doyan berkendara, mba :)
HapusTerus, karena berangkat bareng kesayangan jadi semua terasa menyenangkan.
Insya Allah...
Mungkin niat juga ngaruh ya Mbak. Kalo Mbak Anna kan emang niat jalan-jalan. Kalo saya kan mudik karena kewajiban (2 tahun sekali pas lebaran). Hihi...
HapusPrtengahan bln depan (Sep 22) saya ada rencana mau nyobain via darat dr Tulang bawang ke Pekanbaru. Kata om Gugel sih 22 jam mobil pribadi. Tp saya pingin ngebis aja tinggal duduk sambil lihat2 daerah dan kota2 yg dilewati. Bln kenarin sih terbang dari Soeta ke Syarif Kasim. Gk ada yg bs dinikmati. Pemandangan indah cmn para pramugari doang. Hehee...
HapusKalau menempuh perjalanan panjang begini, saya lebih suka sama keluarga. Perjalanan panjang bisa bikin capek fisik dan hati. Tetapi, kalau sama keluarga karena udah tau karakter masing-masing, capek hatinya bisa dihilangkan
BalasHapusSepakat, mba!
HapusPerjalanan panjang bareng kesayangan yang punya passion sama, sungguh anugerah :)
Sekarang kendalanya di waktu sama sikon yang memang lagi gak memungkinkan. Padahal udah kangen road trip begini
HapusWah ..klo sinyal lup lap..agak bahaya jika hanya mengandalkan google map ya mba.. Tp memang terasa asyik nih perjalanannya ..
BalasHapusIya, mba
HapusDi beberapa lokasi sinyal sering blank, malah
Biasanya pas jauh dari pemukiman dan di tengah-tengah hutan rimba
Pengin banget ke beberapa kota di Sumatra karena aku baru sampai lampung saja, hehehe. Perjalanan panjang butuh keberanian lho, keberanian mengantisipasi jika ada masalah muncul.
BalasHapusAku malah ketagihan, mba
HapusPerjalanan berikutnya kami malah ingin sampai ke ujung UTara Sumatera, Sabang :)
Semoga terijabah
Aamiin...
asyik ya tempuh perjalanan panjang. aku jadi iri lihat kemesraan kalian. hihi...
BalasHapusAyo, mba
HapusJadikan motivasi, hihihi ;)
Wah, sebagai orang yang lahir dan besar di Sumatera tentu saja saya kenal istilah bajing loncat Mba. Duh, bahkan dulu sempet ngalamin deh pasa saya duduk di bangku SD pas mau ke Jakarta. Ngeri deh dulu itu
BalasHapusAku juga pernah bowsing, mba
HapusMemang era 1970-1990an masih sering kejadian
Karena saat itu memang kondisi jalan masih buruk, jumlah kendaraan masih jarang, hutan rimba masih banyak dan akses komunikasi juga sangat terbatas
Mbak Anna puas banget euy jalan-jalannya. Sudah ke mana-mana juga kan ya. Aku belum pernah nih ke Sumatera, pengen suatu hari bisa jalan ke sana. Maunya sih touring bareng yayang, biar puas menikmati perjalanan dan pemandangan alam.
BalasHapusTos, mba Monic
HapusTravelling bareng kesayangan is da best :)
Ya ampun mbaaak suamimuuuu... Minta ijin mau ngisi kampung tengah :D kalau ngga dijelasin ,aku ga tau itu maskudnya apaan wkwwkwkwkwk
BalasHapusKampung tengah istilah orang Sumatera terutama di daerah Melayu, mba
HapusMuahahaha...
Aku juga saat pertama dengar sempat mengernyitkan kening dan setelah tahu, langsung deh ngakak, bahahaha
Perjalanan panjang memang ada saja orang jahat dan jahil.
BalasHapusMemang bunda di tahun 1990 an rawan bajing loncat. Mendingan istirahat di hotel daripada melanjutkan perjalanan bisa bahaya, nyawa taruhannya.
Sekarang aman, Alhamdulillah melintas timur sumatra
Iya, Mpo
HapusSekarang memang sudah jauh lebih baik
Tapi... kami tetap menyukai travelling di saat hari terang, kecuali terpaksa banget kayak kemarin, pengen cepat sampai ke Jambi.
