Ketahui Filosofi HujanTentang Hidup dan Manusia. Berhubung ini masih dalam momen "December to remember", kita ngobrolin yang melow-melow, yuuuk.
Yang nge-fans sama hujan, mana suaranya?
Apalagi kalau sudah berada di peraduan bareng kesayangan, simfoni hujan layaknya nyanyian menuju negeri impian atau teringat nostalgia kenangan yang tak terlupakan. Uhuk!
Jadi gini,
Beberapa waktu lalu, tepatnya Juli 2019 (tsaah, hebat dong, masih ingat, eui... Bukan karena apa-apa juga sih, thanks to ngotot scrolling, sampai jari kapalan di arsip instagram, akhirnya bisa menemukan waktu dengan tepat, hihihi) saat mengikuti writing workshop bersama penulis hits Mas Budiman Hakim (@budiman_hakim), aku pernah mendapat tugas.
"Saya akan memberikan beberapa gambar, dan tugas kalian adalah menciptakan sebuah cerita, berdasarkan gambar yang dipilih. Sebuah tulisan singkat, padat dan sarat manfaat"
Begitulah kira-kira titah beliau.
Wow! Aku nyaris lupa bernafas saat mendapat titah ini, karena eh karena terbiasa dengan rentang waktu lebih dari 1x24 jam untuk menghasilkan tulisan.
Yup, aku tidak tahu namanya ini, kekuatan atau kelemahan, durasi panjang kerap aku butuhkan untuk menghasilkan artikel, terutama untuk kategori evergreen content.
Saat itu, aku memilih gambar dengan hujan sebagai latar belakang.
Yang terpikir adalah tentang filosofi hujan!
... and you know what, luar biasanya, semakin dilarang gejolak hati semakin liar dan garang! Oh, forgive me My Lord!
Jadi...
Satu-satunya cara adalah ketika ibu masih di sekolah, dan hujan yang memang penuh perhatian pun bertandang, aku yang kebetulan sekolah siang (masuknya jam 1), bisa dipastikan, menuntaskan kerinduan yang terpendam.
Agar tak ketahuan, biasanya aku hanya menggunakan underwear, lalu usai hujan-hujanan aku peras tuh sampai keriting biar gampang kering, lalu aku sembunyikan. Selaku perempuan tertua yang in charge of laundry di rumah, gampang lah urusannya, bahahaha.
Demikianlah sekilas kenanganku tentang hujan di usia belasan, kalau kamu?
Jadi, pas dapat tugas di atas, jariku langsung menari, mengetikkan kata kunci "filosofi hujan".
... lalu menemukan tulisan inspiratif dari idntimes.com tentang 9 filosofi yang diajarkan hujan tentang hidup dan manusia!
Cobalah mengetikkan "filosofi hujan", pastilah kalian akan menemukan artikel yang hampir sama.
Kali ini aku pun akan mengutip artikel yang sama, hanya dengan sedikit polesan ala-ala cushion skincare hihihi.
Setelah membaca artikel idntimes itu, angan langsung membawaku ke beberapa adegan film yang pernah aku tonton di Pride and Prejudice dengan moral cerita bahaya buruk sangka, adegan hujan juga ada di sana.
Pernahkah kamu perhatikan?
Umumnya, dalam adegan film, hujan memang selalu diidentikkan dengan kesedihan.
... saat momen termenung, momen merenung.
Baidewei, subway,
Mengapa ya orang-orang (termasuk aku) mendadak jadi filosofis dan intelek ketika hujan mulai jatuh?
Mengapa para penulis dan penyair langsung terinspirasi menuangkan karya saat rintik hujan menyapa semesta atau kala mengecup mesra panel jendela?
... selalu saja hujan untuk mewakili kesedihan.
Eh, ada tambahan ding, juga mewakili kesensualan!
Apakah karena hujan yang sangat artistik atau karena sesuatu di dalam sini, something inside us, giccu?
Hujan memang memiliki konotasi berbeda pada setiap orang!
Ajaibnya, hujan juga mampu memberikan persamaan, mampu melahirkan perbedaan emosi.
Tapi, hei, pernahkah kamu memikirkan hal-hal baik dari nyanyian hujan?
Yuk intip rangkaian filosofi hujan berikut ini ala idntimes.com.
Moral hujan, "Teruslah mencoba, tanpa pernah menyerah. Selalu kuat dan tabah untuk meraih sesuatu!
... dan kehidupan pun berangsur, dari kesulitan dan kesengsaraan.
Jadilah penolong atau paling tidak penghibur bagi orang yang benar-benar membutuhkan!
Sudah selayaknya, belajar dari hujan, hindari menyelimuti diri dengan amarah. Cobalah santai dalam menyikapi suasana!
