Aku sih belum kalau secara langsung, namun pernah mendengarkan cerita waktu suami sharing pengalaman keluarga di Medan, Sumatera Utara.
Tepatnya, beberapa bulan lalu, ketika kakak ipar di Balikpapan minta tolong dicarikan mobil bekas oleh keluarga di Medan, karena beliau punya rencana mau mudik dan touring di Sumatera Utara. Biar puas dan nyaman enaknya pakai mobil sendiri, kata beliau. Dan setelah itu mobil bisa dikirim via kapal ke Balikpapan.
Biar lebih cepat karena waktu yang mepet, pencarian mobil bekas ini menggunakan dua cara, offline, juga di situs jual beli mobil bekas online. Namun sayangnya pengalaman pertama ini meninggalkan kesan kurang nyaman, karena ternyata deskripsi mobil yang diuraikan di situs jual beli mobil bekas online itu tidak sesuai dengan kondisi nyata saat dilakukan pengecekan langsung di lapangan.
Bukan langsung alergi juga sih, tapi yaitu tadi, hitung-hitung buat pengalaman ya.
Aku juga jadi teringat kembali, ketika beberapa tahun lalu punya pengalaman jual mobil bekas.
Saat itu kami (aku dan suami) memutuskan membeli mobil baru untuk usaha penyewaan mobil. Mobil bekas ini memang sudah berusia lebih dari tiga tahun dan kondisinya sudah tidak layak lagi untuk disewakan karena performanya yang sudah sangat menurun. Sudah wajar juga sih, karena kan mobil digunakan oleh berbagai tipe dan karakteristik pengendara. Ada yang kalem ala Rinto, namun ada juga sebaliknya sangar bagai Rambo, hahaha. Namanya juga mobil sewaan. Jadi, itu sudah bagian dari resiko. Waktu dengar suami mau jual mobil bekas, aku termasuk yang excited banget! Soalnya ini pengalaman perdana. Bak kata pepatah, yang pertama memang selalu penuh cerita! Cara praktis dan simpel adalah membawanya langsung ke dealer mobil di mana pertama membelinya.
Tapi jual mobil bekas seperti ini tetap ada pro dan kontra juga, dan malangnya kadang berujung tak sesuai harga yang dinginkan.
Kami lalu skip cara ini!
... dan memutuskan jual mobil bekas dengan cara tradisional, seperti menuliskan kata 'di jual' di mobil, promo dari mulut ke mulut serta membuat iklan di surat kabar lokal.
Mau tahu cara yang mana yang berhasil?
... atau mau tahu banget?
Hahaha...
Yup, yang old stuff, dari mulut ke mulut itu, pemirsah!
Strategi Sukses Jual Mobil Bekas
Tahukah kamu?
Selayaknya bisnis lain yang profesional, agar sukses jual mobil bekas, diperlukan beberapa strategi seperti di bawah ini:
Periksa Kondisi Eksterior, Interior dan Mesin Mobil
Masih ingat dong ya perasaan saat melihat mobil baru yang eksterior dan interior yang kinclong. Pasti langsung meleleh, beccul?
Begitu jugalah ekspektasi pembeli melihat mobil bekas, karena kesan pertama itulah yang langsung tertangkap dan terekam di memori mereka.
Pasti pembeli ingin dong beli mobil bekas dengan jok nyaman, empuk dan bersih, sound system mumpuni, AC sejuk, deru mesin kalem, rem yang berfungsi dan lain-lain.
Jadi, pastikan dan periksa semua bagian dengan detail sebelum memasang tanda Mobil Dijual.
Itu akan membantu melambungkan harga tawar jual mobil bekas!
P-E-R-C-A-Y-A-L-A-H!!!
Jujur
Setelah melakukan pengecekan kondisi eksterior, interior dan mesin mobil, ternyata harus melakukan perbaikan, dan itu perlu biaya yang sangat besar dan tak mungkin dilakukan, berlakulah jujur dengan pembeli, ceritakan kondisi yang sebenarnya, apa adanya!
Periksa Kelengkapan Dokumen
Pembeli paling suka dengan hal ini.
