Kamis, 03 Oktober 2024

Bagaimana Membantu Anak Mengatasi Bullying: Pengalaman dan Tips dari Ibu

Bagaimana Membantu Anak Mengatasi Bullying: Pengalaman dan Tips dari Ibu

Sebagai seorang ibu, melihat anak mengalami bullying adalah salah satu hal paling menyakitkan yang pernah aku rasakan. Bullying tidak hanya datang dari teman sekelas, tapi juga dari guru, sosok yang seharusnya menjadi pelindung. 

Pengalamanku bersama anak yang mengalami bullying sejak SD hingga SMA memberikan aku pelajaran penting tentang bagaimana cara menghadapi situasi ini! 

Di postingan kali ini, aku ingin berbagi pengalaman pribadi dan beberapa tips bagi ibu-ibu lain yang mungkin sedang mengalami hal serupa. 

membantu anak mengatasi bullying pengalaman dan tips ibu

Jadi, karena bersifat pribadi, meski dengan kisah yang sama, bisa saja berbeda proses perjalananan menemukan solusinya, ya.

Btw, menurut publikasi konferensi pers 22 Januari 2024 KPAI (Komisi Perlindungan Anak Indonesia), pengaduan bullying di satuan pendidikan merupakan pengaduan tertinggi.

Bahkan, bullying menjadi salah satu penyebab utama anak-anak mengalami depresi, kehilangan kepercayaan diri, bahkan putus sekolah. 

Ini menunjukkan betapa seriusnya masalah ini!

Bullying Saat SD

Seperti yang aku ceritakan di About Me, bahwa sekitar Juni 2007 kami menjadi warga ibukota dan mencicipi suasana Kemang Jakarta. 

Bahkan putriku Yasmin sempat bersekolah selama satu semester di SDN Bangka 06 Pagi Kemang Selatan, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan.

Saat itu siswa SD kelas 1 di sekolah Yasmin sudah bisa lho menikmati pelajaran bahasa Inggris. Alhamdullillah Yasmin yang sudah terbiasa dengan suasana komunikasi kami di rumah yang bilingual, sangat menikmati pengalaman pertama berbahasa Inggris di sekolahnya.

Tibalah saat kami kembali ke Balikpapan lagi, sekitar Februari 2008, Yasmin pun pindah ke SDN di dekat rumah, di perumahan Korpri!

Seperti saat masih sekolah PAUD sebelumnya, Yasmin memang suka sekali bersekolah. Bertemu teman, bermain, berinteraksi!

Waktu pindah dari Jakarta, Yasmin sudah masuk semester 2 kelas satu dan terima raport.

Saat itu SDN di Balikpapan bahkan belum ulangan umum dan sedang liburan. Jadilah Yasmin hanya di rumah saja menunggu semester 2!

Alhamdullillah, selama masa penyesuaian sekolah baru, berinteraksi dengan teman-teman baru, Yasmin selalu antusias saat bercerita.

Aku bisa membaca lewat bola matanya yang berbinar-binar penuh suka cita! 

Setiap hari ada saja cerita baru yang dibawanya dan lagi-lagi selalu penuh suka cita saat bercerita.

Namun suatu hari, agak berbeda!

Seingatku saat itu Yasmin sudah duduk di kelas 3 SD.

Jadi selama hampir 3 tahun sebenarnya Yasmin sangat menikmati hari-hari selama sekolah. 

Ada sih beberapa cerita sendu yang dibawanya ke rumah, namun tak ada satu pun yang mampu membuat Yasmin sampai alergi ke sekolah. Tak pernah!

Masih terekam jelas momen yang tertoreh dalam di hatiku itu!

"Yasmin, how is school today?" tanyaku seperti biasa.

Biasanya nih doi akan menghentikan langkahnya, lalu kami segera duduk di lantai rumah dan langsung deh larut sejenak dalam kisah ala-ala "a day in my life" gitu sesaat sebelum acara makan siang.

"Bun, I don't wanna talk in English anymore and I don't wanna go to school anymore!" balasnya lunglai, tak bersemangat.

