Sakura pertama Yasmin |
****
"Bunda, buruan ke kamar, sudah tersambung nih video callnya"
Suara hubby terdengar lamat-lamat dari balik pintu kamar tidur
Aku langsung membuat mode hibernate di laptop dan bergegas ke kamar tidur.
Di sana, di layar, Yasmin sudah stand by di depan kamera.
Meski sudah seringkali video call, tetap saja keharuan hadir membahana. Namun cepat-cepat aku menguasai emosi, karena teringat pembekalan dari pengurus AFS, agar menghindari momen emosionil saat berkomunikasi agar tidak mempengaruhi kondisi emosi buah hati.
Saat itu akhir Mei 2018, sudah hampir 2 bulan Yasmin berada di Hiroshima, mewakili Indonesia, setelah lolos seleksi AFS untuk tahun 2018-2019 (Year Program - YP 2018-2019).
Ini adalah pengalaman ramadan di negeri sakura yang pertama bagi doi dan ramadan pertama bagi kami tanpa Yasmin di Indonesia.
Kami, of course, excited banget dong ya, mendengar pengalaman suka duka ramadan di negeri sakura.
Sebelum lanjut, aku mau menambahkan sedikit informasi yang aku kutip dari artikel Mei 2018 di www.tempo.co tentang pemeluk Islam di Jepang ada sekitar 160.000 orang.
Masih kecil memang dan membuat Islam adalah minoritas di negeri sakura.
Namun jika dibanding dengan 50 tahun lalu, terjadi kenaikan hampir 25 kali lipat jumlah masyarakat Jepang yang memeluk agama Islam.
Nyok, lanjut!
Seperti biasa Yasmin mengenakan earphone saat video call demi kenyamanan, karena biasanya waktu sudah menunjukkan di atas jam 10 malam.
Tahu sendiri dong ya, masyarakat Jepang sangat menghargai privasi. Jadi, Yasmin pun rupanya sudah mulai tertular kebiasaan ini. It's a good things, right, isn't it?
Kami memilih waktu ini karena obrolan bisa dilakukan dengan santai dan agak lama durasinya.
Oh iya, tambahan informasi nih...
Waktu Balikpapan dan Hiroshima, beda satu jam, di mana Hiroshima lebih cepat satu jam.
Saat itu, di Hiroshima sedang peralihan musim semi ke musim panas dan suasananya masih 11-12 lah dengan di Balikpapan.
"Assalaamualaikumwarohmatullaahi Wabaraakatuh"
Seperti biasa kami mengawali video call dengan salam
"Waalaikumsalamwarohmatullaahi Wabaraakatuh"
"Apa kabar, Yasmin?"
"Baik, Bun, Dad"
"How is your day?"
Aku langsung kepo dong, hihihi...
"Same, as usual, Bun, home and school,"
"I see, can you share, about your ramadan, my dear?"
Sampai di sini, Yasmin terlihat sumringah.
Jadi gini, Bun...
Malam sebelum sahur pertama, Yasmin cerita dong yang ke host family bahwa Yasmin mau puasa.
... bahwa puasa itu ada sahur
... bahwa puasa itu tidak boleh makan dan minum di waktu yang telah ditentukan
... bahwa waktu buka puasa itu ada ketentuannya
... bahwa di bulan puasa perhitungan amal kebaikan dilipatgandakan
Nah, yang langsung bereaksi adalah Mama host family, Bunda...
Begini kira-kira dialog mereka yang aku tangkap ya. Tentu saja mereka bicara dalam bahasa Jepang.
Tapi aku terjemahkan ya, tsaaah... #kibasponi
Sssst... yang terakhir ini jelas hoax, jangan percaya ya! Bahahaha... (((terjemahkan)))
Lanjut...
"Jadi, jadi... Yasmin harus bangun pagi sekali gitu ya, untuk makan?"
"Iya, Okaa-san"
"Mohon maaf banget ya, sepertinya, Okaa-san tak akan bisa bangun jam segitu untuk menyiapkan sarapan, belum biasa"
"Oh, tidak ada-apa, Yasmin bisa kog bangun sendiri, nanti pakai alarm"
"Oh... syukurlah"
Nah, kalau teman-teman dan guru di sekolah lain lagi nih ekspresinya, Bunda...
Jadi, beberapa hari sebelum ramadan, Yasmin sudah share ke sensei, kalau akan puasa.
(sensei - panggilan di Jepang untuk orang yang dihormati karena posisinya. Biasanya yang mendapatkan gelar ini adalah seorang guru - wikipedia)
Nah, pas sehari sebelum ramadan, sensei mengingatkan kembali di depan kelas, bahwa selama sebulan nanti Yasmin akan puasa dan sarapan di awal hari.
Langsung deh seisi kelas heboh dan gaduh.
"Waduh, jadi harus bangun pagi-pagi sekali ya!"
"Itu beneran ya, tidak makan seharian?"
"Terus, kalau ga makan seharian, ntar kan bisa mati"
Hahaha, tak ayal, kami berdua ngakak mendengar ekspresi teman-teman Yasmin itu.
Yasmin bersama teman putri Setouchi High School Hiroshima |
"Are you sure want to do it?
"Yes, I am"
"You are not gonna hmmm... die, are you?"
Katanya sambil menatap aku lekat-lekat.