Dokumen mobil bekas yang masih lengkap seperti faktur, BPKB (Buku Pemilik Kendaraan Bermotor), STNK dan lembar pajak, Form A (untuk mobil import), kuitansi kosong dan fotocopy KTP pemilik mobil.
Kuitansi kosong ini biasanya terdiri dari 2:
1 lembar kuitansi kosong dengan tanda tangan pemilik kendaraan sesuai BPKB 1 lembar kuitansi kosong dengan materai dan tanda tangan pemilik kendaraan sesuai BPKB
Survei Harga
Harga adalah paling krusial saat bicara tentang jual mobil bekas. Lakukan survei harga dan bandingkan dengan kondisi mobil.
... lalu tetapkan harga yang kompetitif!
Tahukan?
Tidak terlalu mahal dan tidak terlalu murah, kompetitif lah!
... dan ini memang perlu seni.
... perlu waktu.
Tapi bisa dimulai kog dengan mengetahui tahun pembuatan mobil, memastikan penurunan harga (biasanya mobil mengalami penurunan harga untuk setiap tahunnya), kondisi mobil dan memeriksa harga kompetitor.
Jual Mobil Bekas Online di BeliMobilGue.co.id
Gimana, masih tertarik jual mobil bekas seperti aku dengan gaya tradisional?
Atau mau yang instan, jual beli mobil bekas online, anti ribet seperti di situs BeliMobilGue.co.id.
BeliMobilGue.co.id adalah C2B (Consumer to Business) Marketplace yang menawarkan solusi mudah untuk jual mobil bekas.
Yup, diklaim hanya perlu 1 jam lho untuk jual mobil bekas melalui BeliMobilGue.co.id dengan cepat, aman dan nyaman.
Tak sabar, aku pun langsung cek dan masuk ke situs BeliMobilGue.co.id
Langsung input data mobil seperti merk, model, tahun, tipe model, transmisi manual atau otomatis dan masukkan email.
...karena tak ada pilihan kota Balikpapan, aku masukkan kota Surabaya (kota lain adalah Bali dan Jabodetabek)
Tarraaa... ini hasilnya!
Ketika aku coba dengan kota lain seperti Bali dan Jabodetabek, kisaran harga pun ikut berubah.
Sayangnya situs ini masih terbatas pilihan kotanya. Hanya ada Bali, Jabodetabek dan Surabaya.
Semoga kota-kota lain menyusul ya.
Lanjut!
Setelah mendapatkan kisaran harga dan berkas lengkap, buatlah jadwal inspeksi mobil secara gratis di lokasi terdekat.
Yup, jangan lupa bawa semua berkas mobil ya!
Usai inspeksi, mobil akan ditawarkan ke rekanan penawaran.
Pastikan kesepakatan harga final jual mobil bekas juga sudah didapatkan untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan.
Jika mobil bekas sudah terjual, uang akan ditransfer ke rekening pemilik mobil bekas.
Ada yang punya pengalaman jual mobil bekas online?
Ini adalah foto kesekian tentang Lodge Maribaya yang aku lahap dalam beberapa waktu belakangan ini.
Yang paling sering saat aku berselancar di instagram. Yup, hastag Lodge Maribaya sukses menancapkan obsesi di dada!
... dan seperti sudah diduga, setiap melihat postingan keseruan ala Lodge Maribaya, godaan bolang semakin meraja.
"Ya Allah, semoga suatu hari aku bisa ke sana!"
Doa pun kembali aku munajatkan.
... lalu sejak saat itu aku pun gencar mencari tahu tentang Lodge Maribaya!
Alhamdullillah, rupanya Allah SWT mengijabah pinta.
Maret 2018, usai mengantarkan Yasmin yang lolos seleksi AFS Hiroshima Jepang via bandara Soeta, mumpung masih di Jakarta kami (aku plus suami, bang Iqbal) memutuskan untuk sekalian ke Lodge Maribaya di Lembang, Bandung.
Untuk menghemat biaya kami memilih menginap di sebuah hotel budget di wilayah Pasteur.
Biar makin afdol, aku pun bertanya kepada staff hotel tentang akses ke Lodge Maribaya, dan disarankan menggunakan moda transport online serta berangkat pagi sekitar jam 8 lebih disukai untuk menghindari macet.
