"Ntar kita makan siang di tempat kemarin ya, Bang"
Aku berkata sambil menoleh ke abang yang sedang khusyu di balik kemudi. Alhamdullillah, hari itu cuaca sedang bersahabat, cerah ceria, menjelang jadwal loading kampung tengah.
Yang sering mampir di blog ini, paham dong dengan istilah kampung tengah ya.Y-E-S urusan perut, sodarah-sodarah!
"Boleh, tapi Abang sudah lupa-lupa ingat lokasinya, eh"
"Bunda juga, yang paling Bunda ingat lokasinya itu ada tikungan tajam, pertigaan dan di sekitar Penyabungan Madina (Mandailing Natal)"
Aku masih ingat percakapan kami sesaat sebelum akhirnya menemukan kembali rumah makan kuliner unik, Pondok Paranginan Jembatan Merah Kayu Laut Madina. Kayu Laut sendiri diambil dari nama desa lokasi destinasi ini.
road trip junkies |
Mengapa rumah makan ini begitu istimewa buat road trip junkies destinasi lintas Sumatera seperti kami?
Baca juga : Warna-Warni Perjalanan Lintas Sumatera
Baca juga : Destinasi Lintas Sumatera Yang Layak Dikunjungi
Baca juga : 5 Lokasi Terbaik Menikmati Eksotika Danau Toba
Stay tune, guys!
Fakta Pondok Paranginan Kayu Laut Madina
Lokasi Instagramable
YES! Segala sesuatu tentang sungai terutama yang viewnya lengkap dengan batu-batu besar, gemercik nyanyian air, gampang banget bikin aku lemah. Tapi bukan lemah syahwat ya :p. Hush, ramadan, woi!
Kalau istilah millenial, bikin melting, giccu!
Pertama ke sini, tahun 2016, kalau tak salah, tempatnya belum seindah sekarang, masih biasa saja. But yet still pesona sungai, atau orang Sumatera bilang Aek Singolot lah yang paling mencuri hati!
... dan alangkah terkejutnya kami, ketika ke sana, Februari 2019 lalu, wow, Pondok Paranginan Jembatan Merah, bagai pengantin, bersolek, pemirsah!
Pondok Paranginan terletak di jalan lintas Sumatera. Selengkapnya cek di google map di bagian bawah postingan ini ya.
Harga makanan terjangkau
Nah ini juga jadi alasan untuk re-purchase!
Harga makanan di rumah makan ini tidak bikin kantong jebol.
Pilihan Menu Beraneka
Umumnya menu yang tersedia kebanyakan yang berbau "Sumatera" lah. Seperti ikan balado, ayam balado, rendang dan teman-teman. Tapi, ikan/ayam bakar juga ada.
Sayangnya aku tak pernah sekalipun teringat mengambil foto makanan. Asyik sungai saja yang aku foto-foto. Insya Allah, jika ada umur panjang, aku akan foto menu-menu yang kami embat eh lahap ya.
Tapi tenaaang....
Setelah aku browsing dengan kata kunci "pondok paranginan" berikut beberapa contekan menu di google map yang hampir sama dengan yang kami pesan, seperti, ikan balado, perkedel ikan, gulai ayam, gulai ikan, daun singkong rebus dan lain-lain.
Tapi tenaaang....
Setelah aku browsing dengan kata kunci "pondok paranginan" berikut beberapa contekan menu di google map yang hampir sama dengan yang kami pesan, seperti, ikan balado, perkedel ikan, gulai ayam, gulai ikan, daun singkong rebus dan lain-lain.
Biasanya kalau kesini, kami sesuaikan masuk jam makan siang.
Mengapa eh mengapa?
Ya ampyuuun, kau tanyakan pulak lagi, ya tentu saja, tak lain dan tak bukan, biar puas foto-foto lah, Maria! Kau pun!