Soal jalanan yang rawan ini dulu memang jadi momok banget ya mba. Banyak sekali dibahas oleh para pengendara mobil yang melintas di jalur Sumatera, bahwa harus punya nyali tinggi untuk melakukan perjalanan di sana.
HapusMbak kok berani banget jalan-jalan dengan yg begitu jauh salut deh mbk apalagi proses menuju daerah seru banget yaa
BalasHapusSaya juga ikutan salut
HapusSoalnya biasanya kalau perempuan jalan sejauh itu lelahnya yang nggak habis saya pikir, hehe
Luar biasa perjalannya nih mbak. Saya belum pernah melakukan perjalanan panjang lewat jalur darat sampai berhari-hari seperti ini tapi sepertinya seru ya mbak. Apalagi perginya bareng keluarga gitu. Tentunya selain menambah keromantisan suami istri juga, hehe.
BalasHapusAku udah pernah road trip dari Lampung sampai Rumbai mba. It was unforgettable for sure.. mampir lama di Lampung mba, have endless fun at its beautiful beaches
BalasHapusAku lahir dan besar di lampung dan belum pernah roadtrip di Sumatera....hehehe
BalasHapusMungkin nanti ya ketika sudah tidak terikat jam kerja, jadi bisa bebas main kemana aja. Hehehe
Mbak Anna meuni keren berani ambil jarak jauh perjalanannya. Aku baru sehari semalam perjalanan aja rasanya kayak digebukin orang sekampung. Rahasianya apa si Mbak bisa fit begitu?
BalasHapusMau tahu apa mau tahu banget?
HapusHihihi
Biasanya sebelum berangkat aku sudah mulai menjaga kondisi agar stamina fit seperti cukup istirahat
Aku percaya ini ada hubungannya dengan rasa kecanduaan kayaknya mba, soalnya saat travelling itu aku merasa bahagia, sukar melukiskannya.
Lelah?
Tentu saja tetap ada ya.
Tapi dibandingkan dengan rasa bahagia yang aku dapatkan, baik karena view indah, pengalaman, hal-hal baru/wawasan bertambah, stress berkurang, menambah stok blog posting (bahahaha) dan lain-lain, jadi lelahnya bisa deh aku kesampingkan :)
Semoga berkenan mba Rani...
Oh I see, bahagia bisa membuat tubuh lebih kuat dan sehat ya Mbak. Emang sih ya kadang-kadang orang kayak aku, mau pergi aja udah kemrungsung. Pikiran lelah bikin tubuh cepat lelah juga baru sadar setelah dengar penjelasan Mbak Anna. Makasih Mbak, lain kali kalo kami mau pergi sebaiknya disehatkan dulu badannya sama pikirannya juga :D
HapusWOW, long trip over Sumatra. Aku ingin juga nih road trip ke pulau lain selain Jawa. Dulu pernahnya trip di Sulawesi, itu baru sulawesi tengah aja udah belasan jam.
BalasHapusMantep mba Anna touringnya panjang banget
BalasHapusharus jaga badan lho Mba. hehehe sekeluarga siapin bekal
aku belum pernah ke Sumatera, paling jauh ke Bali mudiknya hahaha
Aku bacanya ngos ngosan lho mba.. duh kebayang banget itu rasanya.. pasti capek banget ya mba.. tapi menikmati perjalanan menang harus ya mba.. salah satunya musik.. akupun suka pasang play list.. dari cuma dengerin aja.. sampai akhirnya nyanyi haha karena diulang-ulang jadi hafal.. soal jalanan yang rusak, memang ganggu perjalanan banget, aku lebih suka jalanan yang bagus dan tentu aman buat berkendara juga.. aku tunggu kisah perjalanan selanjutnya yaaa
BalasHapusPerjalanannya itu bisa lama gitu ya mba. Aku dulu lahirnya di sumatera selatan mba. Tapi aku ga pernah tahu sumaetra kaya apa
BalasHapusWaaahhhh mba Anna kereeeenn! Sebenernya bagi yg suka berkendara,akan seneng bgt bisa melintasi banyak jalan dan likunya. Semoga sehat selalu ya mba.
