Bisa ditebak dong, aku mendadak kepo pemirsah, "bagaimanakah cara membuatnya?"
Setelah mencari dan berjibaku dengan berbagai kata kunci, akhirnya menemukan beberapa postingan running text.
Lalu apakah masalah selesai?
Ternyata belum, pemirsah!
... karena tidak semua artikel itu dengan gamblang, simpel dan praktis mengeksekusinya.
Jadi, waspadalah, waspadalah!
Apalagi kalau pas lagi bete, lapar dan belum mandi, semakin mumet binti ruwet, endingnya, bahahaha.
But finally, alhamdullillah aku menemukan satu postingan running text yang worthy it untuk dicoba, aku langsung copy URL dan menyimpannya di draft. Biar tidak lupa, karena memori sudah hampir penuh. Jadi kudu antisisapi eh antisipasi!
Yup, running text kata kuncinya!
Tapi, lagi-lagi, tentu saja ini masalah selera ya. Mungkin beberapa orang tak suka atau bahkan tak sudi menggunakannya. No big deal lah. Sama kayak sambal jugak. Ada yang demen ada yang cemen.
Yup, mari mulai belajar menghormati pilihan, apapun itu!
Seperti biasa mulai melebar lagi nih topik.
Kembali ke laptop, Esmeralda!
Beklah, Ricardo!
Agar mudah mengikuti tutorial running text ini, aku menggabungkan materi artikel dan vidio. Maklumlah kadang kala lola melanda.
So agar hasilnya optimal, semua notifikasi dari HP aku abaikan. Yup, I need to focus!
Baidewei, subway, gaya belajar aku tuh termasuk tipe visual. Sedangkan 2 yang lainnya adalah auditori dan kinestetik. Ayo cari tahu, kamu yang mana?
Cara belajar visual adalah: ketika mempelajari sesuatu jika dibantu gambar atau video, menggunakan warna-warni dan mind mapping mampu membuat cara belajar semakin efektif.
... dan itu membuahkan hasil!
... running text pun mewarnai postingan Blogger Goes To School.
Permintaan Cara Membuat Running Text
Sungguh aku tak menyangka bahwa running text ini cukup menyita perhatian beberapa sahabat blogger.
Di antaranya, mbak Lendy penggemar sekaligus pengulas drakor favoritku tergoda running text saat membaca artikel Blogger Goes To School.
... lalu Mas Pungkas Nurrohman dari www.omongcoro(dot)com.
... dan mas Rumilagi dari kemanalagi(dot)com.
Mari langsung saja ya...
Cara membuat running text di blogger
Jadi, ada beberapa pilihan untuk running text ini seperti yang aku kutip dari situs www(dot)html(dot)am
Tinggal pilih mode html dan sisipkan di antara kata :
Misalnya untuk:
1. Text bergerak ke atas, selang seling ke kanan dan ke kiri, dengan latar belakang warna kuning
2. Text bergerak dari kiri ke kanan dengan ukuran huruf besar
Kreatif dan Brandable
3. Text bergerak dari kanan ke kiri dengan ukuran huruf besar
Pendek dan Anti Ribet
4. Text berhenti saat mouse mendekat, rata tengah dan latar belakang kuning
Kiat Memilih Nama Domain/Blog
5. Text bergerak dari bawah ke atas dan berhenti saat mouse mendekat
Teks bergerak dari bawah ke atas dan berhenti saat mouse mendekat
Coba dulu 5 versi di atas ya.
Kalau ketagihan boleh eksplor sendiri dan browsing dengan kata kunci running text atau teks berjalan.
Bang Iqbal, suamiku mendekat, saat aku mulai berkemas untuk liburan kali ini.
"Ada beberapa daftar hotel yang ditawarkan Bayu Buana (Travel Agent) Bang, ntar aku cek lagi ya"
Beberapa saat kemudian, aku membuka email dan menemukan beberapa nominasi hotel di antaranya ada Kila Senggigi Beach Lombok dan Sheraton Senggigi Beach.
Aku langsung browsing Kila dan menemukan artikel review Lifestyle Blogger, mba Heydeerahma.
Fix, aku pilih Kila dong!
Untuk Sheraton aku langsung mencari review video di YouTube dan yes, aku konfirmasi memilih kedua hotel ini.