"No. I am not. I have done it for couple years as other moslems as well"
"Well to me it doesn't make any sense" katanya sambil menggeleng-gelengkan kepala
Aku tak menyalahkan juga sih, mungkin wawasannya tentang Islam juga sangat sedikit karena boleh jadi karena jarang berinteraksi dengan lingkungan muslim ya.
Namun banyak juga expatriat lainnya, terutama saat aku bekerja di perusahaan tambang emas di pedalaman hutan Kelian, Kutai Barat, Kalimantan Timur beberapa tahun lalu, seperti yang aku tuliskan di sini kebanyakan mereka sudah akrab dengan keseharian muslim seperti kebiasaan mengucapkan salam, sholat, puasa, zakat, mengenakan hijab, lebaran dan lain-lain.
Kembali ke laptop!
Menurut Yasmin, memang memerlukan pengorbanan berpuasa di negara yang minoritas muslim.
Benar-benar keimanan diuji, karena semua harus dikerjakan sendiri.
... tidak ada yang mengingatkan sholat
... tidak ada yang mengingatkan puasa
... tidak ada yang mengingatkan ngaji
dan lain-lain.
Saat tidak menegakkan sholat tidak ada yang perduli, saat makan di restoran di bulan ramadan tak ada yang nyinyir dan sebagainya.
Jadi benar-benar banget melakukannya semata karena Ilaahi Robbi, Insya Allah, Insya Allah.
Begitulah, selama kurang lebih sebulan Yasmin menjalankan ramadan di negeri sakura, tentu saja dipotong masa menstruasi ya.
Ramadan di Negeri Sakura Banyak Cobaan
Ramadan di negeri sakura banyak cobaan, iyesss!
Dimulai dengan sahur.
Yup, Yasmin harus bangun sendiri dengan menyetel alarm.
Beda saat dengan di Indonesia, Yasmin tinggal makan, karena aku sudah menyiapkan semuanya, jadi, tinggal sorong deh, bahahaha.
Menurut Yasmin menu sahurnya berganti-ganti antara ramen (mi instant), sup instan, ayam goreng, nasi dan lain-lain. Kadang-kadang jika ada sisa makan malam yang masih layak, dipanaskan lagi.
Masih menurut Yasmin (lagi) nih, nasi di Jepang itu sangat pulen. Jadi makan nasi saja sudah nikmat banget! Apalagi susu Jepang, nikmatnya tiada tara!
Aku bisa membayangkan kelezatan dua makanan ini hanya dengan memandang sorot mata, ekspresi dan aura doi ketiga berbagi cerita. Biasanya doi jarang banget tuh memuji-muji makanan. Berarti da best banget lah!
"Pernah gak sahur?" tanyaku kepo
"Sering, hahaha" jawab Yasmin terkekeh
"Why?"
"Pas alarm bunyi, dimatikan, tunggulah sebentar lagi, eh ternyata, keterusan, Bunda"
Hmmm... aku cuma bisa nyengir, kalau sudah begini.
"Kalau buka, gimana?"
"Biasanya bareng keluarga angkat bunda, menunya seperti makan malam biasa"
"Sebutin dong apa saja!"
"Waduh, banyak bunda, sudah gak ingat lagi, yang pasti yang seperti sahur, ada nasi, daging, ayam, oseng sayuran, buah segar seperti tomat dan timun"
"Pernah makan di restoran?"
"Jarang banget bunda, kayaknya host family Yasmin lebih suka makan di rumah, lagi pula makan di restoran di Jepang itu mahaaaaal banget! Biasanya kalau ada nenek dan kakek datang baru deh kita sesekali makan di restoran, kayak family time, gitu"
"I see"
Yasmin bersama jamuan keluarga besar host family |
Semoga kelak bisa menjejakkan kaki lagi di negeri sakura ini. Aamiin.
Cobaan lainnya, karena memang Islam minoritas di Jepang, adalah sangat sulit menemukan mesjid. Bahkan di distrik Asaminami-ku Hiroshima, tempat tinggal Yasmin belum ada mesjid.
Jadi yang punya kebiasaan tarawih di mesjid tiap hari, bisa dipastikan akan skip ke mesjid nih. Tarawihnya di rumah saja ya.
Pusat komunitas muslim terdekat ada di distrik Higashi-ku, tepatnya di The Islamic Cultural Center yang berjarak hampir 280 km dari Asaminami-ku, dengan jarak tempuh kurang lebih 3.5 jam.
"Kalau sholatnya, gimana Yasmin?"
"Biasanya, Yasmin sholat di kamar, di rumah, Bun. Sholat Zuhur dan Ashar di qadha di Ashar, Magrib dan Isya di qadha juga, dikerjakan saat Magrib atau juga kadang di Isya"
Meski sebenarnya ukuran apartment keluarga itu kecil, host family Yasmin dengan senang hati mengalokasikan satu kamar untuk Yasmin. Keluarga kecil itu rela berbagi kamar dengan putrinya yang berusia 10 tahun.
"Pernah mengikuti aktivitas ramadan dengan komunitas muslim selama di Hiroshima, Yasmin?"
"Tak pernah, Bunda. Soalnya Yasmin pulang sekolah sudah sore, sudah lelah banget, pengen istirahat saja di rumah. Paling banter taraweh dan membaca Alquran di kamar"
"Terus, reaksi teman-teman Yasmin di sekolah gimana, kalau pas jam makan siang?"