Alhamdullillah, saat itu memang bukan pas akhir pekan, jadi menurut staff hotel, mungkin kami akan beruntung, tidak terjebak macet, maksudnya, hahaha.
Keesokan harinya, aku bersama suami kompak menggunakan outfit cerah, topi pantai dan kaca mata. Biar greget, lah! Minimal hasil fotonya anti lebay, hahaha...
Mobil online telah tiba, dan ongkos ke sana kurang lebih Rp 60.000 dari Pasteur.
"Bu, biar cepat kita lewat Punclut ya?"
Pengendara menawarkan jalur alternatif, sesaat setelah kami berada di dalam mobil
"Terserah Bapak saja, mana yang terbaik ya!"
Ternyata jalur Punclut ini memang agak unik, selain badan jalan yang kecil, juga hampir sepanjang perjalanan merupakan tanjakan curam dan panjang.
Jadi, yang bawa kendaraan pribadi, pastikan kondisi kendaraan sehat wal-afiat ya, guys!
Masih menurut bapak pengendara, kawasan Punclut biasanya lebih semarak saat malam tiba di mana kafe-kafe akan berbagi malam dengan pengunjung, menikmati Bandung dari ketinggian.
Belakangan aku baru tahu, bahwa rute ke Lodge Maribaya memang ada berbagai cara, tergantung di posisi mana kita berada.
Kembali ke laptop!
Perasaanku semakin membuncah ketika mobil mulai mendekati lokasi Lodge Maribaya.
Ternyata kami harus berhenti dan melanjutkan perjalanan menggunakan shuttle bus gratis yang sudah menanti.
Tepat seperti yang dikatakan staff hotel di Pasteur, suasana Lodge Maribaya memang masih sepi saat kami tiba di pintu loket. Bahkan saat itu kami langsung dilayani, membeli tiket regular weekday Rp 20.000 per orang (tiket weekend Rp 25.000, libur nasional Rp 35.000)
Begitu lolos dari pintu tiket, view ikonik Lodge Maribaya segera tertangkap mata. Dibuka dengan selasar bambu yang penuh pesona, bagai hidangan pembuka selera, luar biasa!
Kami terus berjalan, menuruni anak tangga. Hmmm... lumayan juga nih kalau pas naik, bisa membakar karbo, hahaha
Mendadak adrenalin mengambil kendali, ketika view ikonik Lodge Maribaya, perlahan tersibak. Aku sibuk menjinakkan gejolak. Di sini, di jantung yang semakin memompa liar!
Samar-samar aku mendengar dialog Melayu Malaysia, semakin lama semakin jelas di telinga.
... dan hei benarlah, sekelompok turis mancanegara asal Malaysia sedang berpose di sebuah lokasi datar dengan platform kayu dan latar belakang hutan pinus yang membius.
"Dari Malaysia ya Bu? tanyaku pada seorang ibu yang sedang duduk
"Iya, Nak, tepatnye dari Kuala Lumpur"
"Wah, keren! Tahu dari mana tentang Lodge Maribaya ini, Bu?"
"Oh, kebetulan saye ada keluarge di Bandung dan diajak ke sini"
Kami lalu larut dalam percakapan sambil menikmati panoramau hijau yang memukau.
Ibu itu lalu meminta aku untuk mengambil foto keluarga. Setelah itu mereka pun berpindah spot ke lokasi di sebelahnya.
Ternyata sudah ada antrian di sana!
Aku dan suami melanjutkan sesi foto pre wedding eh pasca wedding dong ya. Uhuk! Soalnya, view dari lokasi ini, indah sekali!
Hari itu, alhamdullillah, kebetulan langit sangat cerah. Mestakung lah!
Sama seperti ibu dari Malaysia tadi, puas berfoto di spot ini, kami bergeser juga ke sebelah. Ke spot wahana foto ikonik Lodge Maribaya.
Sky Tree. Begitulah tertulis di sana!
"Yup, lihat ke sini! Tangan dibuka ya! Satu, dua, tiga! Angkat kaki kiri! Mau loncat juga boleh! Ya, begitu, satu, dua, tiga! Gaya lain juga boleh,satu, dua, tiga!"