Tersedia Tempat Sholat dan Wudhu
Tempat sholatnya juga tak terlalu jauh dari sungai. Jadi pas sholat masih bisa mendengar gemercik aliran air sungai. Sedangkan air wudhu juga menggunakan air sungai yang sejuk. Khas pegunungan lah ya. Saat kami di sana tempat wudhunya juga bersih dan bebas bau.
Bisakah kau menemukan mesjid di gambar di atas?
Bisakah kau menemukan mesjid di gambar di atas?
Pelayanan Ramah
Secara umum pelayanan yang kami dapatkan, alhamdullillah memuaskan! Hidangan cepat datang meski pesanannya lumayan banyak, untuk 5 orang. Memang sih saat itu hanya 2 pendopo yang berisi pelanggan, rombongan kami dan ada di sebelah dekat jembatan merah.
Jembatan Merah dan Taman Bunga Mini
Saat pertama datang dulu, jembatan ini belum dirawat paripurna. Namun kunjungan yang kedua, Februari 2019 kemarin, jembatan habis bersolek. Warna merah dominan. Itulah kenapa Pondok Paranginan bersanding dengan Jembatan Merah mini.
Jadi, pastikan kalau mau mampir di sini, kenakan outfit yang cerah ceria ya. Biar greget!
Apalagi kalau pas Aek Singolot jernih, awan biru dan bunga warna-warni bersinergi, bisa dipastikan memori HP bakal full. I guarantee!
Hmmm, apalagi ya? Oh iya, ini dia ...
Kuliner Unik Kopi Takar
Nah fakta ini justru aku tahu saat mencari-cari bahan tambahan untuk postingan blog ini. Karena meski sudah dua kali ke sini, kami belum pernah mencicipi kuliner unik kopi takar, ini. Pernah pesan kopi tapi cuma ditaruh di gelas seperti biasa.
Disebut kopi takar karena wadah air kopi terbuat dari batok kelapa atau takar dalam bahasa Mandailing.
Melansir artikel dari medan.tribunnews.com, kuliner ini menggunakan kopi yang berasal dari Pasaman, Sumatera Barat, sedangkan gula aren dan kayu manisnya berasal dari daerah Mandailing. Sempurna untuk menggerakkan perekonomian lokal daerah Mandailing ya.
Sedangkan untuk batok kelapa dipesan langsung dari Yogjakarta.
Disebutkan juga meski unik harga kopi takar ini dijual dengan harga relatif murah, Rp 10 ribu per cangkir eh per takar.
Hampir lupa, kayu manis di kopi takar punya dwi fungsi (kayak ABRI saja ya) sebagai sendok dan sedotan.
Jadi, kamu tim mana nih, seruput atau sedotan?
foto oleh @endra_faisal |
Gimana, bisa membayangkan dong ya, cita rasa kopi, gula aren dan kayu manis dalam rengkuhan batok kelapa.
Apalagi dinikmati bareng kesayangan! Perfect combo, ne!
Sepertinya, hanya itu saja dulu yang bisa aku sharae tentang Pondok Paranginan kali ini.
Atau mungkin, ada juga yang sudah pernah ke Pondok Paranginan Jembatan Merah Kayu Laut Madina ini, ingin menambahkan?
Monggo pinara di kolom komentar di bawah ini ya.
Last but not least, biar semakin greget kita nikmati dulu video eksotika Pondok Paranginan ketika aku ke sana Februari 2019 lalu.
Kalian keluarga kompak banget ya Mbak soal jalan-jalan begini. Iri aku tu.
BalasHapusCangkir batoknya mengingatkanku pada kampung Badui, mereka minum juga make gelas buatan gitu, bedanya kalo Badui pake bambu.
Justru yang begitu jadi add value ya, mba Ida
HapusAwesome!
Kalau aku penasaran sama menunya disana, coba ada foto menunya juga jadi bisa sambil ngebayangin makan di Pondok Paranginan juga. Lihat tempatnya kok enak banget ya itu mbak.
BalasHapusNtar aku browsing ya, mba
HapusBiar greget yak!