BalasHapusAku perjalanan panjang itu lumayan serinh, tapi ya saat piknik pakai bus. Kalau road trip pakai mobil, udah kebayang tapi belum terlaksana. Kelihatan seru apalagi bisa mampir di suatu daerah, mengenal budayanya juga. Tapi yang kaya gini kudu bangetsiapin badan dan juga lain2
BalasHapusMbaaa...ceritanya panjang bangeeett... aku sampai terengah2 bacanya. Asyik tapi mengikuti perjalanan keluargamu melintasi Sumatera ini. Dulu aja aku naik bus executive dari Semarang ke Jambi rasanya duuuhh.. Kaki udah bengkak semua mba. Perjalanan jauh tuh meskipun capek tapi rasanya menyenangkan sekali yaaa
BalasHapusKebayang capenya gak siih...kak?
BalasHapusAku juga uda nyobain sekali mudik lewat jalur darat siih...dan kami memutuskan untuk jalan santai.
Hihii..aka banyak mampirnya.
Yasmin bisa pulang ke Indonesia berapa bulan sekali, kak Anna?
HapusKangen banget pasti yaa...
MashaAllah~
Hi, dear
HapusYasmin sudah selesai mengikuti program AFS
Dan kini sudah sekolah kembali seperti biasa di Indonesia
Waktu di Jepang, tidak diperkenankan pulang sama sekali, harus tinggal sampai program selesai, begitu bunyi perjanjian pra berangkat Maret tahun lalu
Kak Anna so sweet banget perjalanannya.
HapusSambil berpegangan tangan erat.
Hihi...aku baca sambil senyum-senyum sendiri. Pasti ada lagu kenangannya niih...yang diputer sepanjang perjalanan.
Yeayyy aku betah bacanya dan antusias banget akunya Mbak 😍😍😍
BalasHapusDuhh itu gimana rasanya boyok mbak
Tapi kerenn bnget sihh,
Kalau aku mungkin udah mabok darat aja itu berkali-kali kwkwkwk
Makasih buat sharingnya Mbak Anna
Boyok apa botok? Muahahaha
HapusBoyok belum sampai bonyok, sih mba
Hahaha
Karena kita sering istiqomah eh istirahat, pas isi BBM, sholat, makan, dan olah raga dikit-dikit pas di mobil misalnya gonta-ganti posisi duduk, so fine-fine aja nih boyok, hahahaha
Ini kenapa jadi ngakak mulu yak
Baidewei, subway,
Alhamdullillah, kami sekeluarga tak ada yang pemabuk
Senang bisa berbagi, dear
Naah kaann... kalau aku ya udah pasti boyok berasa bonyok mbaa.. Sedemikian jauh perjalanannya. Mana jalannya banyak yang enggak mulus ya penuh jebakan batman. Lelah juga harus jalan pelan2 demi menghindari hal2 yg tidak diinginkan.
Hapusjadi termotivasi mau nyoba juga batam sumbar. pengen banget tapi blm kesampaian. keren banget mba ana stamina nya bagus
BalasHapusSaya belum pernah nih melintasi jalur lintas timur Sumatera, kayaknya seru juga ya warna-warninya. Nabung dulu biar bisa punya bekal yang cukup nanti traveling lewat lintas timur Sumatera.
BalasHapusWah perjalanannya jauh, kalau saya udah pusing - pusing hihih, kurang suka perjalanan jauh - jauh nih suka cepet masuk angin, hiks
BalasHapusAku belom penah jalan jalan ke sumatra tapi membaca ini jadi ada gambaran pergi ke sumatra.. Menarik
BalasHapusSaya dan suami peenah road trip ke Palembang dari Bandung, yang pertama pas belum ada anak-anak, kedua setelah ada anak-anak, ada acara nyasar segala karena kemalaman sementara melewati hutan belantara agak-agak ngeri sedep juga nih
BalasHapusKak Anna, aq jd kebayang perjalanan waktu pulang naik ALS, oh Mama sesuatu bgt pastinya. Remuk syalala badannya tp happy hehe
BalasHapusYa ampuun itu genggaman tangannya. Sampe lost foccus aku wkwkwk... Sekarang udah aman ya jalur ke Sumatra sejak ada jalan tol.
BalasHapusAku belum pernah jalan sejauh itu Mbak
BalasHapusCuma Surabaya - Bali aja pernahnya. Mau terus ke Lombok yaa kok kasihan sama balita.