Baidewei, subway, rencana ini kami buat bulan Mei 2018, untuk keberangkatan November 2018, karena di bulan ini juga, bang Iqbal mengadakan reuni SMANSA Balikpapan di destinasi hits Yogjakarta. Jadi biar sekalian giccu, (baca: penghematan!) Bahahaha, kamu ketahuan!
Kedua nominasi hotel ini termasuk sepasang tiket pesawat pergi pulang aku dapatkan sebagai imbalan dari grand prize mengikuti kontes membuat kepsyen menarik dan unik serta sharing di facebook selama satu bulan penuh, yang diadakan oleh Mobil123(dot)com.
Namun takdir berkata lain, saat gempa menyerang Lombok Agustus 2018, Sheraton membatalkan reservasi, karena terkena dampak gempa, sehingga Bayu Buana menawarkan pengganti The Jayakarta Resort & Spa Lombok dengan alasan harga yang relatif sama.
Dalam postingan kali ini aku fokus ke Kila Senggigi Beach Lombok ya.
Semua yang aku tulis di sini murni pengalaman menginap kami, kalaupun ntar ada apresiasi, alhamdullillah, rezeki anak soleha, barokallah.
Sejujurnya, saat gempa Lombok, Agustus 2018 terjadi, kami berdua masih belum yakin apakah akan meneruskan liburan di Lombok bulan November 2018.
Untuk itu, kami mengikuti perkembangan berita melalui TV nasional dan media.
Bahkan agar lebih afdol kami juga menghubungi sahabat SMA abang yang kini berdomisili di Mataram, Mas Ali.
Dari Mas Ali kami mendapatkan informasi lebih rinci tentang kejadian gempa di Lombok.
Bulan berganti bulan sehingga November menjelang.
Alhamdullillah, Ali memberikan rekomendasi, Lombok sudah siap untuk dikunjungi. Meski ia sendiri saat kami berangkat ke Lombok, justru akan menuju Balikpapan karena ada teman yang minta tolong agar mobilnya dibawa menyeberang dari Lombok ke Balikpapan.
Inilah namanya belum rezeki, karena kalau Allah belum menghendaki, tak akan pernah terjadi.
Kembali ke laptop!
Jadi, dari Balikpapan kami ke Yogjakarta dulu mengikuti acara reuni selama beberapa hari dan lanjut ke Lombok.
... and the story begins.
Kami pilih pesawat terakhir dari Yogja, 1740 WIB pakai Lion (karena hanya itu yang tersedia dan ramah kantong, bahahaha).
Yang seharusnya tiba jam 2000WITA.
Namun seperti sudah kami duga sebelumnya, dengan alasan operasional, burung besi mendarat di LIA sekitar jam 2300WITA.
Kami menginap di D'max, hotel dekat bandara internasional Lombok yang punya layanan andalan gratis antar jemput. Booking sudah kami lakukan sejak Mei 2018 menggunakan poin Traveloka.
Keesokan harinya dengan moda tansport online kami menuju The Jayakarta Spa and Resort Lombok dulu.
Iya, rencananya kami menginap di sini selama satu malam dulu, check out dan lanjut check in lagi di Kila Senggigi Beach Lombok.
Mengapa oh mengapa?
Karena eh karena dari review yang aku baca, kedua hotel ini banyak yang memberi referensi.
Mumpung nilainya masih dalam jangkauan nominal voucher hadiah, kenapa tidak, gas terooos!
Saat menuju The Jayakarta Spa dan Resort Lombok, kami melewati rute yang sama, jalan Senggigi yang beberapa waktu lalu juga pernah kami sambangi ketika menginap di Hotel Bumi Senggigi dalam rangka mengumpulkan fakta, cie, cie, dan mencari tahu alasan mengapa Gili Trawangan jadi destinasi kesayangan wisatawan.
Alangkah terkejutnya kami, karena hotel Bumi Senggigi kini tak terawat lagi. Padahal view yang ditawarkan dari kamar hotel di ketinggian cukup menakjubkan!
Ada yang mau investasi, anyone?
Di sepanjang jalan raya Senggigi, sisa-sisa perih gempa masih kental terasa. Beberapa bangunan retak dan yang sudah roboh terekam mata. Langsung terbayang hirup-pikuk suasana gempa. Semoga Lombok segera bangkit ya!
Untuk pengalaman menginap di Jayakarta, akan aku posting di artikel berbeda.
