Kiat Meningkatkan Skills Storytelling Yang Layak Dipelajari. Masih merasa tak puas, usai menikmati tulisan skills storytelling, sambil menggosok mata dengan lembut, aku merapatkan wajah ke monitor laptop saat melihat foto setetes hujan di tulisan tentang filosofi yang diajarkan hujan soal hidup dan jadi manusia!
Aku begitu terbuai dengan skills storytelling penulis yang seperti bisa menembus dan mewakili emosiku, menginspirasi dan memotivasi melalui untaian kata.
Hmmm, kira-kira berapa lama ya doi belajar kiat-kiat meningkatkan skill storytelling sehingga mampu menelurkan karya yang demikian indah!
Saking terpesonanya, artikel itu pun aku tulis ulang namun dengan sentuhan pribadi di sana-sini, menghindari penjegalan pelanggaran atas Hak Kekayaan Intelektual (HKI) dari mbah sakti mandraguna, Google. Hihihi.
Pernahkah kamu mengalami hal yang sama?
Tersihir oleh lautan kata-kata!
Itulah kekuatan storytelling!
Storytelling Era Digital
Storytelling memang bukan jurus baru!
Sudah sejak ribuan tahun manusia menerapkan jurus cerita dalam berbagai lakon kehidupan.
Kitab suci, legenda, kisah perang dituturkan dalam bentuk cerita, baik lisan maupun tulisan.
Mengapa Storytelling Menarik?
Seni.
Bukan proses, metode atau teknik. Storytelling adalah karya seni!
Sebagaimana layaknya karya seni, creativity is a must, tambahkan juga visi, keahlian dan latihan demi latihan.
Baca juga: Kebaikan Belajar Hal Baru untuk mengasah kreativitas.
Storytelling bukan keahlian yang bisa didapatkan hanya dengan menghadiri satu kali sesi perkuliahan . It's a trial-and erros process of mastery!
Kedengarannya ribet, bukan?
Memang dan seharusnya memang begitu, karena mendongeng atau bercerita telah menjadi komponen krusial sekaligus fenomenal kampanye pemasaran!
Inilah pembeda brand-brand mapan dari bisnis-bisnis sederhana, konsumen-konsumen setia dari pembeli yang hanya sekali datang!
Skills storytelling juga jantungnya inbound marketing. Salah satu alat yang amat berharga untuk ditambahkan ke dalam tool marketing!
Dalam kaitannya dengan tulisan di blog, bayangkan jika kamu mampu membuat pembaca betah di blog, berpindah dari satu tulisan ke tulisan lainnya. Begitu terus menerus jika mampir di blog kamu. Fantastik!
Wah, wah, semakin hot aja nih pembahasannya ya. Hahaha.
Ayo siapkan camilan. Masih ingat kan dengan camilan? Itu lho, cecudah celapan cebelum cepuluh, camilan! Hihihi.
Saatnya menemukan dan menguasai storytelling, menenun kisah yang indah dan menarik untuk audiens!
Apakah Storytelling Itu?
Dilansir dari HubSpot.com, storytelling adalah:
"Proses menggabungkan narasi dan fakta kepada audiens. Beberapa cerita adalah faktual, dan beberapa diimprovisasi untuk menjelaskan pesan inti."
Yang di bawah ini definisi storytelling versi nugit.co:
Defenisi di atas cukup spesifik, "cerita" sebenarnya merupakan kumpulan berbagai hal. Ilustrasi dari inforeferralcandy.com membantu menguraikan apa yang merupakan cerita dan apa yang tidak.
Kayaknya 3 ilustrasi di atas sudah cukup mewakili dong ya, kalau kebanyakan ntar malah muntah. Hahaha.
Jadi, manakah yang mewakili perasaanmu?
Jawabnya ntar boleh di kolom komentar ya.
Nyok, monggo kopi diseruput lalu kite lanjut!
Masih ingat di masa kecil waktu orang tua mendongeng?
Apalagi ketika mereka bercerita secara ekspresif! Kita pun terlarut terbawa suasana.
Rasanya waktu berjalan begitu cepat, tahu-tahu cerita sudah tamat.
Tak sabar kebangetan menanti mentari beringsut dari peraduan.