Keren banget jalan-jalan yang singkat tapi banyak tempat yang dikunjungi jauh jauh juga jalan-jalannya
BalasHapusMasya Allah luar biasa sekali mba.. aku termasuk yang gak kuat berlama2 dalam perjalanan. Mungkin memang kebiasaan dr kecil anak rumagan yaa.. hhii
BalasHapusBaca cerita mba luar biasa sekalii salut pastinya seru jugaa yaa 😍
Been there done that. It is always be special because Road trip will teach you many things and show you a lot of stuff as well. I bet you enjoy the trip so much
BalasHapusMasya Allah Kak Ana, keren banget bisa roadtrip Sumatera. Apalagi bareng keluarga.
BalasHapusKok sama sih mbaa, akupun suka banget road trip, lebih santai, bisa mampir2, dan banyak momen romantisnya kayak suap2an cemilan hahahaah. Aku jadi pingin ke sumatra dg mobil juga nih. Kebetulan suami pernah jogja-aceh pakai mobil, jadi kalau jogja-medan kayaknya dia bisa lah yaaa heheeh
BalasHapusNah, sudah ada modal Yogja-Aceh
HapusCus lah...
Kalau bisa nginap di Simalem Resort sambil eksplor Danau Toba,
atau,
di Gundaling Tanah Karo merasakan musim dingin ala Eropa, yah sekitar 16 derajat Celsius sih, tapi cukup bikin nafsu makan menggila, hahaha...
Duh, jadi ingat belum nulis tentang staycation di Gundaling...
Kalau lebih sering dengar teman yang melakukan mudik ke lintas Sumatera. Cerita-cerita keseruan mereka bahkan kadanh mencekam karena ada bajing loncat itu bikin degdegan. Sekarang baca ceritamu jadi keingetan betapa serunya road trip ya mbak.
BalasHapusBajing loncat bisa dimimalisir atau bahkan dieliminir
HapusBoleh coba eksekusi kiat-kiat di atas, mba
Atau minta sahabatnya mampir di tulisan ini
Hahaha, modus lagi akutu..
Wohooo perjalanan yang sangat panjang. Gak kebayang capainya. Tapi seru dan senang karena bersama keluarga tersayang. Saya belum merasakannya sih. Masih Surabaya - Jogja yg 8 jam ajah. Hehe
BalasHapusSalam manis,
Artha
Yang penting sudah ada modal Surabaya-Yogja
HapusNtar boleh deh naikkan "dosisnya!"
Hahaha...
Selalu senang membaca cerita roadtrip panjang kaya gini mbak, jadi pengen ikutan roadtrip juga. Apalagi menempuh jalanan sumatera, kayaknya seru banget. Selama ini saya roadtripnya di Jawa aja. Pengen sesekali melancong ke tempat yang jauuuuh. Selama ini rute terjauh cuma Wonosobo- Surabaya dan Jogja-Jakarta aja.
BalasHapusTos, mba
HapusKami sekeluarga termasuk yang road trip addict, hahaha
Termasuk dengan segala suka-dukanya...
Sudah ada di DNA, kayaknya, hahaha
Seru banget membayangkannya. .. Aku pernah road trip dari Jakarta sampai Bima, NTB, yang merupakan kampung halaman suami. Menyenangkan sih. .. Tapi kalau inget pegelnya kapok hahahahhaa
BalasHapusPingin banget road trip ke Sumatra, soalnya belum pernah..
Mesti coba, mba
HapusAku saja baru coba lintas timur dan tengah, yang barat menyusul
Memang sih gempor, tapi sensasi dan manfaatnya mengalahkan itu semua, Insya Allah
Luar biasa memang travelling itu ya!
uwaaahhhhh aku blm berani road trip ke sumatra :p. pdhl kampung ortu di Sibolga. tp slama ini msh milih naik pesawat ksana. pgn sih mba, tp memang msh ragu2. Dan butuh cuti yg lama juga krn wakth di jalan aja udh berapa hari sendiri :D.