Saat menginap di Jayakarta, bang Iqbal juga menghubungi teman lain yang disarankan Mas Ali, mba Etty.
Masya Allah, meski baru berinteraksi pertama kali, aku langsung meleleh sama kepribadian mba Etty sekeluarga.
Iya, doi sekeluarga datang menyambangi ke Kila dan menemani kami menyusuri destinasi femes Lombok seperti Desa Sade, Pantai Kuta Mandalika, the late Batu Payung dan menjamu makan malam di restoran yang memiliki view sawah di dalam restoran.
Rencananya sih aku mau tulis juga. Tapi yaitu tadi, masih wacana, bahahaha.
Tuh kan kumat akutu, jadi melebar lagi nih kemana-mana.
Ayo kembali ke Kila, Esmeralda!
Beklah, Ferguso!
Dengan moda transport online (lagi) kami menuju Kila yang ternyata oh ternyata hanya beberapa kilometer saja dari The Jayakarta.
Fix, ke tiga hotel ini, jaraknya cukup berdekatan dan terletak di kawasan Senggigi, Lombok!
Kawasan Senggigi Lombok itu memang hits banget nih di kalangan wisman. Yup, banyak penampakan wisman terutama menjelang temaram senja.
Di Senggigi banyak pilihan akomodasi dari yang kelas rakyat hingga ningrat, tinggal pilih!
... dan ini kali pertama aku menginap di hotel keren dan berbintang, jadi maafkan kalau agak norak-norak cihuy yak!
Begitu tiba di lobby, pelayanan khas resort bintang 4 pun dimulai, eng ing eng!
Bellboy mengucap salam lalu dengan cekatan membuka pintu mobil dan membantu membawa tas.
Saat itu kamar belum siap dan kami diminta menunggu di ruang tunggu yang lega dengan view indah sambil ditawarkan welcoming drink.
Nah ini sedikit unik. Untuk welcoming drink kami bisa memilih, mau minum di lobby, dibawa ke kamar atau mau diambil di resto Basilico, yang berada di bibir pantai Senggigi sambil menikmati sunset.
Wah, jelas pilih yang terakhir dong ya. Fix!
Setelah menerima kunci kami pun menuju kamar melalui pedestarian melewati taman-taman nyaman dan asri dengan barisan kelapa yang menjulang.
Hari itu cuaca cerah sekali, sehingga view yang ditawarkan, masya Allah indah nian.
Usai menaruh tas di kamar, aku sejenak melakukan ritual ala staycation, memeriksa kamar, hihihi.
Kami mendapat Superior Garden Room di lantai dua dengan fasilitas lengkap seperti lemari besar, kamar mandi dengan shower air panas dan dingin, amenities lengkap, bed besar, mini bar, TV satelit, AC, meja kerja, free wifi dan balkon dengan view taman warna-warni yang bikin pikiran langsung adem.
Sepertinya lingkungan tenang, taman nyaman, asri, dan teduh adalah kekuatan Kila Senggigi Beach!
Tak berapa lama waktu zuhur menjelang. Abang izin mau ke mesjid hotel yang ternyata berada di depan kamar, sedangkan aku memutuskan ngadem dan sholat di kamar.
Usai sholat kami memutuskan eksplor suasana outdoor lagi. Menggunakan pedestarian dan melewati view taman-taman indah lagi.
Selengkapnya, ntar ada di video di bagian bawah artikel ini ya. Biar greget!
Sebagai informasi, ada beberapa pilihan tipe kamar di sini, biar afdol bisa cek di www.kilahotels.com atau kepo-in instagram @KilaSenggigiBeach untuk promo-promo terkini.
Tak berapa lama, kampung tengah mulai protes.
Aku punya ide mengajak abang napak tilas ke jalan Raya Senggigi, ke daerah hotel Bukit Senggigi tempat kami pernah menginap dulu sekaligus mencari tempat makan siang.
Alhamdullillah, abang setuju.
Jadilah kami jalan kaki menyusuri Senggigi ala lagu sepanjang jalan kenangan, kita selalu bergandeng tangan, bahahaha.
Lumayanlah hampir 10.000 langkah, bahahaha.
Meski mendung cuaca, peluh mulai merambati raga plus kampung tengah juga semakin meronta, kami putuskan mengisi bahan bakar, pemirsah.
Untunglah, tak jauh dari hotel Bukit Senggigi ada restoran cepat saji McDonald. Alhamdullillah.
