Rabu, 09 Oktober 2024

Gelar Workshop Editing Video Astra Motor Kaltim Mengasah Kreativitas Jurnalis Balikpapan

Gelar Workshop Editing Video Astra Motor Kaltim Mengasah Kreativitas Jurnalis Balikpapan 


Kemampuan untuk beradaptasi dan berkembang dalam dunia jurnalistik digital semakin penting seiring perkembangan teknologi dan platform media sosial. 

Dalam era digital yang serba cepat ini, jurnalis, blogger dan content creator dituntut untuk menguasai berbagai keterampilan baru, salah satunya adalah pembuatan konten dalam bentuk video. 

Selasa, 8 Oktober 2024, aku bersama jurnalis kota Balikpapan berkesempatan mengikuti Workshop Editing Video Jurnalis Balikpapan yang menghadirkan Kevin Laoh, Digital Creator, Brand Ambassador berbagai jenama.

workshop editing video jurnalis balikpapan

Workshop dihelat di ruang pertemuan lantai 3, Astra Motor Kaltim 1 MT Haryono Balikpapan selaku main dealer wilayah Balikpapan, PPU, Paser, Berau dan Kaltara.


Aktivitas sosial Astra Motor Kaltim 1 ini diharapkan bisa mengasah skill dan kreativitas para jurnalis, blogger sehingga kelak bisa mengelola berita dalam bentuk video, sebuah keterampilan yang kini menjadi esensial. 

Secara pribadi aku senang sekali bisa mengikuti workshop kali ini, belajar hal baru lagi dan rasanya tak sabar ingin mengorek informasi langsung dari sang praktisi, Kevin Laoh!

Oh iya, menurut Manager Marketing Astra Motor Kaltim 1, Matthew Poetera Sah Astra Motor melalui 4 pilar kontribusi sosialnya konsisten memberikan dampak positif.

Nah kali ini, melalui kolaborasi dengan Jurnalis Balikpapan termasuk Blogger pada pilar pendidikan (AS Smart) untuk menggali dan mengasah kreativitas jurnalis dalam mengelola berita berbentuk video.

Media di masa sekarang terus merevolusi ke ranah digital, melalui kontribusi sosial di pilar pendidikan (AM Smart), Astra Motor Kaltim 1 mewadahi kreativitas dan skill jurnalis dalam mengelola berita, salah satunya dengan mengadakan workshop editing video ini”, ujar Matthew Poetera Sah. 

Berikut adalah beberapa pelajaran berharga yang aku dapatkan dari workshop ini:

Mengapa Video Menjadi Trend di Era Digital?

Tidak dapat dipungkiri bahwa video kini menjadi salah satu format konten paling diminati. 

Menurut data we are social per Januari 2024, menonton video merupakan alasan ke 3, menggunakan internet setelah mencari informasi dan berhubungan dengan keluarga.

workshop editing video jurnalis balikpapan

Sedangkan menurut Meltwater's 2024 Marketing Trends guide, visual search menduduki posisi pertama!

workshop editing video jurnalis balikpapan

Jadilah platform seperti YouTube, TikTok, dan Instagram menjadi medan perang baru bagi content creator yang ingin memaksimalkan jangkauan audiens mereka.

So, confirmed, jurnalisme video atau video journalism is a MUST! 

Well, suka atau tidak suka, video memang mampu menyampaikan informasi secara visual dan mendalam dengan cara yang lebih menarik. 

Dalam hitungan detik, video bisa mengkomunikasikan emosi, fakta, dan cerita dengan cara yang tidak bisa dicapai hanya melalui kata-kata.

Sebagai blogger lifestyle, aku sepenuhnya menyadari kemampuan untuk mengemas informasi dalam bentuk video memang memberi peluang besar untuk terhubung lebih dalam dengan audiens, terutama generasi milenial dan Gen Z yang lebih akrab dengan platform visual.

Pelajaran dari Workshop Kevin Laoh

Workshop yang dipandu oleh Kevin Laoh benar-benar membuka wawasan aku tentang pentingnya menguasai teknik dasar pembuatan video! 

workshop editing video jurnalis balikpapan

Kevin mengawali presentasinya, dengan materi pengenalan apa itu content creator, platform yang populer serta contoh content.