Belajar menjadi sosok memesona!
Seperti manusia, hujan yang merupakan bagian dari alam pun bisa lho marah. Ketika benar-benar tidak ada lagi yang perduli dengan alam sekitar, hujan pun bertindak sangar. Menumpahkan kekesalan secara bar-bar. Menghempaskan apa saja. Membawanya larut serta.
Sebagai manusia kudu mampu menjaga perasaan orang lain juga, karena setiap orang punya limit!
Belajarlah jadi pribadi yang menyenangkan karena umumnya orang gemar dengan sosok-sosok yang memesona, menyenangkan!
Yuk belajar dari hujan yang datang dan muncul untuk membawa dan berbagi rasa senang.
Jadilah seperti hujan yang siap mengulurkan bantuan kepada keluarga atau handai tolan!
Selama itu mendatangkan kebaikan, teruslah lakukan, meski ada beberapa orang yang tidak berkenan.
Maka, sebaiknya kita juga seharusnya dapat menerima hujan dan hal baik datang, tanpa pernah memaksakan waktu sesuai dengan yang kita inginkan.
Mari mulai melihat hal-hal di sekitar kita dengan cara positif, agar pandai bersyukur dan bahagia dalam menjalani kehidupan fana!
Semoga kita semua bisa memetik pelajaran dari filosofi hujan.
Yang nge-fans sama hujan, mana suaranya?
Apalagi kalau sudah berada di peraduan bareng kesayangan, simfoni hujan layaknya nyanyian menuju negeri impian atau teringat nostalgia kenangan yang tak terlupakan. Uhuk!
Jadi gini,
Beberapa waktu lalu, tepatnya Juli 2019 (tsaah, hebat dong, masih ingat, eui... Bukan karena apa-apa juga sih, thanks to ngotot scrolling, sampai jari kapalan di arsip instagram, akhirnya bisa menemukan waktu dengan tepat, hihihi) saat mengikuti writing workshop bersama penulis hits Mas Budiman Hakim (@budiman_hakim), aku pernah mendapat tugas.
"Saya akan memberikan beberapa gambar, dan tugas kalian adalah menciptakan sebuah cerita, berdasarkan gambar yang dipilih. Sebuah tulisan singkat, padat dan sarat manfaat"
Begitulah kira-kira titah beliau.
Wow! Aku nyaris lupa bernafas saat mendapat titah ini, karena eh karena terbiasa dengan rentang waktu lebih dari 1x24 jam untuk menghasilkan tulisan.
Yup, aku tidak tahu namanya ini, kekuatan atau kelemahan, durasi panjang kerap aku butuhkan untuk menghasilkan artikel, terutama untuk kategori evergreen content.
Saat itu, aku memilih gambar dengan hujan sebagai latar belakang.
Yang terpikir adalah tentang filosofi hujan!
Hujan dan Usia Belasan
Saat usia belasan, keadaan ekonomi keluargaku bisa dikatakan sangat pas-pasan. Dengan 4 buah hati, ibu yang seorang guru merangkap CEO [CEO, catat!] kudu melakukan segala cara untuk menghemat biaya kehidupan diantaranya memastikan kami sehat wal'afiat dengan cara say no to dancing in the rain. Bahahaha.... and you know what, luar biasanya, semakin dilarang gejolak hati semakin liar dan garang! Oh, forgive me My Lord!
Jadi...
Satu-satunya cara adalah ketika ibu masih di sekolah, dan hujan yang memang penuh perhatian pun bertandang, aku yang kebetulan sekolah siang (masuknya jam 1), bisa dipastikan, menuntaskan kerinduan yang terpendam.
Agar tak ketahuan, biasanya aku hanya menggunakan underwear, lalu usai hujan-hujanan aku peras tuh sampai keriting biar gampang kering, lalu aku sembunyikan. Selaku perempuan tertua yang in charge of laundry di rumah, gampang lah urusannya, bahahaha.
Demikianlah sekilas kenanganku tentang hujan di usia belasan, kalau kamu?
Filosofi Hujan
Kembali ke laptop!Jadi, pas dapat tugas di atas, jariku langsung menari, mengetikkan kata kunci "filosofi hujan".
... lalu menemukan tulisan inspiratif dari idntimes.com tentang 9 filosofi yang diajarkan hujan tentang hidup dan manusia!
Cobalah mengetikkan "filosofi hujan", pastilah kalian akan menemukan artikel yang hampir sama.
Kali ini aku pun akan mengutip artikel yang sama, hanya dengan sedikit polesan ala-ala cushion skincare hihihi.