Langsung deh pesan nasi putih, ayam plus es krim, bahahaha. Mantap jiwa!
Kami memutuskan duduk di lantai dua karena view yang lebih indah.
Siang itu restoran lumayan ramai. Ada pasangan wisman dan wisdom. Sebuah televisi dengan suara sayup-sayup juga tersedia di langit-langit restoran. Ada tempat untuk smoking area juga, di luar.
Jauh-jauh ke Lombok, makan di McDonald?
It's OK. Yang penting makannya dengan siapa, bahahaha.
Kembali ke hotel, kami tetap menggunakan kendaraan GL, Goyang Lutut, also known as Mlaku Sikil, hihihi.
Tiba di hotel, kami istirahat di kamar. Ngadem and sleep like a baby!
Sekitar jam 5 sore, usai mandi dan dandan, kami langsung menuju resto Basilico yang terletak di bibir pantai sambil melewati beberapa tipe kamar dan eksotika taman yang memikat.
Pantai di depan resto ini ala private beach gitu, bersih dan resik!
Pasir putih lembut, debur ombak memecah pantai, yacht parkir di kejauhan, kursi putih berbaris rapi, mengingatkan akan view pantai di Eropa yang sering bertabur di beranda selebgram.
Sayup-sayup terdengar alunan musik. So romantic!
Ternyata mau ada event dinner dan... live music!
Para staff hotel yang berseragam, hilir-mudik menyiapkan acara ini. Membawa peralatan makan dan menyiapkan hidangan prasmanan.
Meski sudah sore, hari masih cukup terang, kami berjalan-jalan di bibir pantai dan foto-foto lagi, tentu saja!
Seorang staff sekuriti hotel yang sedari tadi stand by memperhatikan polah kami berdua menawarkan jasa.
"Ibu, Bapak, saya ambil foto berdua, di situ tuh dekat batu, bagus!" "Yang mesra ya Bu, Pak, buat kenang-kenangan lho"
Si bapak layak fotografer mengarahkan gaya kami, hihihi.
"Saya sudah sering lho ngambil foto pasangan kalau pas di pantai sini" tambah beliau lagi
Nah, begini, hasil arahan gaya beliau!
Setelah itu, kami pun terlibat obrolan seru. Beliau mengaku sudah hampir 15 tahun bekerja di Kila Senggigi Beach Lombok.
"Ada acara apa nih, Pak?" tanyaku kepo "Gathering PT Astra Jakarta, Bu" "Oh, di sekitar pantai sering dipakai untuk acara outdoor ya, Pak?" "Iya, Bu. Kementrian juga suka acara outdoor seperti ini"
"Gimana Pak, tingkat hunian hotel pasca gempa?" "Sangat drop sekali, Bu, Namun syukurlah, Kila termasuk beruntung, karena tidak mengalami kerusakan yang berarti" "Iya, kog bisa begitu ya Pak, kemarin saya lewat di jalan Senggigi ada banyak bangunan retak dan runtuh lho, termasuk beberapa bangunan hotel Sheraton, sehingga mereka membatalkan reservasi, karena masih dalam tahap pemulihan kembali" "Ibu, reservasi di Sheraton juga ya?" "Iya, Pak, tapi bulan Mei lalu dan pasca gempa dibatalkan oleh Sheraton" "Memang agak unik juga nih gempa, Bu. Ada yang sama sekali tak terpengaruh gempa, namun sebaliknya ada juga yang luluh lantak" "Biasanya tergantung desain bahan dan desain bangunan juga, Bu" "Oh, begitu ya, Pak"
Selanjutnya, beliau bercerita bahwa Kila Senggigi Beach juga punya tipe kamar yang lebih mewah, Pool Villa Club Senggigi Beach Resortnamanya!
Beliau menawarkan jasa ingin mengantarkan kami melihat-lihat properti villa, yang pelayanannya serba premium dan private seperti beautiful private garden, akses langsung dari kamar ke kolam renang serta berbagai pelayanan premium lainnya.
Namun kami menolak dengan halus, karena hari sudah mau senja, tak ingin kehilangan momen sunset di pantai Senggigi.
Tapi biar gak kepo aku kasih 'contekan' dari www.berbagifun.com ya.
Kami lalu pamit dan memilih duduk di resto, menghadap pantai dan tak berapa lama pelayan menghampiri. Aku langsung menunjukkan kupon welcoming drink.