BalasHapusroad trip terjauh yg aku dan suami lakuin pas kliling jawa 2013. dr jkt sampe gresik. itu seru memang. Kangen sih ngulangin yg begitu lg :D
Road trip memang bikin kepo
HapusBiasanya, dalam setiap perjalanan meski dengan rute yang sama, ada saja pengalaman dan kesan yang berbeda ya
seru banget perjalanannya, Mbak.. selain lebih hemat (daripada beli tiket pesawat ya kan, wkwkwk), juga jadi lebih intim dengan keluarga ya, Mbak..
BalasHapuscerita perjalanan dari jawa sampai lintas sumatra ini kayaknya lebih panjang dari roadtrip aku waktu SD dulu dari jember - jakarta taun 90an. Mungkin karna jalan pulau jawa sudah aspal ya waktu itu, jadi kayak cepet aja, meskipun mobilnya VW.
BalasHapuskalo perginya sekeluarga gini memang seru ya mbak, nyaman banget gitu bawaaanya. kalo road trip gini kudu ambil cuti yang banyak aku,
Harus menyiapkan segalanya ini, harus gantian nyetirin juga hahaha
BalasHapusjauh soalnya lintas timur sumatera. Sungguh keren
aku pernah Jawa ke Bali mudik juga mba, menyenangkan
Serunyaaa ya. Tks info nya. Baru ampe. Lampung aja nih.semoga bsk2 bisa. Lanjut ke wialayah sumatera yg lain. Aamiin
BalasHapusaku kok malah ngebayangin teposya pantat duduk selama itu di mobil, luar biasah...itu hampir ngelilingin seluruh provinsi di Sumatera mbak
BalasHapusMemang kudu sering istirahat, mba
HapusAgar perjalanan tetap nyaman ^^
Saya belum pernah melakukan perjalanan jauuuh sekeluarga kekgini. Yang Allah, mari membangun keluarga duluuu. Hahaha!
BalasHapusKak Ros dirimu sungguh setroooonggg!
BalasHapusAku bacanya ngebayangin kalo bodiku bakal cuapeeekk banget, qiqiqiqi
Dirimu dan Yasmin sungguh warbyasakkk!
--bukanbocahbiasa(dot)com--
Mungkin setrongnya karena doyan bolang, mba, bahahaha.
Hapuseaaa... genggaman tangannya romantis banget euyy , hihiii
BalasHapusAku pernah menceritakan postingan ini ke kakak aku orang Lampung, terus bilang 'apa kakak nggak mau nyobain mudik dari Jawa ke Sumatera ngendarain mobil/kendaraan pribadi sendiri ya, begitu sama pulangnya' kurang lebih gitu mbak.. Eh ternyata beneran ada niatan gitu,
Jadi beneran seru ya mbak, perjalanan menggunakan kendaraan pribadi, apalagi itu berkilo-kilo, loh, wkwkwkwk
Mkaasih sharingnya Mbak Anna ^_^
Bolang bareng dengan orang yang passionnya sama itu, anugerah!
HapusMemang tak selamanya lancar, mulus ya
Namanya bepergian jauh, tetap sih fisik lelah, namun bahagianya lebih dominan.
Begitulah...
ikut seneng klo perjlanannya lancar.. Panjang benerrr yaa...aku perjlanan darat ke sumatera cuma pernah sampe Padang. jaman masih gak enak.. haha.. Intinya.. lama banget.
BalasHapusWaduh mbak, kuat sekali ya suaminya nyetir. Perjalanannya panjang sekali. Kalo kami bawa kendaraan sendiri, perjalanan paling panjang ya cuma dari Jember ke Bali. Kalo naik kereta, perjalanan paling panjang dari Jember ke Solo. Nggak sampai 10 jam tapi badan rasanya udah pegal2 semua. Tapi memang perjalanan keluarga seperti ini pasti ada kenangannya ya, mungkin badan capek tapi suatu saat pengin mengulang lagi.
BalasHapusKalau kami sudah kecanduan mba^^
HapusMasih dalam perjalanan saja, sudah heboh merencanakan road trip berikutnya, bahahaha
Kalau perjalanan jauh gini tuh kudu prepare banget ya, apalagi kalau punya anak toddler.
BalasHapusSetuju banget mba!