"Biasa saja tuh bunda, mereka tetap saja makan di kelas seperti biasa"
"Tak ada yang bilang seperti ini, maaf ya, kami mau makan dulu"
"Hahaha, gak ada tuh Bunda, mereka biasa saja, yah seperti hari biasa lah"
Waduh, aku bisa membayangkan saat ramadan Yasmin harus mencium-cium aroma kuliner teman-temannya yaa, di jam lapar pula. Sungguh cobaan yang menggoda iman!
Cobaan lain adalah karena ini menjelang musim panas, waktu siangnya lebih panjang, 16 jam, which is berarti harus menahan lapar lebih lama ketimbang di Indonesia yang hanya 13-14 jam.
Tetapi jika dilihat dari sisi berbeda, alhamdullillah kesempatan untuk mendapatkan pahala juga lebih lebar ya. Panjangnya siang otomatis mengakibatkan durasi malam hari lebih singkat. Hal ini tentu juga menjadi tantangan sendiri karena rawan bangun telat.
Cobaan lainnya lagi adalah karena mayoritas non muslim tentu saja banyak orang yang tidak puasa di setiap sudut kota. Restoran dan pusat perbelanjaan pun bebas berjualan kuliner di pelupuk mata.
Tak ada perubahan gaya hidup selama ramadan, restoran, mall dan kantor tetap dengan aktivitas seperti biasa. Tidak ada kebijakan seperti di Indonesia misalnya, masuk kantor bisa agak sedikit siang dan pulang kerja bisa lebih cepat seperti yang pernah aku alami sebelumnya.
Ramadan di Negeri Sakura Itu Sarat Tantangan
Dari semua uraian Yasmin di atas aku membuat kesimpulan bahwa ramadan di negeri sakura itu sarat tantangan!
Dengan semua daftar cobaan, kita ditantang untuk menunaikan ibadah ramadan lebih baik dan lebih kuat di negeri sakura ini karena memiliki nuansa yang sama sekali berbeda dengan negeri kita sendiri.
Terutama Yasmin yang bersekolah di private schooll yang mayoritas siswa-siswinya non muslim yang tidak berpuasa, aku yakin pasti mengalami tentangan tersendiri terutama saat jadwal makan siang dan melakukan aktivitas yang menguras tenaga.
Syukurlah, menurut Yasmin, selama bulan puasa, doi mendapatkan dispensasi dari sekolah, diizinkan tidak mengikuti aktivitas yang menguras tenaga.
Alhamdullillah, karena mungkin sudah terbiasa puasa saat ramadan di Indonesia, dan saat itu, Hiroshima juga sedang peralihan dari musim semi ke musim panas, sehingga suasana iklim dan cuaca tak jauh berbeda dengan di Indonesia, Yasmin bisa melewati ramadan di negeri sakura dengan lancar.
Aku percaya, ramadan di negeri sakura pastilah spesial ya, karena tidak mendengar azan yang saling bersahutan, aneka panggilan sahur, pemberitahuan imsak dan berbuka serta jarang menemukan mesjid selayaknya di Indonesia.
Bahkan suatu hari, bisa jadi malah merindukan warna-warni pengalaman ramadan di negeri sakura ini saat kembali ke tanah air nanti.
Semoga warna-warni pengalaman ramadan di negeri sakura ini bermanfaat ya.
Ayo, siapa nih yang pernah ramadan di negeri orang atau punya pengalaman unik saat ramadan?
Yuk, cus sharing pengalaman di kolom komentar di bawah ini ya. Ditunggu...
Wah cerita yang menarik saya semangat bacanya dari awal sampai akhir. Alhamdulillah ananda tetap istiqomah beribadah meskipun di negeri orang yang notabene Islam menjadi agama minoritas. Didikan orang tuanya pasti cakep nih, keren. :D
BalasHapusAku juga gitu mba.
HapusWaktu Yasmin berbagi kisah ramadan saat video call.
Bahkan aku sering bertanya hal yang sama, lagi dan lagi, bahahaha.
Menikmati aura Yasmin saat bercerita
"Tak ada yang bilang seperti ini, maaf ya, kami mau makan dulu"
BalasHapusHahaha...ini mah di kampung halaman Bun. Tapi itu dulu mungkin, soalnya kalau sekarang dah ga pake permisi-permisian. Langsung aja.
Ya gpp sih, toh ya mereka puasa nggak puasa urusan mereka sama Rabb-nya. Pun demikian dengan kita yang puasa. Nggak fair dong gara-gara kita puasa, terus ngegas kalo ada yang makan di deket kita.
Lah wong, kita aja di luar bulan Ramadhan bisa sliweran di depan orang fakir dan miskin, nyeruput Starbucks atau Chatime (bagi yang mampu) nggak pakai permisi. Masa giliran disuruh puasa, ngegas waktu ada yang makan/minum.
Betul nggak sih.
Masya Allah,
HapusTerim kasih berkenan silaturahmi ke sini, Tuan Minimalis ^^
Soal permisi itu, aku masih bisa menemukannya di sini di Balikpapan, Mas. Biasanya oleh teman yang non muslim.
Tapi aku sepakat, orang berpuasa tidak memerlukan itu semua. Kalau sudah niat puasa yah puasa sajalah ya. Gak perlu ngegas juga kalau ada orang yang makan di sekitar kita, hahaha.