Sambil celingukan kanan kiri, aku berusaha mencari pemilik sumber suara instruksi ini!
Aha! Ternyata berasal dari mas sutradara merangkap fotografer yang bersembunyi, membidik dari bangunan saung mini.
Sementara, di depannya, di sebelah pohon ada segerombolan pengunjung menumpuk bagai ikan teri. Ternyata di situ tempat membayar tiket untuk berfoto di area Sky Tree!
Saat itu aku membayar Rp 15.000 untuk pose di Sky Tree per orang dan hasil foto bisa diambil saat mau pulang nanti.
Dan bisa ditebak, arahan pose pun sama seperti yang tadi, hahaha.
Kebahagianku semakin lengkap saat bang Iqbal juga memutuskan latah untuk berfoto, bahkan sambil melompat, yihaaa!
Oh iya, sebelum berfoto di pohon, kami menggunakan bod harness, alat keselamatan yang dipasang di tubuh.
Hal ini tentu saja demi untuk keselamatan pengunjung juga, karena eh karena beberapa pose yang dilakukan ada yang percis di bibir platform kokoh Sky Tree, di mana medan terjal sudah menunggu di bawah sana. Huuuaaa... cukup membuat jantung memompa liar juga!
Usai dari Sky Tree, kami beranjak ke sepeda udara, Zip Bike!
Saat inilah aku melihat ternyata antrian Sky Tree sudah mengular. Hiii...! Untung tadi cepat datang ya!
Usai membayar tiket Rp 20.000 per orang (iya, kudu bayar lagi, hihihi), di area Zip Bike, kami baru sadar ternyata antrian juga sudah lumayan mengular.
Tapi, kami tetap sabar menanti, mengingat betapa kerennya kalau berhasil foto di sini.
Angan pun langsung membawaku ke beberapa foto ikonik ala Zip Bike yang pernah aku nikmati di beranda media sosial.
Yup, sama seperti saat di Sky Tree, kami juga pakai alat keselamatan di sini.
Sejujurnya aku sempat agak jiper lho sesaat mau menaiki sepeda udara ini. Namun aku menepis semua kebimbangan. Dan dengan bismillah, aku pun naik ke sadel sepeda.
Sepeda di Zip Bike ini didesain khusus. Rodanya dari besi dan memiliki kabel yang bisa ditarik mundur. Kami diminta mengayuh sepeda ke tengah, dan di bawah sana, jurang terjal, menganga!
Benar-benar uji nyali deh!
"Ya, berpegangan sambil berhadapan, iya, gitu, tahaaan! Kembangkan kedua tangan dan melihat ke sini ya! Sambil senyum juga boleh! Tangan di stang sambil senyum dan lihat ke sini! Sekarang, boleh gaya bebas ya"
Begitulah, mas fotografer memberi aba-aba, ketika sepeda mulai kami kayuh dan akhirnya berhenti di tengah.
Selanjutnya kami menuju ayunan untuk berdua, yang menjadi signature-nya Lodge Maribaya, Valley Swing!
... dan antri lagi!
... dan bayar lagi (Rp 25.000 per orang!)
... dan pakai harness (alat keselamatan) lagi
Selanjutnya kami bergerak ke wahana Bamboo Sky.
Dari namanya sudah jelas dong ya ini spot seperti apa. Tepatnya seperti menara pandang yang terbuat dari bambu dengan latar belakang perbukitan hijau. Indah dan unik banget!
Yup, urutan masih seperti di atas, beli tiket Rp 20.000 per orang, ambil antrian dan pakai alat keselamatan.
Kuliner ala Omah Bambu Restaurant
Hari pun beranjak siang, kampung tengah juga mulai protes mau minta 'dilayani'
Kami memilih makan di restoran Omah Bambu dengan panorama indah, menghadap hutan pinus Lodge Maribaya.
Aku ambilkan daftar menu dari situs Lodge Maribaya (www.thelodgemaribaya.com) ya, soalnya, saking laparnya, lupa foto, hahaha.