HapusKalau bawa toddler, daftar agar bolang nyaman, bisa panjang ne^^
Ya ampun seru banget mba roadtrip perjalanan darat lintas timur Sumatera bawa toddler pulak. Kebayang drama, cerita, dan pengalaman selama perjalan pasti banyak banget yang gak akan mudah dilupakan
BalasHapusPerjalanan paling panjang bawa kendaraan sendiri sekeluarga adalah dari Bondowoso-Semarang-Yogya balik Bondowoso lagi. Abis itu kapok. Wkwkwk Karena kata suami lelah nyupirnya, yang liburan mah kalian ajah. Wkwkwkwk
BalasHapusWalaupun lelah tapi dibawa happy aja ya mbak selama di perjalanan. Aku belum pernah kalau lintas sumatera gitu, paling ke Bali aja lewat darat tapi itu juga menginap dulu dalam perjalanan.
BalasHapusKalau ke Jakarta lagi ketemuan dong mbak
Wah Yasmin ketemu sahabat ya! Kalau aku pernah yogya-palembang aja road tripnya secara kuliah Yogya, ortu di Palembang, pengen juga coba sampai Jambi, Pekanbaru atau Padang roadtrip hehe
BalasHapusSeruuu bangeet road tripnya ya Bun. Kapan kapan aku pengin juga sih road trip giru ke Sumatera. Ke Lampung aja dulu kali ya yang dekat.
BalasHapusAku udah pernah merasakan sensasi jalur lintas timur Sumatra akhir tahun 2017, eh sekitar bulan September ding. Tapi rutenya dari Bogor sampai Pekanbaru. Seru emang, apalagi saya dan suami waktu itu nganter mobil baru milik adik ipar. Jadi berasa touring, trus nagih juga nih karena waktu itu jalan tol belum jadi. Pengen ngerasain jalan tol Sumatra
BalasHapusAku belum pernah sejauh itu, Mbak.Jakarta-Lampung Utara aja baru sekali yang full darat. Biasanya milih alternatif yang lain aja, karena anak-anak belum mau diajak nge-trip kayak gini. Padahal pasti seru, lho.
BalasHapuswuiiih, harusnya mampir ke Bnegkulu Mba, kan dikit lagi, bisa wisatas ejarah dan pastinya liat bunga rafflesia dan mandi di pantai terpanjang. btw capek gak sih Mba, tapi asik yah kan
BalasHapusYa allah seru banget ya perjalannya ini.. Aku belom pernah perjalanan jauh seperti ini naik mobil
BalasHapusKalau senadainya jalan lintas timur Sumatera ini memyambung dengan Batam kayaknya jalanan di sini lebih manusiawi lagi Kak. Soalnya baguuus mulussss. Haha.
BalasHapusMbak Anna fit banget nih naik mobil sampe sejauh itu. Aku naik bisa Singapore- KL aja pegel hahahaha
BalasHapusLumayan cukup Panjang perjalanan nya ya mba, tambah pngalaman jadinya,, karena brangkat dengan kluarga lumayan terhibur walaupun lelah ya tapi happy setelah smp tujuan
BalasHapusWow luar biasa mbak. Salut aku perjalanannya jauh banget. Saya tim cepet sampai lokasi hehe. Dlu prnah perjalanan jauh zaman masih kecil mudik naik mobil dr jogja ke Lampung. Selebihnya udah ga pernah lagi kecuali piknik rame2 naik bus pariwisata. Hebat euy
BalasHapusSy pernah jakarta ke bukitinggi, seruuu. Capek memang tp nikmatij aja
BalasHapusKalau perjalanan panjang bersama suami aku belum pernah mbak dan ini adalah cita-citaku, bisa traveling bareng suami tanpa anak-anak, hehehe Jadi nunggu anak-anak gede dulu deh kayaknya
BalasHapusWuaaa pas banget.. minggu depan kami rencana road trip ke padang. Ini yg pertama. Baca artikel inj jadi banhak dapat info, makasih kaka.
BalasHapusHalo kak.. terima kasih kak ceritanya, bermanfaat banget nih hehe. oh ya kak mau tanya, utk biaya tol Jkt-Palembang kalo ditotal habis berapa ya kak? kira2 aja kak hehe.
BalasHapusMohon maaf Mas Bimo, aku lupa.
HapusTapi bisa di search di google kog.
Kalau dari Jakarta biasanya naik feri dulu via Merak ke Bakaheuni.