Pondok Paranginan Jembatan Merah ... unik ya namanya ... Mbak Annaa, pasti berkesan sekali perjalanan tahun 2019 kemarin, sampai-sampai masih bisa dituliskan sekarang.
BalasHapusBecccul, mba!
HapusSesuatu yang disukai, memang menghunjam jauh ke lubuk hati, dan stay permanen di sana!
aku udah pernah nih mbak Anna, minum kopi pake batok kelapa
BalasHapuswaktu itu rame rame ke kayak food court khusus untuk anggota komplek di Islamik. nah, takjub juga karena unik dan aroma gula aren plus kopi emang tiada duanya
Keren!
HapusNeng Tanti malah sudah icip-icip.
Jadi, habis berapa cangkir saat itu?
Aku jadi kepo sama kopi takar yang murce amat cuma 10K 😍😍 Emang deh kalau resto atau rumah makan ada toilet dan musholanya pasti kita nyaman ya. Apalagi menu2 hidangannya enak2, bakalan balik lagi ke sana 😊 Ayam dan ikan balado, aku datang!
BalasHapusSetuju, mba!
HapusToilet dan mushollah bersih, harga terjangkau.
Fix bikin re-purchase yak!
Aku mupeng kopi takarnya kak Annaaa
BalasHapusHadeuh, pengiinn banget nih menyeruput kopi pakai batok kelapa gituuu
moga2 ada kesempatan cuss ke sana
Buat pemanasan, mungkin boleh coba, buat sendiri mba :)
HapusKopi takar itu yg di cangkir batok kelapa bikin mupeng deh Kak... Duuh aku jd terbayang keindahan pulau sumatra dan semoga suatu saat bisa menjejak di sana
BalasHapusMba Nia tinggal di mana rupanya?
HapusSemoga segera bisa menjejak di Sumatera ya!
Kalau jalan-jalan nemuin kopi khasnya kayak nemuin sesuatu yang nikmat. Bikin semangat pula abis ngopi kan.
BalasHapusBeccul, mba
HapusHabis ngopi biasanya nge-boost energi, yay!
aku j uga menikmati selalu roadtrip di Sumatera mba..selain memang kampung halaman, temaptnya banyak yang cantik dan uniiik
BalasHapusSetuju, mba
HapusAku pernah ke Lampung, sekitar Way Kanan.
Masya Allah, banyak destinasi cantik dan unik di sana.
Itu, baru Way Kanan doang.
Lampung itukan luas banget yak.
Semua ada di Lampung, pantai, gunung, air terjun, negeri awan endebrai, endebrai...
Waah nikmatnya. Masakan sumatera tuh biasanya cocok di lidah aku, soalnya rata2 kaya rempah. Berani bumbu lah istilahnya. Abis makan enak, trus ditutup dengan kopi takar.
BalasHapusSetuju mba.
HapusBangga ya jadi warga +62, banyak pilihan kulinernya!
Lama juga baru ke Pondok Paranginan lagi ya mbak, ternyata sekarang sudah lebih cantik. Nantk aku diajak ke sana juga gak mbak? :) Masakan Sumatera aku suka soalnya aku gak suka masakan manis
BalasHapusMba Lid, kayak my ubby.
HapusKurang suka masakan manis, tapi kalau perempuan manis, lain cerita, hahaha. Aku aja suka. Apalagi kalau murah senyum ya, mba.
Bikin adem hati.
Tempatnya syahdu ya mba, pas buat kulineran sama keluarga. Fasilitas lengkap bisa betah berlama2 nongkrong di sana. Someday aku pengen travel ke Sumatera
BalasHapusSiap jadi dayang-dayang, mba.
HapusLangsung ngacung, hihihi.
minum kopi di cangkir batok kelapa gitu pasti beda ya mba rasanya. Apalagi suasana yg hommy banget sama pasangan atau keluarga pulak :D
BalasHapusMakin gak mau pulang deh hihi..
Setuju pakai banget, mba!
HapusMinimal 3 jam lah di sana, biar greget!