Tak berapa lama 2 orange juice segar segera berpindah ke tenggorokan, bahahaha.
"Hmmm... segar banget ya bang, jus ini!" "Minumnya sama siapa dulu dong, kata abang sambil mengedip nakal!" "Hahaha... Senggigi bisa menyulap abang jadi ekspresif, Masya Allah!"
Senja itu Senggigi memang indah, meski awan menutupi sinar keemasan sang surya. Namun kalau bersama kesayangan, who cares? Semuanya terasa berkesan. Setuju bu-ibuk?
In life, it's not where you go, it's who you travel with
Cemmana, nendang kah quotenya?
Nun jauh di sana, mentari mulai menuju peraduan dengan berbagi aura keemasan. Semakin lengkap keindahan saat siluet pesawat juga terekam.
Buru-buru aku meraih HP, maksud hati untuk mengabadikan, namun karena tak siap pesawat sudah berubah posisi dan tak seindah momen tadi.
Apalagi aku hanya menggunakan kamera HP yang tidak mendukung pencahayaan, rasanya hasil fotografi pun pastilah kurang memuaskan.
Ahhh, sudahlah, saatnya doing nothing, just enjoying the moment!
Apalagi saat ini momen tanpa gadget itu adalah kemewahan tingkat tinggi!
Usai magrib, live music pun dimulai, para tamu undangan dengan dress code warna putih berdatangan, memasuki area bibir pantai yang kian eksotik.
Hampir 3 jam di sana, koleksi lagu Barat yang dinyanyikan hampir semua mewakili generasi X (kelahiran tahun 1961-1980), jadi seringkali kami beserta pengunjung resto yang didominasi para wisman, urun bernyanyi mengikuti lirik dan bertepuk tangan.
Sungguh berkesan dan tak terlupakan!
Jam menunjukkan hampir jam 10, ketika kami memutuskan kembali ke kamar untuk istirahat.
Sarapan ala Kila Senggigi Beach
Seperti biasa, saat staycation di hotel, waktu sarapan adalah favorit kami berdua, bahahaha.
Mencoba menebak, menu gerangan apakah yang menanti di Rinjani Restaurant?
Saat tiba, restoran sudah hampir penuh.
Mataku refleks segera mencari tahu lewat seragam kaus yang mereka gunakan, siapakah para tamu yang mendominasi restoran?
Ternyata, sedang ada acara pelatihan siswa Sekolah Kepariwisataan Lombok.
Untunglah tak berapa lama suara peluit membahana dan para siswa terbirit-birit [hiperbola mode on - terbirit-birit] menuju lapangan di dekat bibir pantai, dan restoran kembali sedikit hening, hihihi. Hanya tinggal kami dan beberapa wisman dan wisdom.
Iya, restoran Rinjani ini juga berada dekat di bibir pantai, jadi sambil menikmati sarapan sekaligus melahap view pantai Senggigi. Tapi spesial view ini hanya tersedia untuk beberapa spot saja. Jadi, buruan bangun pagi kakaaa agar bisa klaim tempat duduk ya!
Menu yang tersedia cukup menggoda selera. Ada western style seperti aneka roti, buah dan sereal serta asian style seperti nasi/mie goreng lengkap dengan lauk pauk serta aneka jajanan pasar.
Sayang aku lupa foto menu karena asyik ngobrol sama abang, kecuali pancake di bawah ini. Enaaak kali, aku sampai nambah, bah!
Sama seperti kebanyakan hotel waktu sarapan dimulai jam 7 dan berakhir jam 10 pagi.
Restoran Rinjani juga dekat dekat kolam renang, jadi tinggal pilih mau duduk di sebelah mana.
Kolam renangnya ada 2 lho, untuk dewasa dan anak-anak. Cocok nih buat weekend getaway untuk keluarga.
Usai sarapan kami berjalan-jalan di sekitar areal hotel dan berfoto, sambil menunggu jemputan mba Esty, teman abang yang berdomisili di Lombok.
Desain bangunan di Kila memang tidak semegah resort baru, namun aku mau lho kembali lagi ke sini, merasakan lagi kenyamanan, keramahan, keasrian dan ketenangannya!
Yup, Kila tempat yang ideal bagi kalian yang ingin mengukir kenangan dan terutama yang doyan lari dari kenyataan, bahahaha.