"Jadi kalau sudah memutuskan menjadi Lifestyle Content Creator di instagram misalnya, harus konsisten ya, jangan gonta-ganti, karena algoritma sudah membaca data" Kevin mengingatkan para peserta workshop.

"Kalau tetap mau ganti, sebaiknya buatlah akun baru" Kevin menambahkan lagi.

Kevin juga menggarisbawahi pentingnya memiliki personal branding karena ada beberapa jenama yang tidak melulu menjadikan engagement di media sosial sebagai syarat utama berkolaborasi namun juga mengutamakan personal branding content creator. Catat!

Kevin juga menambahkan penting sekali mengetahui insight dari akun instagram karena di sana banyak informasi yang bisa dijadikan acuan untuk memproduksi konten seperti domisili, negara, kisaran usia, jenis kelamin serta jam aktif follower.

"Pastikan juga akun sudah bisnis, agar bisa mendapatkan insight" Imbuh Kevin lagi.

"Insight ini juga sering dijadikan jenama untuk dasar memberikan ratecard, tawaran bekerjasama serta mengevaluasi akun content creator

"Contohnya nih, content creator negara Indonesia eh follower utamanya lokasi di India, wah jelas ini tidak akurat ya, bisa diduga membeli follower

"Jadi, please jangan beli follower!" Kevin mengingatkan lagi.

Saat Kevin menyatakan ini sebagian peserta workshop pun riuh tertawa. Kali-kali aja ada yang relate ya. Hahaha.

Ada juga sesi tanya jawab di mana Kevin yang ramah menghampiri jurnalis sambil berbagi pengalamannya.

workshop editing video jurnalis balikpapan

Rasanya sesi 2 jam berlalu begitu cepat, pemirsah!

Mengakhiri sesi workshop, Miss Lana Senja, Corporate Communication Astra Motor Kaltim 1 memberikan tantangan membuat video berdasarkan materi dan pada pertemuan praktek selanjutnya akan dibedah langsung oleh Kevin Laoh.

workshop editing video jurnalis balikpapan

Sampai jumpa di acara mengasah kreativitas jurnalis bersama Astra Motor Kaltim 1 Balikpapan selanjutnya!

Kamis, 03 Oktober 2024

Bagaimana Membantu Anak Mengatasi Bullying: Pengalaman dan Tips dari Ibu

Bagaimana Membantu Anak Mengatasi Bullying: Pengalaman dan Tips dari Ibu

Sebagai seorang ibu, melihat anak mengalami bullying adalah salah satu hal paling menyakitkan yang pernah aku rasakan. Bullying tidak hanya datang dari teman sekelas, tapi juga dari guru, sosok yang seharusnya menjadi pelindung. 

Pengalamanku bersama anak yang mengalami bullying sejak SD hingga SMA memberikan aku pelajaran penting tentang bagaimana cara menghadapi situasi ini! 

Di postingan kali ini, aku ingin berbagi pengalaman pribadi dan beberapa tips bagi ibu-ibu lain yang mungkin sedang mengalami hal serupa. 

membantu anak mengatasi bullying pengalaman dan tips ibu

Jadi, karena bersifat pribadi, meski dengan kisah yang sama, bisa saja berbeda proses perjalananan menemukan solusinya, ya.

Btw, menurut publikasi konferensi pers 22 Januari 2024 KPAI (Komisi Perlindungan Anak Indonesia), pengaduan bullying di satuan pendidikan merupakan pengaduan tertinggi.

Bahkan, bullying menjadi salah satu penyebab utama anak-anak mengalami depresi, kehilangan kepercayaan diri, bahkan putus sekolah. 

Ini menunjukkan betapa seriusnya masalah ini!

Bullying Saat SD

Seperti yang aku ceritakan di About Me, bahwa sekitar Juni 2007 kami menjadi warga ibukota dan mencicipi suasana Kemang Jakarta. 

Bahkan putriku Yasmin sempat bersekolah selama satu semester di SDN Bangka 06 Pagi Kemang Selatan, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan.

Saat itu siswa SD kelas 1 di sekolah Yasmin sudah bisa lho menikmati pelajaran bahasa Inggris. Alhamdullillah Yasmin yang sudah terbiasa dengan suasana komunikasi kami di rumah yang bilingual, sangat menikmati pengalaman pertama berbahasa Inggris di sekolahnya.