Senang sekali kalo dalam perjalanan nemu makanan enak dan terjangkau. Biasanya sih karena dalam.perjalanan yh di jual lun seadanya. Hahaha. Pengalaman pribadi aku sih Mb
BalasHapusGue banget ini!
HapusMemang kayak gambling ya.
Makanya aku share pengalaman ini, karena menemukan kuliner unik sekaligus cantik, terjangkau, saat travelling itu, sesuatu!
Unik banget kopi takarnya. pakai gulanya aren ya Bun, jadi pas manisnya. Kayaknya sensasinya beda ya kalau ditaruhnya di batok kelapa gini.
BalasHapusBanyak yang pesan, mba.
HapusJadi asumsi aku, endolita ya!
Minuman di batok kelapa itu rasanya pasti terasa beda banget ya mba. Suka nih.
BalasHapusYang pasti unik ya, mba
HapusKalau unik biasanya, main hati deh jadinya :)
waah asiik kaak..aku belum sampe madina tp uda harus pindah pulau :D. Btw ntar anak2ku kayak kak ros ya...masa kecil di siantar :)
BalasHapusSiantarnya, di mana mba?
HapusAku dulu di Sipinggol-pinggol sampai kelas 2 SMP terus pindah ke rumah opung, karena kudu merawat opung di Tomuan.
Di situ terus hingga merantau setamat SMA 1986 ke Kaltim.
Penasaran sama kopi dengan gula aren di dalam cangkir batoknya. Duh ini mah kebiasaan kami dulu waktu di kampung. Jadi kangen.
BalasHapusNtar pas pulang kampung, boleh nih sharing ya mba
HapusSaya ngebayangin rasa kopi yang diseruput kayu manis.. duuuh.. melted. Tapi Mba skrg bkn ABRI lagi melainkan TNI.. hahahaha.. dibahas.
BalasHapusUps, iya, mba Ade.
HapusGa papa dibahas, malah aku terima kasih, sudah dikoreksi.
TNI, noted!
Trans sumatera makin bagus ya,,,ga kalah sama yang di pulau lain,, itu direst area sendiri atau gimana mba... makin aman dan nyaman buat pemudik sebenernya kalo balik ke sumatera tapi lagi pandemi gini ga bisa keman mana hiks
BalasHapusMakin banyak tempat malan yg instagramable sekarang ya mak. Meski demikian kekhasan menu dan rasa kulinernya tetap jd alasan org utk kembali mengunjungi tempat makan ini di lain kesempatan.
BalasHapusUnik banget namanya, Mbak. Pondok Peranginan. Kalo di Sumbar, paranginan itu artinya berangin-angin. Aku lihat foto-fotonya, kayaknya sejuk ya, Mbak. Nafsu makan pasti laju nih, kalo tempatnya begini.
BalasHapuswah rasanya aku jadi pengen liburan..eang bener, aku juga paling suka lihat air mengalir, gemericik air, haparan pasir..udara dingin...wah nikmatnya
BalasHapusAku bukan peminum kopi sih mbak, tapi kalau denger ada kopi unik tu suka penasaran hehe pernah minum kopi Gayo, enak meskipun ga pakai gula. Nah aku juga pengen nyicipin kopi takar jadinya nih, Murmer pula
BalasHapusWahh gelasnya lucu bangettt! :D
BalasHapuscangkirnya unik ya
BalasHapusLokasi indah, banyak spot instgrammable, dan makanan enak ... wuah ini sudah favorit banyak orang.
BalasHapusDuh mbakkk suara gemuruh airnya aku udA envy banget pengen kesana. Belum pernah sama sekali ke sumatra
BalasHapuswaaa minum kopi dibatok kelapa kaya gini kaya nya aku belum pernah nih, hihihi, jadi kepo deh, penasaran banget pengen cobain juga hihihi
BalasHapusJadi apa aja menu kesukaan Kak Ros dan keluarga pas kesini nih? Ini mah enak banget sekalian buat istirahat sejenak ya kalau pas berperjalanan.