Storytelling mampu menstimulasi imaginasi, hasrat dan menciptakan sense of community antara audiens dengan pentutur!
Masih ingat beberapa iklan hits yang menguras emosi?
Yang paling merampok hatiku tentang iklan storytelling dari negeri gajah, Thailand.
Aku sampai menangis sesunggukan. Di akhir tayangan hanya sekian detik, barulah aku sadar itu ternyata tayangan iklan asuransi.
Soooo, brilliant, indeed!
Aku yakin kamu pun pasti punya koleksi iklan storytelling favorit juga!
Kenapa Bercerita?
Ayo, yang demen bercerita pasti bisa jawab ne!
Ada berbagai alasan untuk bercerita. Bisa untuk berjualan, menghibur, mengedukasi bahkan sesumbar!
Jadi, kenapa memilih storytelling ketimbang, katakanlah, power point atau bulleted list?
Mengapa storytelling adalah cara kita berbagi, menjelaskan dan menjual informasi?
Inilah kenapa!
Cerita, Solidkan Konsep Astrak, Sederhanakan Pesan Kompleks
Pasti semua pernah dong bingung saat berhadapan dengan ide atau konsep baru. Nah, cerita lah yang membantu menjelaskan semuanya!
Di zaman sekolah, masih ingat dong saat Bapak/Ibu guru berkata: "Gini, gini, saya mau cerita dulu ya...."
See, stories help solidify abstract concepts and simplify complex messages.
Contohnya, Apple!
Komputer dan gadget pintar, dua item yang sarat teknik dan rumit untuk dijelaskan ke konsumen. Apple menggunakan real-life stories untuk menjelaskan benefit produk, bukan fokus ke jargon teknis yang kurang dipahami konsumen.
Cerita, Menyatukan Orang
Cerita bersifat universal!
Ada cerita duka, gembira, pahlawan, kaum yang tertindas, bahkan patah hati. Semua orang pastilah pernah mengalaminya dan menciptakan rasa kebersamaan. Istilah kekiniannya, BT, alias Been There!
Iyes. Cerita menyatukan kita!
Cerita, Menginspirasi, Memotivasi
Cerita menjadikan kita manusia, dan konsep yang sama berlaku untuk brand!
Ketika brand transparan dan otentik, justru hal itu membuatnya membumi, terkoneksi dengan pelanggan dan orang-orang di belakang brand!
Memanfaatkan emosi manusia, menunjukkan yang baik dan buruk, begitulah mekanisme cerita menginspirasi, memotivasi dan akhirnya mendorong tindakan.
Cerita juga menumbuhkan loyalitas brand!
Menciptakan narasi di sekitar brand atau produk, bukan saja humanis, tetapi juga secara inheren (lekat) memasarkan bisnis!
Kiat Stroytelling
Pengertian "baik" dan "buruk" itu, relatif bagi opini pengguna!
Maksudnya, Markonah?
Baik menurutku, belum tentu baik menurutmu, Hayati!
Begitu pula sebaliknya.
Seperti dilansir dari HubSpot.com, 5 komponen ini mesti ada dalam storytelling!
So, cerita yang bagus itu adalah cerita yang:
Entertaining
Pernahkah kamu terbahak-bahak bahkan sampai mengeluarkan air mata saking bahagianya? Begitu juga sebaliknya ikut sedih, mengharu biru.
Atau merasa, "... ini kog gue banget ya!"
Berarti, misssion accomplished ne!
Cerita yang bagus mampu membuat audiens tetap terlibat dan kepo kebangetan!
Educational
"Wah, aku baru tahu ada yang seperti ini."
Great! ini dia yang aku cari-cari, percis banget dengan solusi yang aku cari!"
Familiar dengan ekspresi seperti ini? Sama dong! Aku juga.
Yes, cerita yang bagus itu mengedukasi, memicu rasa tahu dan menambah pengetahuan!
Universal
Cerita yang bagus mampu terhubung dengan semua audiens, memanfaatkan emosi dan pengalaman yang kebanyakan orang alami!
Organised
Cerita yang bagus harus mampu menghasilkan ringkasan sehingga pembaca mampu menyerap pesan inti.