Aku pun doyan banget roadtrip, minimal setahun sekali lah. Seru!
BalasHapusKalau berdasarkan pengalaman lalu itu, aku lebih suka, lintas tengah. Jalanan masih lebih bagus ketimbang lintas timur.
BalasHapusNamun, susah juga dijadikan patokan, karena kondisi jalanan yang berubah-ubah.
Perjalanan mudik sebelumnya (2014) kami pakai lintas Timur yang bagus, tetapi ternyata saat Februari 2019, hancur banget, apalagi yang menuju Palembang. Ampuuun deh.
Hihihi, jadi bingung ya...
Atau, kalau punya keluarga/teman yang baru pulang mudik, bisa dicek lagi, biar lebih afdol.
Cerita di atas saat mudik, Februari 2019.
Jadi, bisa saja kondisi jalanan sudah berubah juga, mba.
Semoga membantu ya :)
Jadi, dari Jakarta ke Medan kami via lintas Timur, namun karena jalanan rusak parah, untuk rute pulang (Medan ke Jakarta) kami lintas Tengah, mba
BalasHapusAku tambahkan sedikit, biar ada gambaran ya.
Cerita di atas cerita mudik dari Jakarta ke Medan via lintas Timur
Seru banget ya mba, menempuh perjalanan panjang dengan orang- orang tersayang
BalasHapusGaya penulisan mba Anna natural sekali, saya suka, meskipun tulisan panjang tapi sayang tidak dibaca
Alhamdullillah...
HapusTerima kasih, dear
Kalau mood lagi legit, kata pun seperti berjatuhan dari langit :)
Niat lebaran ini tanggerang Medan masih ngerayu anak gadis yang katanya pasti capek banget, adik nya udah setuju, mudah mudahan terlaksana biasnya terbang disana tinggal sewa mobil, ada resepnya mbak
BalasHapusluar biasa mba...kebetulan kami sekeluarga juga hobi bgt road trip...tapi baru sebatas Jawa alhamdulilah sudah tersisir terus Bali Lombok... kepingin bgt sih nyebrang ke Andalas... terimakasih kasih mba tulisannya....dan sekarang ternyata lintas sumatera udah jauh dari kata seram ya...mudah mudahan rencana kami terkabulkan....Cirebon.merak.lampung.palembang.jambi.pekanbaru.bukittinggi...
BalasHapusSeru sekalinya mba, saya juga kalaunpas akan pulang ke Palembang, dulu sennag sekali naik kapal Fery. Sekarang pilih naik pesawat karena punya anak kecil takut kelamaan dijalan.
BalasHapusBelom pernah ke sumatra via darat, paling banter di jawa aja. Duh kudu kucoba ini kapan2.. plan ke Padang, pasti asik kalo pandemi dah lewat
BalasHapusbacanya aja aku engap mba Anna, aku enggak pernah melakukan perjalanan darat selama itu, hanya pernah ke Bali sekitar 15 jam kalau ga salah itu aja udah lemas badannya, kalau ada pesawat atau kereta mending milih kereta, dan pasangan juga gak suka jalan panjang gini, tapi kayaknya seru juga ya kalau dicoba sama pasangan hehehehe
BalasHapusSetiap kali baca tulisan Kak Anna, saya jadi senyum-senyum sendiri. Ada lucu-lucunya gitu, heheh...
BalasHapusTahun 1985 lalu saya juga pernah perjalanan darat di Sumatera dari Jambi ke Palembang dan sebaliknya. Waktu itu saya masih umur 8 tahun. Rasanya jauuuh banget, badan sampai pegel-pegel karena jalanan masih kurang bagus pas lewati kebun kelapa sawit. Untung saya gak mmuntah. Hehhe..
Saya dulu suka road trip gini. Tapi harus banyak berhenti buat beristirahat biar mood bagus. Udah Lama juga ga lintas Sumatra nih. Terakhir ke Padang Naik pesawat
BalasHapusKalau aku dari Jawa ke Bali, Bali ke Jawa lagi sungguh menyenangkan hati ya kak. Bisa liburan bareng keluarga gini, kebersamaan yang sulit dilakukan. Ah jadi rindu, semaking menghangat hubungannya.