BalasHapusSi abang langsung menghajar gulai ikan biasanya, hahaha.
HapusKalau aku suka daun singkong rebus, kuah gulai dan sambal ijo
Tikungan tajam dan pertigaan itu banyak dijalanan ga Bundaaaa?
BalasHapusJadi kapan mau ngajak aku ke Pondok itu Bunda Tjiin, mau juga atuh ngopi syantiik
Menu andalannya pasti banyak ya di sini mba. Kalau lagi traveling makan di mana aja seruu biasanya
BalasHapusGa jauh jauh kali dari Sibolga kalo kutengok petanya mba :D. Aiiihss bikiin laper lah ini. Liat balado dan gulai dan menu2 lain :D. Stiap kali aku pulang kampung, dan nyobain menu2 Sumatra gini, ga prnh ada yg ngecewain :D. Semua sesuai selera, bahkan di warung makan kecil sekalipun. Makanya aku yakin rumah makan inipun pasti sama enaknya.
BalasHapusTrus itu sungainya bersiiiih yaaa :D. Maklumlah di Sibolga ga nemu sungai sebersih itu mba :D. Jadi kangen laah mau mudik. Aku mampirin pasti rumah makan ini nanti :D
Kalau di peta, dekat semua, Fan, hahaha.
HapusPas aku ketik "Jarak Sibolga ke Pondok Paranginan, 173km, sekitar 4 jam perjalanan darat"
Pastikan pas golden hour sampai di sini ya.
Biar greget hasil tayangan foto/videonya!
pagi-pagi lihat makanan auto laper karena belom sarapan, kayaknya ikannya enak banget kak heheh, btw enak banget ya tempatnya musholanya kayak dekat sungai gitu, jadi adem lihatnya
BalasHapusSeru pisan ya Mbak, kembali menjambangi rumah makan yang bertahun-tahun lalu pernah dikunjungi. Apa lagi jika sekarang lokasinya jauh lebih cantik, tambah indah lah pengalamannya.
BalasHapusMbak Anna ini perjalanan pulang kampung atau emang tinggal di Sumatera. Aku pikir selama ini dirimu tinggal di Banjarmasin :)
Apalagi menjambangi secara langsung dijamin mampu lelehkan hati, mba.
HapusYa ampun keburu pencet "publish".
HapusAku tinggal di Balikpapan, Kaltim.
Banjarmasin di Kalteng, mba. Jauh dari Kaltim.
Itu perjalanan mudik tahun 2019 lalu.
Masya Allah itu aliran sungainya cukup deras ya kak...
BalasHapusJadi wudhunya pake air dari sungai Itu? Wuih pasti seger rasanya.
Enak banget suasana restonya, plus menunya yang keliatannya enak.
Kalo saya abis makan di sana pasti langsung pengen bobo, hahahha...
Aku juga, mba.
HapusSoalnya suasananya suejuuuk banget.
Senandung sungai bagai pengantar ke dunia mimpi.
Perut kenyang, sejuk dan simfoni sungai, perfecto!
Suasananya bikin betah ya Mbak Anna, aku suka banget rumah makan tepi sungai begini apalagi sambil min air, penasaran dengan kopi takar yang lucu gelasnya...
BalasHapusSeandainya dekat, aku pasti bakalan ajak keluarga kesana kak. Selain menyenangkan mata bisa mengenyangkan perut juga ya kak. Bener2 dwifungsi (bukan ABRI) hihi..
BalasHapusMakan nyaman bersama keluarga diiringi nyanyian alam.
BalasHapusMashaAllah~
Uda males beranjak yaa, kak Anna.
Semua menunya sangat menggoda seali Kak.
BalasHapusSementara liat aja dulu ahahah dan menikmati tulisanmu, siapa tahu lain waktu bisa main ke mari. Aaamiin
Aku tim serumput mbak hihi unik banget ya jadi pengen nyobain deh makan di sini
BalasHapus