Aku syukak tuh istilah, Mas. Ngegas, hahaha...
You just make my day, Mister! ^^
New experience saat berpuasa di negeri orang. Satu yg pasti kita hrs mempersiapkan jawaban yg meyakinkan saat ditanya seputar puasa Ramadan. Oh ya sy follower baru blog ini & have a nice weekend
BalasHapusbetul memang niat puasa kan krn Allah ya, mau di depan kita orang makan juga tak apa, aku ngajar dis ekolah katolik , akupun tak mempersoalkan mereka makan di depan aku walau mereka juga selalu bilang maaf
BalasHapussaya senang ekspresi orang Jepang begitu mbak, haha, bener ga makan? apa ga mati ? hahah... jadi paling ga mereka udah tau apa itu puasa, dan menariknya tampaknya sangat toleran ya, terbukti dari sekolah diberikan dispensasi ga ikut kegiatan yang menguras tenaga
BalasHapusPasti lebih berat ya menjalankan ibadah puasa di tempat yang minoritas penduduk islamnya.
BalasHapusBtw bersyukur sekarang ya bisa vidcall an, meski anak jauh dari kita masih bisa berkomunikasi.
Keren nih Yasmin membanggakan orangtuanya.
BalasHapusKak Anna, bikin postingan dong tip-tip biar bisa punya anak seperti Yasmin :)
Hai Eda!
HapusAda beberapa sudah aku posting.
Coba deh di search dengan "Cara Hebat Eksplor Bakat"
Di sana aku berbagi tentang:
1. Betapa pentingnya mengeksplor dini bakat buah hati
2. Orang tua perlu belajar memilih gaya pengasuhan yang cocok untuk buah hati
Yang pasti,
Yasmin, tetap saja masih sama seperti anak lain, masih punya kekurangan di sana-sini ^^
Masya Allah, Yasmin cantik bangeeeetttt. Belum pernah ngerasain ramadan di negeri orang. Moga-moga ngerasain juga ha, biar punya cerita seru kaya Yasmin. Suka banget aku tu kalau ada yang cerita soal ramadan di negeri orang dengan segala cerita lucunya, seru hihihi. Iri dehh sama Yasmin nih
BalasHapusYasmiiiinn, kamu tidak henti2nya bikin Tante Nurul dan seluruh pengunjung blog ini tersengat inspirasi lhooo.
BalasHapusMuda, shalihah, cerdas, semoga ALLAH limpahkan keberkahan selalu yaaa
--bukanbocahbiasa(dot)com--
Puasa di negeri orang selalu mendatangkan suka dan duka ya Mak... tetap semangattt...
BalasHapuskereen kakak yasmin sudah punya pengalaman puasa di negeri orang. great experience :)
BalasHapusPastinya pengalaman berharga banget bisa merasakan puasa di negara orang. Apalagi di negara tersebut masyarakat muslim menjadi minoritas :)
BalasHapusHehehe kami pun seruuu waktu puasa di Melbourne, Geneva maupun NYC. NYC yang luamyan lama karena sekitar 16.5 - 17 jam. Tapi Alhamdulillaaaah anak-anakku pun semangat menjalaninpuasa mba, walaupun tidak selalu penuh
BalasHapusWaduh mb, Yasmin keren y bisa tangguh gitu puasa di negeri sakura. Pengalaman yg sangat berharga
BalasHapusWaah malah seru dan pastinya berkesan banget ya jasmin, btw lamanya berpuasa tapi sama aja kan yaah kaya di Indonesia?
BalasHapusBelum pernah merasakan ramadhan di negeri orang.
BalasHapusSuami pernah merasakan ramadhan di korea dan pas musim panas, ngeluh kepanasan terus tiap hari hehe...
Biar makin panas, biasanya kalau video call saya tunjukin kolak atau es cendol
Menarik ya menyimak pengalaman remaja menjalani aktivitas ibadah di bulan Ramadan di negeri orang. Tapi dari obrolannya yg aku baca alhamdulillah semua baik2 saja dan Jasmin tetap happy menjalaninya
BalasHapusBoro di jepang mbak di Bali aja ga denger adzan aku udah worry mbak. Serem. Hehe tapi seru yah punya pengalaman berpuasa di negara orang lain dengan waktu dan kebiasaan yang berbeda pasto tantangan banget
BalasHapusWah pasti jd pengalaman tak terlupakan nih puasa d negeri orang terutama untuk anak2
BalasHapusseru banget ya pengalamannya, jadi pengalaman yang sangat berharga ya, mba. dan syukurlah Yasmin dapat dispensasi dan diizinkan untuk tidak mengikuti aktivitas yang menguras tenaga.
BalasHapusYes niatkan puasa karena Allah.. Di jakarta jg banyak godaan kok kak. Sama aja ama di negri sakura.. Hihi
BalasHapusMasya Allah.. seru ya mba.. kepengen deh kesana.. mudah2an ada kesempatan aamiin
BalasHapusSenengnya ya, Yasmin, bisa menikmati pengalaman puasa di negeri sakura. Dan tentunya memang banyak suka dan duka gitu, karena di Jepang, muslim merupakan minoritas. Kudu lebih strong juga ya, bangun pagi-pagi banget buat makan, dan mesti pasang alarm sendiri gitu. Karena yang kebanyakan di sana enggak pada puasa.