Tibalah saat kami kembali ke Balikpapan lagi, sekitar Februari 2008, Yasmin pun pindah ke SDN di dekat rumah, di perumahan Korpri!

Seperti saat masih sekolah PAUD sebelumnya, Yasmin memang suka sekali bersekolah. Bertemu teman, bermain, berinteraksi!

Waktu pindah dari Jakarta, Yasmin sudah masuk semester 2 kelas satu dan terima raport.

Saat itu SDN di Balikpapan bahkan belum ulangan umum dan sedang liburan. Jadilah Yasmin hanya di rumah saja menunggu semester 2!

Alhamdullillah, selama masa penyesuaian sekolah baru, berinteraksi dengan teman-teman baru, Yasmin selalu antusias saat bercerita.

Aku bisa membaca lewat bola matanya yang berbinar-binar penuh suka cita! 

Setiap hari ada saja cerita baru yang dibawanya dan lagi-lagi selalu penuh suka cita saat bercerita.

Namun suatu hari, agak berbeda!

Seingatku saat itu Yasmin sudah duduk di kelas 3 SD.

Jadi selama hampir 3 tahun sebenarnya Yasmin sangat menikmati hari-hari selama sekolah. 

Ada sih beberapa cerita sendu yang dibawanya ke rumah, namun tak ada satu pun yang mampu membuat Yasmin sampai alergi ke sekolah. Tak pernah!

Masih terekam jelas momen yang tertoreh dalam di hatiku itu!

"Yasmin, how is school today?" tanyaku seperti biasa.

Biasanya nih doi akan menghentikan langkahnya, lalu kami segera duduk di lantai rumah dan langsung deh larut sejenak dalam kisah ala-ala "a day in my life" gitu sesaat sebelum acara makan siang.

"Bun, I don't wanna talk in English anymore and I don't wanna go to school anymore!" balasnya lunglai, tak bersemangat.

Plak! Rasanya aku seperti ditoyor. 

Tentu saja aku langsung kaget! Tak biasanya!

"Why, honey? Something wrong?" Jawabku sambil menarik ke pelukanku.

"Talk to me, please" Tambahku lagi.

Tadi di sekolah, ada sekumpulan teman-teman perempuan yang mendatangi Yasmin, Bun. Yasmin memulai curhatnya.

"Hei Yasmin, kamu ga usah deh sok-sok ngomong pake bahasa Inggris ya di sekolah sama kita-kita!" Sok pintar lo!"

Saat mengucapkan ini Yasmin menatap langsung ke mataku.

"Lho memangnya Yasmin ngomong apa?" Tanyaku

"Cuma kadang-kadang saja kog Bun, Yasmin ngomongnya tercampur-campur gitu"

Saat itu aku belum banyak terpapar edukasi dan literasi tentang bullying. 

Hanya naluri seorang ibu saja yang menggerakkan aku untuk langsung memeluk, secepatnya memberi dukungan.

Di ujung cerita baru aku paham bahwa dalam dunia psikolog, tindakan aku itu di namakan " memberi empati/dukungan"

Yang aku ingat sampai kini, aku hanya bisa memeluk putriku Yasmin, berusaha membagi dukanya ke pundakku. 

"Ntar kita bicarakan lagi ya, sekarang kita siap-siap makan siang yuk. Habis itu kita minum es krim bareng deh" Hiburku.

Mendengar kata es krim, binar mata indahnya segera menyapu senyum dukanya.

Saat makan aku pun sedikit berbagi tentang pengalamanku mengalami bullying saat SD. 

"Dulu Bunda itu langganan juara satu di kelas lho. Kebetulan Mamak Bunda itu opung boru kan guru Bunda juga. Murid lain segera menyebarkan gosip bahwa Bunda selalu juara karena Bunda itu anak guru. Mereka tidak tahu betapa Bunda justru harus belajar ekstra keras karena jadi anak guru"

"Begitu ya, Bunda?"

"Iya sayang. Kalau menurut Bunda nih ya, teman-teman Yasmin itu sebenarnya sedang cemburu"

"Cemburu?"