Pas lihat penampakan lalapan serba hijau, salada dan mentimun segar, letih, lelah, lesu, letoi, langsung bubar! Hahaha...
Tersedia juga tempat sholat dan toilet lho. Saat itu sih lumayan lah bersihnya! Hanya debit air di toilet agak lambat.
Urusan kampung tengah usai, kami melanjutkan mengitari lokasi Lodge Maribaya.
Ternyata masih ada beberapa spot foto berbayar (lagi) seperti Gantole, Glass Deck, Sky Plane dan Hot Air Balloon Hydraulic.
Namun sayang, tak berapa lama mendung menggantung, kami memutuskan untuk check out dari Lodge Maribaya dan singgah di bagian pengambilan foto.
Kami pun diminta mengunduh aplikasi Shareit, memilih foto favorit dengan biaya Rp 10.000 per foto.
Masya Allah, ternyata babang fotografer punya banyak stok foto, namun kami memutuskan hanya memilih yang terbaik saja, eh bukan ding, tepatnya menghemat dana, hahaha.
Yup, kami putuskan hanya memilih 20 foto!
Setelah itu kami diminta menghapus sisa foto lainnya. Huuuaaa... Ada rasa-rasa tak rela, kakaaa... Namun karena kudu bayar Rp 10.000 per foto, akhirnya, harus rela. H- A-R-U-S!
Dan benarlah, saat kami asyik memilih foto, hujan pun seperti tumpah. Sangat deras!
Eits, hampir lupa, kami juga menukarkan potongan tiket dengan 2 gelas susu dingin. Meski diminum saat cuaca dingin, susunya enyaaak guys!
Untuk sesaat lupa perih karena harus membayar 20 foto sebesar Rp 200.000, hihihi.
Saat diantar shuttle bus kembali ke tempat parkir, kami sempat kebingungan, karena hari sudah sore, tidak ada lagi angkutan umum yang beroperasi.
Iya, kami sempat bingung gimana cara mau balik ke Pasteur.
Untunglah ada satu keluarga yang tadi bareng di shuttle bus, membawa mobil pribadi, menawarkan mengantarkan sampai lokasi di mana moda transport online tersedia.
Alhamdullillah ya, rezeki anak soleha... *kibasponi
Berikut beberapa catatan dan tips yang bisa aku bagi jika tertarik bolang ke Lodge Maribaya.
- Usahakan berangkat pagi, menghindari antrian panjang - Hindari berangkat di hari libur/akhir pekan, lagi-lagi untuk menghindari antrian panjang wahana - Karena banyak wahana outdooor, gunakan outfit nyaman dari bahan katun, mengenakan celana panjang dan bawa payung - Gunakan sandal dan sepatu nyaman. Terdapat banyak tangga karena landscape berbukit - Gunakan tabir surya dan pernik lain seperti topi, kaca mata hitam untuk meminimalisasi paparan mentari - Jangan terpaku sama antrian satu wahana dan mintalah informasi pada petugas, wahana mana yang sedang sepi atau antrianya tidak panjang - Pastikan baterai HP full dan bawalah power bank, untuk menghindari mati gaya, hahaha - Siapkan memori cadangan untuk simpan foto di HP - Unduh aplikasi Shareit untuk mengambil foto yang akan ditebus - Tukarkan tiket dengan minuman dingin/susu
Kelebihan Lodge Maribaya - Sarat pesona alam wisata terbuka - Banyak pilihan spot berfoto yang out of the box, kudu siapkan nyali, hihihi... - Area yang cukup luas - Fasilitas cukup lengkap - Berada satu arah dengan tempat wisata lain seperti: The Ranch, Kebun Bunga Begonia, Maribaya Resort dan Taman Hutan Raya Juanda
Kekurangan Lodge Maribaya - Menurutku harga cukup menguras kantong, hahaha. Setiap spot foto perlu biaya! - Biaya transfer foto lumayan mahal Rp 10.000 per foto - Karena transportasi umum jarang, alternatinya kudu sewa mobil+supir - Susah mendapatkan moda transport online seperti gojek, gocar, grab dan uber - Kurang cocok untuk para lanjut usia atau stroller bayi, karena landscape naik turun dan bertangga