BalasHapusAih, aku terharu mba mbayangin dirimu vidcal dengan Yasmin. Aku aja tiap kali nengok anakku ke pondok selalu pengin mewek begitu melihat sosoknya muncul dari balik pintu.
BalasHapusJadi cepat dewasa ya Yasmin, ditempa pengalaman harus jauh dari orang tua dan mengalami Ramadhan di negeri orang, dimana di sana hampir tidak ada orang lain yang berpuasa kecuali diri sendiri. Lumayan ya lebih lama dikit dibandingin dengan Indonesia waktu puasanya. Temenku malah pernah cerita kalau di Finland atau mana ya yg negara dekat kutub, waktu puasanya bisa nyampe 20 jam. Omaigat....
Beruntung banget nih Yasmin dan bundanya. Sudah jalan-jalan ke negeri Sakura ya dan banyak negara lainnya. Termasuk merasakan puasa di negeri orang.n
BalasHapusAku tetap di Indonesia, Mba
HapusYasmin saja yang ke Jepang, program pertukaran pelajar
Pengalaman berkesan pastinya ini buat anak ya Mbak. Karena puasanya di negara orang dan budayanya beda jauh.
BalasHapusAku belum pernah merasakan puasa di negeri orang mbak, palaing di beda wilayah di Indonesia ya. Seru juga ya pengalaman berbuka puasa di negeri Sakuranya
BalasHapusAku juga, mba.
HapusPaling banter dari WITA ke WIB, jadi lemih lama puasanya, hahaha
Sepertinya, memang puasa di negeri sakura banyak tantangannya.
Tantangan yang bikin kita semangat maju atau mundur hihihi. Semoga ada kesempatan merasakan RAmadan di negeri orang juga, syukur2 di Mekah ya
HapusMasyaAllah kakak Yasmin keren sekali. Kalo baca cerita kak Anna tentang kak Yasmin jadi semangat untuk memotivasi anak-anak ku juga biar berprestasi kyk kakak Yasmin.
BalasHapusKalau sudah diniatkan, hambatan apapun tidak akan menghalagi seseorang buat beribadah kan ya. Seru sih pengalamannya
BalasHapusAku kalau Mbak Anna cerita ttg Jepang selalu antusias banget
BalasHapusberharap bisa kesana heheheee
YAsmin keren banget deh, bersyukur banget dikelilingi orang2 yg support selama berpuasa hehehe
Belum pernah ke nLN, apalagi puasa di LN, jadi nggak tahu atmosfirnya hehhee
TFs yah Mbak Anna ^_^
Ini jadi pengalaman yang tak terlupakan bagi kak Yasmin, ya. Mengikuti ceritanya pun excited. Tantangannya berat tapi insya Allah bisa. Kalau saya pribadi belum pernah merasakan puasa di negeri orang. ^^
BalasHapusSenangnyaa pengalaman menarik dan membekas nih mba bisa merasakan ramadan di negeri orang. Bahkan ke Jepang tujuan banyak orang ya mba :)
BalasHapusWoaaa sebagai ibu, pasti cemas yaa putrinya sahur dan buka sendiri di negeri orang. Tapi mau bagaimana lagi, latih mandirinya yasmin. Dan yasmkn hebat banget, meski berbeda tapi tetap semangat
BalasHapusJadi pengen menikmati Ramadhan di luar negeri seperti Jepang. Pasti beda banget,ya.. Di sana enggak banyak Masjid, enggak ada anak-anak yang kentongan bangunin sahur. Harus mandiri banget. Hihihi
BalasHapusCobaan nya berat ya mba kak yasmine berpuasa di negeri sakura.. tapi kalau full jadi juara deh hehehe.. btw sebelum program AFS, harus sudah bisa bahasa jepang ya mba?
BalasHapusWahh denger ceritanya jadi ngebayangin seandainya anak aku nanti sudah besar, pas ramadhan aku gak ada anak di rumah :)
BalasHapusPasti beda dan berkesan banget ya puasa di negeri orang :)
Masyaallah pengalaman yang tak terlupakan pastinya ini. Bisa merasakan Ramadan di negeri orang.
BalasHapusSeru bngt y mba kyknya klo puasa d Negeri orang,hrs bnyk menyesuaikan,, jd berkesan bngt ini akupun baca jd ngebayangin
BalasHapusJadi pengalaman yang tak terlupakan yaa buat Kakak Yasmin selama menjalankan ibadah puasa di Jepang. Kapan-kapan balik lagi ke Jepang sekeluarga asyik.
BalasHapusKakak Yasmin selalu berprestasi kerennn
BalasHapusNanti sama mama di bulan Ramadan berikutny ke Jepangnya ya kakak. Mungkin yang bilang permisi saya makan dulu emang di Indonesia yg mayoritas Islam mba. Tapi di sana jadi belajar menghormati juga kan jadinya.
Mb afs ini mulai usia berapa ya
Pas waktu registrasi, usia 15-16 tahun, mba.