"Iya, karena mereka tidak mampu seperti Yasmin, ngomong Inggris. Cemburu karena tak mampu! Sebenarnya mereka pengen banget tuh bisa kayak Yasmin, cuma karena mereka tak mampu, jadinya mengancam Yasmin deh"

"Tapi Yasmin, masih punya teman yang mau main sama Yasmin kan ya? Tanyaku lagi dengan cepat.

"Masih ada sih Bun" Kali ini mata Yasmin kembali berbinar-binar.

"Mulai hari ini, kalau ada hal-hal yang kurang nyaman, Bunda minta tolong sama Yasmin ya, agar bercerita sama Bunda, atau sama ibu guru di sekolah"

"Gitu ya Bunda?"

"Iya sayangku, Janji ya"

Alhamdullillah. Sejak hari itu Yasmin selalu update tentang gank teman-teman yang suka membullynya.

Aku, sebagai orang tua juga ikut mencari literasi dan refrensi bagaimana sih seharusnya mengatasi bullying anak.

Sungguh aku tak ingin kecolongan!

Seiring waktu bergulir, bullying dari teman sekolah Yasmin pun perlahan lenyap sendiri. 

Yasmin kembali ke passionnya semula, berangkat sekolah dengan aura ceria!

Yang bisa aku garis bawahi di sini, harus teliti dan jeli atas kebiasaan anak sehari-hari, jika ada yang tidak biasa, wajib kepo, ya Bunda. Please jangan skip. Kudu proaktif, sebelum terlambat!

Bullying dari oknum guru SD

Saat itu Yasmin duduk di kelas 4 SD, seingatku.

Terberkati dengan kelebihan menjadi anak yang kritis dan di atas rata-rata sempat lho membuat Yasmin berpikir bahwa menjadi anak kritis serta di atas rata-rata itu adalah sebuah petaka!

Bisa membayangkanya? Petaka, pemirsah!

Masih sama seperti cerita sebelumnya, karena memang aku punya ritual selalu bertanya tentang suasana sekolah, setiap harinya. Iyes, setiap harinya!

"Bunda, tadi Yasmin dibentak dan ditepis kepalanya oleh Ibu M*****"

"Sini, sini coba cerita yang lengkap ya" Jawabku sambil memeluk Yasmin.

"Jadi tadi Yasmin banyak tanya-tanya tuh sama Ibu M***** karena masih belum mengerti, lho malah Ibunya bilang, kenapa sih Yasmin ini tanya melulu ya, sok pintar banget sih

Sambil berkata begitu si Ibu Guru pun menepis jidat Yasmin. Parah bingit kan ya! Siswa kritis malah dipitis!

Perlu diketahui Yasmin sudah sering banget cerita tentang oknum ibu guru ini, yang jaraaang banget mengajar aktif di sekolah. Lebih sering main HP! 

Biasanya begitu masuk jam pelajaran, si ibu ini kebanyakan bermain HP dan siswa hanya akan diberikan tugas sampai jam pelajaran selesai.

Begitu terus hampir setiap jam pelajaran si ibu ini.

Kalau untuk kasus yang kedua ini, Bang Iqbal suamiku, tidak ada toleransi, langsung melibatkan sekolah dan melaporkannya ke kepala sekolah.

Apakah yang terjadi?

Ternyata saat bertemu dengan orang tua siswa lainnya, oknum guru ini memang sering melakukan hal yang sama, selalu bermain HP, memberi tugas tanpa mengajar dan melakukan bullying fisik dan verbal kepada beberapa siswa.

Sayang sekali Kepala Sekolah saat itu tidak bisa berbuat banyak dan hanya mengatakan sudah membuat laporan ke Dinas terkait.

Kebetulan Bang Iqbal punya akses ke Dinas terkait dan melapor juga ke sana.

Alhamdullillah, tak menunggu terlalu lama SK pun segera turun sang oknum guru pun dimutasikan!

Bullying saat SMP

Saat remaja pun Yasmin mengalami bullying fisik dan verbal dari kakak kelas perempuannya.

Tahukah kamu?

Melansir dari klikdokterdotcom ada 9 tipe orang yang rentan menjadi korban bullying termasuk diantaranya orang yang tampak berbeda dari orang kebanyakan.

Jadi bukan melulu hanya karena kamu anak istimewa (baca: cacat atau kurang beruntung) saja, akan tetapi berpenampilan menarik, berotak encer, berprestasi dan sering mewakili sekolah bukanlah jaminan lulus dari perundungan.