Setelah membaca artikel idntimes itu, angan langsung membawaku ke beberapa adegan film yang pernah aku tonton di Pride and Prejudice dengan moral cerita bahaya buruk sangka, adegan hujan juga ada di sana.
Pernahkah kamu perhatikan?
Umumnya, dalam adegan film, hujan memang selalu diidentikkan dengan kesedihan.
... saat momen termenung, momen merenung.
Baidewei, subway,
Mengapa ya orang-orang (termasuk aku) mendadak jadi filosofis dan intelek ketika hujan mulai jatuh?
Mengapa para penulis dan penyair langsung terinspirasi menuangkan karya saat rintik hujan menyapa semesta atau kala mengecup mesra panel jendela?
... selalu saja hujan untuk mewakili kesedihan.
Eh, ada tambahan ding, juga mewakili kesensualan!
Apakah karena hujan yang sangat artistik atau karena sesuatu di dalam sini, something inside us, giccu?
Hujan memang memiliki konotasi berbeda pada setiap orang!
Ajaibnya, hujan juga mampu memberikan persamaan, mampu melahirkan perbedaan emosi.
Tapi, hei, pernahkah kamu memikirkan hal-hal baik dari nyanyian hujan?
Yuk intip rangkaian filosofi hujan berikut ini ala idntimes.com.
1. Meski jatuh berkali-kali, hujan tidak pernah menyerah
Yup, hujan itu turun dan jatuh terus-menerus. Hujan terus mencoba meskipun sudah terus-menerus jatuh. Terus turun, tanpa menyerah.Moral hujan, "Teruslah mencoba, tanpa pernah menyerah. Selalu kuat dan tabah untuk meraih sesuatu!
2. Hujan turun setelah kemarau panjang. Kesabaran adalah koentji!
Apa yang terjadi jika hujan tak pernah sampai ke bumi. Bumi kering kerontang, gersang! Untunglah hujan datang mengusir kemarau panjang.... dan kehidupan pun berangsur, dari kesulitan dan kesengsaraan.
Jadilah penolong atau paling tidak penghibur bagi orang yang benar-benar membutuhkan!
3. Hujan mampu memberi rasa dingin
Usai panas seharian, hujan turun berbagi kesejukan. Cuaca berubah, hawa menjadi dingin dan nyaman.Sudah selayaknya, belajar dari hujan, hindari menyelimuti diri dengan amarah. Cobalah santai dalam menyikapi suasana!
Belajar menjadi sosok memesona!
4. Hujanpun bisa marah kalau manusia tidak ramah
Wah kalau ini sudah sering terbukti ya!Seperti manusia, hujan yang merupakan bagian dari alam pun bisa lho marah. Ketika benar-benar tidak ada lagi yang perduli dengan alam sekitar, hujan pun bertindak sangar. Menumpahkan kekesalan secara bar-bar. Menghempaskan apa saja. Membawanya larut serta.
Sebagai manusia kudu mampu menjaga perasaan orang lain juga, karena setiap orang punya limit!
5. Bau hujan menyenangkan, meski sederhana namun menenangkan
Sebagian orang terkadang luput menikmati ini. Menyesapi aroma hujan ketika mengecup bumi.Belajarlah jadi pribadi yang menyenangkan karena umumnya orang gemar dengan sosok-sosok yang memesona, menyenangkan!
6. Hujan datang untuk menyejukkan bumi, bermanfaat bagi material lain
Meski hujan tidak selalu datang, tetapi kehadirannya sangat dinantikan. Terutama pelukan kesejukan.Yuk belajar dari hujan yang datang dan muncul untuk membawa dan berbagi rasa senang.
7. Hujan turun karena tahu bumi sangat membutuhkan
Pasca kemarau panjang, hujan akan turun untuk menghijaukan. Karena tahu bumi sangat membutuhkan.Jadilah seperti hujan yang siap mengulurkan bantuan kepada keluarga atau handai tolan!
8. Banyak orang mengeluh terhadap hujan, tetapi hujan tetap akan datang
Janganlah gentar melakukan kebaikan!Selama itu mendatangkan kebaikan, teruslah lakukan, meski ada beberapa orang yang tidak berkenan.
9. Hujan tidak kenal waktu
Hujan turun tidak mengenal waktu dan mengerti apa yang sedang manusia lakukan. Hujan turun dengan kehendak Tuhan.Maka, sebaiknya kita juga seharusnya dapat menerima hujan dan hal baik datang, tanpa pernah memaksakan waktu sesuai dengan yang kita inginkan.
Mari mulai melihat hal-hal di sekitar kita dengan cara positif, agar pandai bersyukur dan bahagia dalam menjalani kehidupan fana!
Semoga kita semua bisa memetik pelajaran dari filosofi hujan.