HapusBiasanya ini usia duduk di kelas X
Ini seru banget baca ceritanya Yasmin. Ngebayangin sahur sendiri. Pengalaman yang luar biasa ya
BalasHapusBaca cerita Yasmin jadi ingat ponakan yang baru lulus S2 di Fukuoka, Jepang. Dia punya teman sekamar dari Tiongkok. Suka nanya2 juga kalo puasa atau shalat gitu. Katanya teman satu kamar ini baik, udah kayak saudara meski berasal dari dunia yang berbeda adat dan agama nya
BalasHapusOkaasan nya sudah biasa menerima siswa pertukaran pelajar, kak?
BalasHapusDan biasanya rata-rata sensei di Jepang sudah tau kalau ada siswa Indonesia, pasti ada kebiasaan yang dibawa.
Seperti mendadak harus minta ijin sholat di jam produktif.
Tinggal di negeri dengan warga minoritas Islam membuat kita harus bisa menjaga keimanan ya ...
BalasHapusKarena gak ada yang ngingetin kita untuk melakukan ibadah sesuai ajaran Islam
Seru banget Ramadannya kakak Yasmin ya mbak. Saat hidup di perantauan dmn minoritas nonmuslim justru katanya makin bikin kita bersyukur tingval di Indonesia dan menjadi muslim. Semua pengalaman itu kelak akan tak terlupaka dan bikin makin mengerti ttg dunia yg luas ini yaa
BalasHapuswaahh serunya.. selamat menjalankan ibadah selama Ramadhan ya. smoga lancar dan sehat semua..
BalasHapusAdikku juga lagi kuliah di Jepang, dia lebaran dan puasa di sana, kesian udh jauh2an dr istri eh puasa sendiri pulak. Klo denger ceritanya jd berasa bersyukur tinggal di Indonesia
BalasHapusSeru, ya. Aku pun pengen ke Jepang, tapi bukan buat belajar. Buat maen, tsaaaah.... tapi mahalnya itu lho. Semoga ada jalannya. Luar biasa nih puasa di negeri orang dengan mayoritas non muslim. Alhamdulillah host familynya baik-baik, ya. Salam buat Yasmin ya, Mak
BalasHapusseru banget ya puasa di Negeri Sakura, membaca percakapan di atas jadi haru membayangkan jauh dari anak di Bulan Ramadhan, semoga study Yasmin lancar ya.
BalasHapusYasmin sudah kembali ke tanah air sejak Februari lalu, mba
HapusSekarang lagi melanjutkan sekolah di SMA, kelas 11
ganbatte, yasmin. kenalan donk biar bisa percakapan pake bahasa jepang bareng. hehehe
BalasHapustantangan berpuasa di jepang itu berat tapi orang jepang itu ramah-ramah kok dan mereka menghargai muslim.
Nanti aku sampaikan ke Yasmin ya, mba
HapusYup sepakat, warga Jepang sangat menghargai privasi, ramah, disiplin dan jarang nyinyir, hihihi
Yasmin malah pengen balik dan kuliah lagi di Jepang.
Ini lagi cari-cari beasiswa S1, mba ^^
Mohon doanya ya...
Nah ini, apa sih yg bikin orang kita suka nyinyir? Apa yg bikin orang luar enggak? *mikirkeras*
HapusAku baca artikel ini sambil merapalkan doa, semoga my sholih kiddo bisa tertulari semangat dan rezeki seperti kak Yasmin.
BalasHapusAnakku juga demen bgt dgn Jepang, cita2nya pun kuliah ke Jepang :D
--bukanbocahbiasa(dot)com--
Bisa pantengin ig @binaantarbudaya untuk program AFS dan YES ya, mba...
HapusSepertinya bulan Juli akan dimulai untuk AFS
So... stay tune ^^
Wah keren mbak. Ibunya keren pastilah anaknya juga keren dan mandiri. Menunya kesukaanku semua ramen & susu. Syukurlah dapat host & sekolah yg ramah dg perbedaan. Insya Allah tantangan besar, pahalanya juga besar. Aamiin.
BalasHapusYasmin keren. Ga bosan-bosan baca cerita Yasmin selama di Jepang. Banyak hal menarik dan pengalaman seru yang bisa dibagikan. Ditunggu cerita lainnya!
BalasHapusSelalu kagum dengan cerita pelajar AFS. Mereka masih belia tapi sudah ditempa di negeri orang. Saya jadi ingat teman saya yang jebolan AFS juga. Lulus SMA kuliah Diploma Bahasa Jepang. Kemudian bekerja ke Jepang. Setahun bekeja malah ikut tes akselerasi ke S2. Alhamdulillah lolos, kemudian lanjut doktoral. Sekarang teman saya itu menajdi dosen tetap di salah satu universitas di Jepang. Pengalaman hidupnya saat AFS benar-benar memberikan perspektif positif untuk masa depannya. Bagaimana bertahan hidup, menjalani hari sebagai minoritas dan etos kerja. Sekarang sekeluarga diboyong ke Jepang, Mbak. Duh, seneng aku kalau lihat postingan mereka.Semoga Yasmin juga mendapatkan pengalaman yang berharga selama AFS. TAk hanya saat Ramadan, semoga masa depannya juga gemilang. AMiin
BalasHapusAFS ... itu impianku awal SMA mau ikut exchange. Sampai interview kelihatan banget kurang persiapan. Ga lolos deh. Hebatnya Yasmin!