Memorable
Masih ingatkah kisah Cinderella, Bawang Putih dan Bawang Merah serta beberapa cerita sepanjang masa lainnya? Begitu melekat di hati ya.
YES. Baik melalui inspirasi, skandal, atau humor, cerita yang bagus melekat dalam pikiran audiens. Memorable! C-A-T-A-T!
Sedangkan menurut HubSpot Academy, ada 3 komponen untuk membuat cerita yang bagus terlepas jenis cerita apa yang ingin kamu ceritakan.
Character
Setiap cerita harus punya minimal 1 karakter. Karakter inilah yang menjadi kunci untuk menghubungkan audiens kembali ke cerita.
Komponen ini bagai jembatan, yang menghubungkan kamu, storyteller dan audiens.
Misalnya lagi nonton drakor, kamu pasti punya dong minimal 1 karakter favorit. Bahkan kadang-kadang memposisikan sebagai karakter itu. Betul?
Conflict
Apalah artinya cerita tanpa konflik.
Konflik lah yang mendewasakan kita. Membuat kita tumbuh, belajar menaklukkan tantangan demi tantangan.
Konflik ini juga lah yang menguras emosi dan menghubungkan audiens melalui pengalaman yang pernah dialami audiens.
Saat bercerita, kekuatannya terletak pada apa yang disampaikan dan ajarkan.!
Tak ada konflik, kemungkinan tak ada cerita.
Resolution
Setiap cerita pasti punya penutup. Tetapi tidak harus selalu happy ending.
Resolusi sebaiknya mampu membungkus cerita, berisi konteks di sekitar karakter dan konflik yang menghasilkan a call-to-action.
Nah, sekarang kamu sudah tahu, hal-hal apa saja yang seharusnya ada di dalam cerita.
Saatnya mulai membuat cerita!
Proses Storytelling
Masih ingat uraian di atas tadi?
Storytelling adalah sebuah seni. Layaknya karya seni, ia membutuhkan kreativitas, visi dan keahlian. Juga latihan. Masukkan: proses mendongeng.
Sama seperti seniman lainnya. Semua mengandalkan proses kreativitas. Kapan memulai, membangun visi dan terus berlatih, lagi dan lagi, guna meraih kesempurnaan.
Mengapa proses ini penting?
Sebab, sebagai organisasi atau brand, ada banyak fakta-fakta, angka dan pesan-pesan yang harus dituangkan dalam satu cerita singkat.
Lalu gimana dong cara memulainya?
Well, mulailah dari langkah pertama.!
1. Kenali Audiens!
Siapa saja sih yang ingin mendengarkan ceritamu?
Siapakah yang akan mendapatkan benefit dan terkuat merespon?
Lakukanlah riset tentang target pasar dan persona pelanggan/calon pelanggan. Proses ini akan membuat kamu berkenalan dengan siapa yang mungkin melihat, membaca atau mendengarkan!
Algoritma adalah mantra hidup masa kini.
Selera pasar, perilaku konsumen, semua dipetakan secara detail oleh data raksasa yang terangkum dalam media social dan ratusan aplikasi.
Sebagai perbandingan, bagi blogger, sebaran audiens (gender, usia, lokasi dll) bisa dilihat di google analityc, sedangkan di instagram bisa dilihat di dashboard insight.
Sedangkan kueri audiens, google search console bisa jadi sumber inspirasi!
Baca juga: 10 Postingan Paling Dicari di 2022 Menurut Google Search Console
Data-data ini merupakan arahan penting sebagai fondasi untuk melangkah ke tahapan selanjutnya!
2. Definisikan Pesan Utama
3. Tentukan Jenis Storytelling Apa Yang Ingin Kamu Ceritakan
- Mengajak Bertindak
- Memberitahu Orang-Orang Tentang Kamu
- Menyampaikan nilai-nilai
Ceritakan kisah yang menyentuh emosi, karakter dan situasi yang akrab sehingga audiens mampu memahami bagaiaman cerita itu berlaku untuk kehidupan mereka sendiri!
Ini sangat penting jika berbicara tentang mendiskusikan nilai-nilai yang mungkin tidak disetujui atau dimengerti oleh sebagian orang.