Intinya, tampak berbeda dari orang kebanyakan, biasanya rentan di-bully! C-A-T-A-T!

Sungguh ini berita buruk!

Terus terang, aku sendiri baru terpapar informasi ini karena mengalami sendiri.

Justru dengan kemampuannya di atas rata-rata, Yasmin malah jadi bulan-bulanan bullying, Moenah!

Namun, karena sudah mendapat edukasi dan pengalaman mengatasi bullying sebelumnya saat SD, aksi kakak kelas SMP ini tidak sampai membuat Yasmin alergi ke sekolah.

Menurut literasi yang sama-sama kami cari, Yasmin sedapat mungkin mengabaikan ejekan, tidak perlu menanggapi, menghindari konfrontasi!

Menurut literasi, memang kadang-kadang mengabaikannya bisa mengurangi intensitas bullying. 

Catat ya. Kadang-kadang lho ya. Not 100% works!

But, it works for Yasmin!

Alhamdullillah.

Aku sendiri bahkan semakin emosional mendukung Yasmin dengan mencari berbagai ajang kompetisi untuk menyalurkan energi doi!

Biar yang menebar bully semakin terbakar api. Hmmm.

Bully versus prestasi!

What do you think?

Bullying saat SMA

Sepertinya putriku Yasmin memang jadi langganan pembully ya.

Belakangan aku ketahui juga, memang anak yang agak lain dari siswa umumnya memang punya potensi jadi bahan bullying.

Bersekolah di SMA favorit bukanlah jaminan terbebas dari bullying!

Yasmin menjadi buktinya!

Bullying bahkan dilakukan oleh oknum guru perempuan, pemirsah!

Seingatku ini ya, ceritanya, Yasmin dipanggil menemui guru ke ruang guru, dan sesaat mau meninggalkan ruangan, rupanya Yasmin khilaf tidak serta merta menyapa oknum guru yang dulu pernah mengajar di kelasnya. 

Bukan apa-apa sih, karena Yasmin tidak melihat ibu itu dan Yasmin juga sedang terburu-buru.

Cerita pun segera bergulir di sebagian komunitas guru dan siswa bahwa Yasmin meski siswa berprestasi tapi sombong!

Bentuk perundungan yang dialami Yasmin adalah lewat ucapan oknum ibu guru : " Kita lihat saja deh apa kamu nanti bisa sukses!"

Kedengarannya sepele, tapi saat Yasmin menceritakannya kembali, darahku sempat mendidih. Kog bisa-bisanya seorang oknum guru yang pernah dinobatkan jadi guru terbaik tingkat dunia mampu melakukan bullying verbal. 

Namun, lagi-lagi karena sudah terbiasa dengan bullying, Yasmin tidak terlalu terpengaruh bahkan kami sepakat agar Yasmin meminta maaf kepada oknum guru tersebut karena khilaf tidak menyapa saat di ruang guru.

Saat usai meminta maaf pun, masih menurut Yasmin, oknum guru tersebut sepertinya masih belum bisa sepenuhnya move on.

But, you know, life must go on!

Alhamdullillah, masih banyak guru-guru lain yang mencintai Yasmin dengan segala kekurangan dan kelebihannya.

Aku juga selalu memberikan dukungan seperti itu.

"Masih banyak lho orang-orang di sekitar Yasmin yang menyayangi, mencintai Yasmin. Bangga dengan prestasi Yasmin!"

Mantra itu terus menerus kami ingatkan, betapa spesialnya Yasmin, betapa bangganya kami sebagai orang tua memilikinya!

mengatasi bullying pengalaman dan tips ibu

Subhanallah, saat postingan ini publish, usia Yasmin 23 tahun, meraih gelar sarjana S1, Hubungan Internasional, menorehkan beberapa prestasi nasional bahkan internasional.

Baca juga: Ketahui Kiat Lolos Seleksi AFS/YES

Baca juga: Tips Lolos Seleksi Beasiswa IISMA

Jadi, Ibu, Bapak mari kita bantu anak mengatasi bahkan mendeteksi bullying sejak dini, dengan terus menerus belajar literasi bullying! 

Sungguh itu sangat membantu mengembalikan keceriaannya!