BalasHapusWaah Yasmin makin banyak pengetahuan dan pengalamannya ya. Saya sih belum pernah ngerasain ramadhan di negeri orang, tapi pernah berada di tempat yang mayoritas non muslim dan tinggal di rumah non muslim untuk melaksanakan ibadah di bulan Ramadhan. Tapi karena sudah dewasa mungkin menjadi lain, tapi tetap saja merasa sendiri. hihi
BalasHapusSeru mbak..kapan ya aku bisa liburan ke negeri Sakura. Kalau pengalaman Ramadan di luar negeri belum pernah sama sekali sih pengennya Umroh Ramadan, mudah-mudahan terkabul. :)
BalasHapusMba nanya dong agak oot sama tulisan ini, anaknya suka dibully gak, kan aada tuh beberapa kasus anak pertukaran pelajar yang kadang dibully di negara yang dituju, yang pernah ku temui sih kasusnya pas tukar pelajar di nagara2 eropa sih.. kalau disana gimana ya mba?
BalasHapusAlhamdullillah,
HapusDi sekolah dan di lingkungan terdekat, Yasmin dikelilingi anak-anak yang bisa dikatakan rada cuek (dalam arti gak suka nyinyir).
Masih menurut Yasmin, itu karena sejak di keluarga dan di sekolah, dikelilingi oleh aturan-aturan baik seperti kebiasaan antri, tidak berisik, tidak nyinyir, tidak meludah sembarangan, tidak pakai gadget sembarangan misalnya di dalam kereta api atau moda transport publik, tidak membunyikan klakson sembarangan, parkir teratur dan lain-lain.
Semua serba teratur dan disiplin!
Jadi kalau mau bertindak lain sendiri, malah ntar jadi perhatian orang, dilihat banyak orang.
... dan akhirnya jadi malu hati dan tertekan.
Jadi, mending, play by the rules, giccu, mba ^^
Masya Allah, kak Yasmin keren..impianku banget dulu ikut pertukaran pelajar mba hihi, semoga Nailah anakku bisa ikutan kayak kak Yasmin, bahagia dan sehat selalu ya sekeluarga mba...aamiin
BalasHapusWah seru banget ceritanya. Semoga Yasmin tetap survive dengan amalan dan ibadah-ibadahnya walaupun tidak ada yang mengingatkan.
BalasHapusSeneng banget tentunya ya.. Yasmin bisa merasakan puasa di negeri Sakura. Dan tentunya banyak mendapatkan ilmu serta pengalaman dalam pertukaran pelajar ini.
BalasHapusIt doesn't make sense :)) Emang bakalan gitu mba reaksi orang saat melihat muslim berpuasa. Menurut logika mereka, lo enggak makan dan minum seharian apa kagak sekarat badan loooo :D
BalasHapusDulu salah satu buyerku ada juga yang nanya gitu. Saat ngobrol sembari makan malam dia juga nanyain, kenapa ada muslimah yang pake jilbab ada juga yang enggak. Hadeehhh.... malah jadi harus menceritakan hal berat begitu deh kepadanya. :D
Cukup sulit yaa melewati bulan puasa di rantau, negeri orang pula. Tapi yasmine anak yg kuat dan hebat. Alhamdulillah
BalasHapusAku jadi ikutan terharu baca cerita video call mba Anna dengan Yasmin. Pasti bahagia banget ya mbak, sampai mesti nahan tangis haru. Semoga langkah Yasmin makin sukses, tetap menjadi puteri kebanggaan orang tua, aamiin
BalasHapusYasmiiin, keren banget kamuuu...
BalasHapusWah seru ya pengalamannya Kak Yasmin. Pasti akan diinget terus. Jadi pengen juga main ke Jepang pas Ramadhan.
BalasHapusPengalaman yang berharga banget ya.. anak jadi mandiri.. apalagi tinggal bareng keluarga yang gak dikenal sebelumnya. Beda keluarga.. beda kultur..
BalasHapusAku punya cita cita rasain Ramadan di negara Jerman, Jepang dan juga Arab Saudi
BalasHapusPengen ngerasain perbedaan atmosfernya
Masyaa Allah Kak Yasmin hebat. Sahur sendirian plus nyiapin sendiri ini juga bagian yang berat ya. Pengalaman puasa Ramadhan sebagai minoritas jauh dari keluarga semakin membuat Kak Yasmin dewasa dan bijaksana.
BalasHapuscerita ramadan di negeri sakuranya nyaris sama dengan pengalaman saya ramadan di Hong Kong waktu kerja di sana, bangun pagi-pagi dengan pelan-pelan dan sahur sendirian. kadang sahurnya di kamar saja makan biskuit dan susu kotak hehehe
BalasHapusDulu suka liat profil pelajar AFS di majalah Gadis, sempet kepengin dan gak kesampaian heheee mungkin anakku bisa ya suatu hari ikutan AFS seperti Kak Yasmin
BalasHapusRamadhan di negri sendiri aja kak, ya allah cobaannya. Ga kebayang ramadhan di negri yang minoritas muslimnya
BalasHapusSeru banget baca cerita yasmin di negeri sakura. Kebayang gimana beratnya puasa 16 jam. Pasti berat banget.
BalasHapusWahhh seru banget rasanya bisa mencoba berpuasa di negeri sakura mbak
BalasHapusKeren ka Yasmin.
BalasHapusIkut pertukaran pelajar pasti banyak pengalaman yang bikin ka Yasmin makin kaya. Juga budaya baik yang bisa kita adopsi setelah kembslj ke Indonesia. Meski tentu tak mudah ya menjalaninya.