- Membina Komunitas atau Berkolaborasi
Ceritakan kisah yang menggerakkan pembaca untuk berdiskusi dan berbagi cerita kamu dengan orang lain!
Manfaatkan situasi atau pengalaman yang bisa dihubungkan dengan orang lain di mana mereka bisa berkata "Me Too".
Jagalah agar situasi dan karakter tetap netral untuk menarik berbagai kalangan audiens!
- Memberikan Pengetahuan atau Mendidik
Ceritakan kisah yang menampilan pengalaman coba-coba seperti product review misalnya, sehingga audiens dapat belajar tentang masalah, menemukan solusi dan menerapkannya!
Baca juga: Review Klinik Kecantikan di Samarinda ZAP Clinic
Diskusikan solusi alternatif juga ya!
4. Tetapkan Ajakan Bertindak
Tujuan dan ajakan bertindak mungkin serupa tetapi ajakan bertindak menciptakan tindakan yang kamu harapkan dari audiens.
Apa sih sebenarnya yang kamu inginkan setalah audiens lakukan setelah membaca? Menyumbangkan uang, berlangganan buletin, mengikuti kursus, mencoba produk?
Misalnya tujuan kamu ingin menumbuhkan komunitas atau kolaborasi, ajakan bertindak mungkin "Ketuk tombol bagikan di bawah."
5. Pilih Media Storytelling
Cerita hadir dalam berbagai bentuk. Ada yang dibaca, ditonton atau diperdengarkan. Media cerita tergantung jenis cerita dan sumbernya, seperti waktu dan uang.
Berikut cara berbeda untuk menceritakan cerita kamu:
Cerita Tertulis diceritakan melalui blog atau buku, sebagian berupa teks dan mungkin beberapa gambar.
Ini adalah model penceritaan yang paling terjangkau karena hanya membutuhkan pengolah kata gratis seperti Google Document, pena dan kertas!
Cerita Lisan diceritakan secara langsung seperti presentasi, nada atau panel.
TED Talks dianggap sebagai cerita lisan karena sifatnya yang live dan tidak diedit.
Cerita lisan biasanya butuh banyak latihan dan ketrampilan untuk menyampaikan pesan dan melahirkan emosi pada orang lain!
Baca juga: Begini Kiat Mengatasi Rasa Gugup di Segala Situasi
Cerita Audio diucapkan dengan keras tetapi direkam.
Itulah yang membedakannya dengan cerita lisan!
Cerita audio biasanya berbentuk podcast, dan dengan memanfaatkan teknologi era kini, membuat cerita audio lebih terjangkau
Cerita Digital diceritakan melalui berbagai media seperti video, animasi, cerita interaktif bahkan game.
Sejauh ini opsi ini merupakan yang paling efektif untuk cerita-cerita yang menggema secara emosional dan juga kisah-kisah visual yang aktif.
Itulah sebabnya mengapa ia juga yang paling mahal!
Apalagi jika didukung dengan kualitas video yang ramah mata, semakin klop deh!
... dan cerita pun sukses menyampaikan pesan yang kuat!
6. Tulis!
Sekarang saatnya meletakkan pena di atas kertas, mulai mengetikkan kata di keyboard, mulailah menyusun cerita!
Pesan inti, cek!
Tujuan audiens, ajakan bertindak, cek!
Selanjutnya, hanya menambahkan detail dan sentuhan kreatif !
7. Bagikan Kisah!
Aku ingat banget kata-kata dari seorang motivator!
Begini katanya: "Kalau belum jadi selebrities, bagikan dan promosikan cerita kamu!"
Membuat cerita, baru separuh perjalanan - berbagi cerita, sesuatu yang lain!
Optimalkan akun media sosial untuk berbagi cerita, karena semakin banyak tempat kamu berbagi, semakin banyak keterlibatan yang kamu dapatkan!
Sekali lagi storytelling adalah prose trial-and-error.
Tak seorang pun mampu menghasilkan cerita memikat di kesempatan pertama!
C-A-T-A-T!
Well, saatnya eksekusi Kiat Meningkatkan Skills Storytelling Yang Layak Dipelajari ini!