Apa Itu Bullying? Memahami Definisi dan Dampaknya

Bullying adalah tindakan kekerasan fisik, verbal, atau emosional yang dilakukan secara berulang-ulang dengan tujuan merendahkan, menyakiti, atau mengintimidasi korban. 

membantu anak dan tips mengatasi bullying

Dampak bullying sangat serius, terutama bagi anak-anak. Anak yang mengalami bullying bisa merasa tidak berharga, takut, bahkan kehilangan minat untuk bersekolah. 

Anak menjadi murung, tertutup, dan kehilangan kepercayaan diri setelah berulang kali mengalami bullying di sekolah.

Jadi ibu, sebisa mungkin pantaulah keadaan anak dan segera ambil tindakan jika menemukan hal atau kondisi yang tidak biasa. 

Menurut data Unicef, 1 dari 3 anak di Indonesia pernah mengalami bullying, baik secara langsung maupun di dunia maya. 

Hal ini menunjukkan betapa pentingnya bagi orang tua untuk dapat mengenali tanda-tanda dan segera bertindak! C-A-T-A-T!

Tanda-Tanda Anak Mengalami Bullying

Pengalaman pribadiku, ketika Yasmin mulai mengalami bullying sejak SD, alhamdullillah aku langsung menyadarinya. 

Yasmin yang biasanya ceria dan banyak cerita sepulang sekolah terlihat murung.

Memang tidak semua anak menunjukkan tanda-tanda yang sama. 

Ada yang tiba-tiba jadi tidak mau berbicara banyak, menjadi lebih mudah marah, dan nilai-nilai sekolahnya mulai menurun. 

Berikut ini beberapa tanda dan mungkin bisa menjadi acuan bagi ibu-ibu lain:

  • Perubahan perilaku: Anak yang awalnya ceria bisa tiba-tiba menjadi murung, lebih suka mengurung diri, atau bahkan sering marah tanpa alasan jelas.
  • Penurunan prestasi akademik: Ketika anak mulai kehilangan minat belajar atau nilai-nilainya turun drastis, ini bisa menjadi salah satu tanda bahwa mereka mengalami stres akibat bullying.
  • Tanda-tanda fisik: Luka-luka kecil, baju yang rusak, atau barang-barang yang hilang bisa menjadi petunjuk bahwa anak sedang diintimidasi secara fisik.

Di kasus Yasmin, saat SMP bullying dilakukan secara terbuka di sekolah oleh kakak kelas dan squadnya secara verbal dan fisik. 

Sementara itu, saat di SMA, bullying verbal datang dari guru yang menyebar cerita bahwa Yasmin meski siswa berprestasi namun sombong!

Langkah Pertama: Mendengarkan Anak dengan Empati

Sebagai ibu, hal pertama yang harus dilakukan ketika mencurigai anak mengalami bullying adalah mendengarkan mereka dengan empati. 

Anak-anak sering kali enggan menceritakan pengalaman buruk mereka, terutama jika mereka merasa malu atau takut dihakimi. 

Berikut adalah cara aku saat Yasmin menceritakan mengalami bullying:

  • Ciptakan lingkungan yang aman untuk berbicara: Jangan menekan anak untuk bercerita, tapi biarkan mereka tahu bahwa Anda siap mendengar kapanpun mereka siap berbagi.
  • Bertanya dengan lembut: Aku sering mulai dengan pertanyaan ringan seperti, "Bagaimana harimu di sekolah?" atau "Ada yang membuatmu tidak nyaman?" tanpa langsung memaksa mereka untuk bercerita.
  • Dengarkan tanpa menghakimi: Saat anak akhirnya mulai bercerita, tahan diri untuk tidak langsung panik atau marah. Dengarkan dengan penuh perhatian dan empati!

Menurut psikolog anak, Dr. Seto Mulyadi, menciptakan ruang komunikasi yang nyaman adalah kunci untuk mendapatkan kepercayaan anak agar mau terbuka mengenai apa yang mereka alami! 

Studi Kasus: Bullying di Indonesia

Berdasarkan data dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), bullying di sekolah telah menjadi masalah serius di Indonesia. 

Setiap tahun, terdapat ribuan laporan terkait bullying yang diterima, baik secara fisik, verbal, maupun cyberbullying. 