Masya Allah, cerita kak Yasmin ini sangat menginspirasi sekali. Perjuangannya super totalitas tanpa batas. Empat jempol deh buat kak Yasmin, setelah baca artikel ini saya jadi semakin bertambah Semangat belajar supaya bisa dapat ikutan pertukaran pelajar kebetulan jurusan saya juga mendukung hal tersebut ^•^ sukses terus ya kakk...
BalasHapusTerima kasih Rhani :)
HapusSilahkan ke artikel lainnya, siapa tahu jodoh di AFS atau YES.
Gunakan kata kunci Kiat Lolos Seleksi AFS dan YES di "Search" ya
Wa, happy banget pastinya bisa lolos AFS ke Jepang, barakallah. Sy belum pernah merasakan Ramadan di luar negeri. Misal ada kesempatan pengeen banget umroh pas bulan puasa...
BalasHapusWahhh..Yasmin anak pintar, anak Sholeha..tetap Istiqomah.. sukses selalu ya cantik, trims mba udah share pengalamannya.
BalasHapusMasha Allah.. tabarakallah..
BalasHapusDari smp pengen bgt ke jepang tp blom kesampaian.
Yasmin hebat bisa istikomah puasa di negeri orang. :)
MasyaAllah Tabarokallah
BalasHapusKeep istiqomah dear yasmin..
Semoga bisa ke jepang lagi y de
Barengan kita xixixi
Aamiin.
HapusBunda ikut ya, hihihi
Barusan dengerin si bungsu ngobrol sama umminya. Katanya, "Kalau nanti aku misalnya SMA di luar negeri gimana?" Umminya jawab gak bakal diijinin. "Kalau misalnya ke luar negerinya karena pertukaran pelajar?" Jawab Umminya insya Allah diijinin karena hanya beberapa bulan saja. Tapiii ... tetap saja bikin hati dag-dig-dug karena selama ini juga si bungsu tinggal di pesantren di Tasikmalaya huhuhuhu
BalasHapusPasti jadi pengalaman yang tidak terlupakan ya Mba.. jadi ingat anakku juga pertama kali puasa langsung pas musim panas yg lamanya puasa sampai 18 jam an..huhu sempat ketar ketir ..tapi alhamdulillah ternyata bisa dilalui dengan baik..
BalasHapusCerita yasmin seru banget pengalamnnya di Jepang, apalagi pas puasa yang minoritas muslim ya.
BalasHapusSalut banget, sama Yasmin, pastinya jadi pengalaman yang wooow.
Puasa di negeri orang memang selalu begitu mba.. terasa bedanya tapi tidak mengurangi kenukmatan beribadah itu sendiri. Terakhir kami di NYC puasanya lama banget karena saat summer jehehe.. bukanya jam 8.30 malam dan subuhnya jam 3.30. Plus kalau miniritas dan hanya sedikit yang puasa jadi kerasa cobaannya hehehe
BalasHapusHebat ya Yasmin berpuasa sebagai minorities. Tak mudah buat remaja, tapi dia mampu menjalananinya
BalasHapusBaca dari awal sampai akhir, seru sekaligus banyak tantangannya pengalaman puasa di negeri sakura ya mba. Sehat sehat yasmin semoga pengalaman puasa yang berkesan ini bisa menambah bekal pengalaman agar makin tangguh dan sukses dan tetap semangat mengikuti kegiatan kegiatan keren lainnya nanti :D
BalasHapusHuwooo Yasmin hebattt...
BalasHapusAku aja belum pernah ke negeri sakura, semoga diberi kesempatan. Aamiin
Btw mau nanya aku penasaran kenapa harus di Qadha sholatnya?
Dan kesulitan apa aja yang dirasakan selama disana untuk ibadah yang lainnya?
Mbak, yasmin berarti minoritas ya termasuknya? Trus pakai jilbab sendiri pula. Salut aku sama yang tetap istiqamah gini.
BalasHapusjd di sana tuh gak ada yg heboh kalau teleponan seperti di sini ya? wkwk. kalem2 pakai earphone. di sini mah malah kayak pamer2 ada yg telepon.
BalasHapustapi yasmin hebat yaaa.. benar2 anak yg mandiri
Yasmin luar biasa. Semoga tetap istoqomah menjalankan puasa di Jepang ya :)
BalasHapuswaaa cantik sekali di sana yaaa, Jepang salah satu negara impian aku buat dikunjungi, semoga bisa terwujud suatu hari nanti hehe
BalasHapusDi negara yang mayoritas non muslim, memang tampak aneh kalik ya lihat orang puasa. Bisa-bisanya seharian enggak makan, gitu kalik ya pikir mereka hehehe... Tantangan luar biasa banget nih untuk Yasmin puasa sendirian di negeri Sakura.
BalasHapusUntung guru2 di sekolah di Jepang bisa paham terhadap murid muslim nya yang berpuasa yah.
BalasHapusSeru juga ke Jepang, saya pernah ikut daftar pertukaraan guru ke Jepang, sayang tidak lulus. Punya pengalaman global sebuah kesyukuran bisa mengenal kebudayaan negara Jepang
BalasHapusMasih ada beasiswa lainnya juga Mak.
HapusTinggal browsing saja sesuai kebutuhan.
Good luck ya Mak!