BalasHapusLiburan sekolah 2019 mudik ke Batusangkar Sumbar dari Kalianda Lampung. Biasanya kami mudik lebaran. Rencana kami mau coba tol terbanggi besar - kayu agung yang lagi di buka secara fungsional karna arus mudik lebaran. Yang terjadi sodara2 tol ditutup subuh, mau lewat lintas timur ?.. ada truk nyangkut di jembatan penghubung Lampung Sumbsel di daerah Mesuji. Akhirnya kami putuskan lewat lintas tengah. Nah nah padat merayap ditambah banyaknya kendaraan besar yang mengangkut alat2 berat untuk pembangunan tol. Duh kapan sampainya otakku mikirrrr...
BalasHapusEng ing eng. ya sudahlah di pertigaan kami belok kiri keLiwa ambil lintas barat. Ho ho ho .. alangkah kagetnya kami begicu sunyi dan sepinya jalan yang kami lalui. Terutama memasuki kawasan hutan konvervasi, lengkap dengan nyanyian jangkrik ditengah rimbunnya pepohonan. Takut, so pasti!
Sesungguhnya nyali kami ciut. Sangat jarang papasan dengan kendaraan lain. Jam 2 siang kami baru ketemu laut di pesisir barat (berangkat dari kalianda jam 5.51). Jam 7 malam kami nginap di Kota Manna Bengkulu. Besok pagi jam 8 melanjutkan perjalanan keluar masuk kebon sawit dan karet serta dibeberapa tempat menyusuri bibir pantai barat pulau sumatera 🤣. Sinyal ??? hiiiii lebih banyak ngilangnya. Rezekinya kami bisa mampir ke rumah pengasingan Bung Karno serta Benteng Marlborough di Kota Bengkulu. Malamnya kami istirahat di SPBU Muko Muko, sebelum subuh kami lanjut lagi. Memasuki Pesisir Selatan Sumbar kami tak mampir di Pulau Mandeh 😔 (Raja Ampatnya Sumbar). Kota Padang kami lewati dengan menyusuri TAPLAU atau tepi laut. Lanjut arah Batusangkar melewati indahnya Lembah Anai dengan air terjunnya. Tak terasa jam 14.20 alhamdulillah kami sampai juga di Batusangkar dengan selamat.😊😊
Lintas Sumatera memang bagai teka-teki.
HapusHihihi.
Susah ditebak endingnya!
Bisa jadi travelling terakhir jalanan mulus eh pas dicoba lagi saat perjalanan berikutnya malah sudah rusak parah. Atau bahkan terjadi sebaliknya.
Apa pun itu kami masih tetap saja suka melakoninya.
Yang pasti karena dengan keluarga, dengan kesayangan, jadi perjalanan terasa mengasyikkan dan bikin kecanduan
Capek, tentu saja ya.
Namun kenangan, pengalaman serta hal-hal yang tak terduga itulah yang bikin kecanduan!
Semoga bisa mengulang lagi perjalanan mudik ke kampuang halaman!
Kereeen mbak! Perjalanan lintas timur Sumatera ini membuat saya jadi ingat pas tinggal di Balige, Sumatera Utara. Sering banget lewat jalur timur dari Pematang Siantar dan Tebing Tinggi ke Medan.
BalasHapusBahkan ketika pulang kampung ke Padang, saya juga coba jalur timur melalui Riau (Bangkinang). Seru banget! Semoga bisa terulang ya mbak trip seperti ini.
Tahun 2017 pernah road trip dari Jakarta -Bali, Bali -Jogja, Jogja -Jakarta dan diakhiri Jakarta - Kota Pinang, tahun ini insyaAllah mau road trip lagi ke Jakarta, sekalian cobain tol
BalasHapus2015, 2018 & 2019 kami sdh melakukan road trip ke sumatera utara dan berakhir di Kampung Kinangkong, Tanah Karo. 2015 anak masih 1 usia 2.5th. 2018 & 2019 anak sdh 2.
BalasHapusKami suka banget melakukan road trip krn bs berjumpa dgn keluarga besar dari dari suami..
perjalanan yang panjang dan seru ya... tapi aku kok ada pertanyaan soal panggilang bunda dan abang? kayak ga match gitu, ah ga penting banget ya pertanyaannya hehehe...salam kenal ya mam
BalasHapus