Data menunjukkan bahwa korban bullying sering kali merasa terisolasi dan mengalami masalah kesehatan mental, seperti depresi dan kecemasan. Bahkan, beberapa kasus ekstrem berakhir dengan korban memilih untuk tidak melanjutkan sekolah atau, lebih buruk, bunuh diri.

Bullying yang terjadi di sekolah bisa berdampak jangka panjang. Anak yang sering mengalami bullying cenderung memiliki kepercayaan diri yang rendah dan kesulitan dalam berinteraksi sosial di kemudian hari. Inilah yang membuat peran orang tua menjadi sangat penting untuk segera bertindak.

Mengajarkan Anak Keterampilan Menghadapi Bullying

Aku sepenuhnya menyadari bahwa aku tidak bisa selalu ada untuk melindungi anakku, terutama saat dia berada di sekolah. 

Oleh karena itu, aku mulai mengajarkan keterampilan untuk menghadapi situasi bullying dengan lebih baik:

  • Berani berbicara: mengajarkan anakku untuk tidak diam dan melaporkan setiap tindakan bullying kepada guru atau orang dewasa yang dapat dipercaya.
  • Mengabaikan ejekan: Beberapa ejekan tidak perlu ditanggapi. Mengabaikan pelaku kadang bisa membuat mereka berhenti.
  • Berbicara dengan tegas: Menghadapi pelaku dengan tegas, namun tanpa kekerasan, juga merupakan cara yang kami latih bersama. Anakku belajar mengatakan "Cukup, jangan lakukan itu!" dengan sikap tegas.

Menurut psikolog Dr. Asep Wijaya, mengajarkan anak untuk bersikap asertif adalah salah satu cara paling efektif untuk mengurangi risiko menjadi korban bullying.

Melibatkan Guru dan Sekolah dalam Mengatasi Bullying

Setiap kali bullying terjadi, langkah yang aku ambil selalu melibatkan pihak sekolah! 

Penting untuk tidak hanya berbicara dengan guru kelas, tetapi juga pihak sekolah lainnya seperti kepala sekolah atau konselor jika perlu. 

Aku menyarankan ibu-ibu lain untuk:

  • Dokumentasikan setiap kejadian: Catat setiap insiden bullying yang dialami anak, termasuk siapa pelakunya, apa yang terjadi, dan bagaimana respons sekolah.
  • Berbicara dengan pihak sekolah: Bawa masalah ini ke perhatian kepala sekolah jika guru kelas tidak merespons dengan baik.

Jika upaya berbicara dengan sekolah tidak berhasil, pertimbangkan untuk melibatkan lembaga terkait seperti Dinas Pendidikan atau KPAI yang bisa membantu menangani masalah ini.

Kapan Harus Mencari Bantuan Profesional?

Jika bullying yang dialami anak sudah berlangsung lama dan mulai berdampak serius pada kesehatan mental atau fisiknya, pertimbangkan untuk mencari bantuan dari profesional, seperti psikolog atau konselor! 

Beberapa tanda bahwa anak mungkin membutuhkan bantuan profesional meliputi:

  • Kecemasan yang berlebihan: Anak terus menerus merasa cemas, takut, atau stres ketika harus pergi ke sekolah.
  • Gangguan tidur: Anak mengalami kesulitan tidur, sering mengalami mimpi buruk, atau bahkan insomnia.
  • Perubahan drastis dalam pola makan: Baik kehilangan nafsu makan atau makan berlebihan sebagai bentuk pelarian dari stres.

Konseling dapat membantu anak memproses trauma yang dialaminya dan memberikan strategi coping untuk menghadapi situasi sulit.

Kesimpulan: Jangan Pernah Menyerah!

Menghadapi bullying adalah perjalanan yang panjang dan penuh tantangan, tetapi jangan pernah menyerah! 

Peran ibu sangat penting dalam memberikan dukungan emosional dan menjadi advokat bagi anak. Setiap langkah yang Anda ambil, sekecil apapun, dapat membantu anak merasa lebih aman dan dicintai.

Pengalamanku menunjukkan bahwa komunikasi yang terbuka, tindakan tegas, melibatkan pihak sekolah, jadi ibu yang cerdas terus menerus upgrade ilmu dan literasi adalah kunci untuk mengatasi bullying bahkan anak bisa jadi resistent akan bullying lho. How cool is that