Plak! Rasanya aku seperti ditoyor. 

Tentu saja aku langsung kaget! Tak biasanya!

"Why, honey? Something wrong?" Jawabku sambil menarik ke pelukanku.

"Talk to me, please" Tambahku lagi.

Tadi di sekolah, ada sekumpulan teman-teman perempuan yang mendatangi Yasmin, Bun. Yasmin memulai curhatnya.

"Hei Yasmin, kamu ga usah deh sok-sok ngomong pake bahasa Inggris ya di sekolah sama kita-kita!" Sok pintar lo!"

Saat mengucapkan ini Yasmin menatap langsung ke mataku.

"Lho memangnya Yasmin ngomong apa?" Tanyaku

"Cuma kadang-kadang saja kog Bun, Yasmin ngomongnya tercampur-campur gitu"

Saat itu aku belum banyak terpapar edukasi dan literasi tentang bullying. 

Hanya naluri seorang ibu saja yang menggerakkan aku untuk langsung memeluk, secepatnya memberi dukungan.

Di ujung cerita baru aku paham bahwa dalam dunia psikolog, tindakan aku itu di namakan " memberi empati/dukungan"

Yang aku ingat sampai kini, aku hanya bisa memeluk putriku Yasmin, berusaha membagi dukanya ke pundakku. 

"Ntar kita bicarakan lagi ya, sekarang kita siap-siap makan siang yuk. Habis itu kita minum es krim bareng deh" Hiburku.

Mendengar kata es krim, binar mata indahnya segera menyapu senyum dukanya.

Saat makan aku pun sedikit berbagi tentang pengalamanku mengalami bullying saat SD. 

"Dulu Bunda itu langganan juara satu di kelas lho. Kebetulan Mamak Bunda itu opung boru kan guru Bunda juga. Murid lain segera menyebarkan gosip bahwa Bunda selalu juara karena Bunda itu anak guru. Mereka tidak tahu betapa Bunda justru harus belajar ekstra keras karena jadi anak guru"

"Begitu ya, Bunda?"

"Iya sayang. Kalau menurut Bunda nih ya, teman-teman Yasmin itu sebenarnya sedang cemburu"

"Cemburu?"

"Iya, karena mereka tidak mampu seperti Yasmin, ngomong Inggris. Cemburu karena tak mampu! Sebenarnya mereka pengen banget tuh bisa kayak Yasmin, cuma karena mereka tak mampu, jadinya mengancam Yasmin deh"

"Tapi Yasmin, masih punya teman yang mau main sama Yasmin kan ya? Tanyaku lagi dengan cepat.

"Masih ada sih Bun" Kali ini mata Yasmin kembali berbinar-binar.

"Mulai hari ini, kalau ada hal-hal yang kurang nyaman, Bunda minta tolong sama Yasmin ya, agar bercerita sama Bunda, atau sama ibu guru di sekolah"

"Gitu ya Bunda?"

"Iya sayangku, Janji ya"

Alhamdullillah. Sejak hari itu Yasmin selalu update tentang gank teman-teman yang suka membullynya.

Aku, sebagai orang tua juga ikut mencari literasi dan refrensi bagaimana sih seharusnya mengatasi bullying anak.

Sungguh aku tak ingin kecolongan!

Seiring waktu bergulir, bullying dari teman sekolah Yasmin pun perlahan lenyap sendiri. 

Yasmin kembali ke passionnya semula, berangkat sekolah dengan aura ceria!

Yang bisa aku garis bawahi di sini, harus teliti dan jeli atas kebiasaan anak sehari-hari, jika ada yang tidak biasa, wajib kepo, ya Bunda. Please jangan skip. Kudu proaktif, sebelum terlambat!

Bullying dari oknum guru SD

Saat itu Yasmin duduk di kelas 4 SD, seingatku.

Terberkati dengan kelebihan menjadi anak yang kritis dan di atas rata-rata sempat lho membuat Yasmin berpikir bahwa menjadi anak kritis serta di atas rata-rata itu adalah sebuah petaka!

Bisa membayangkanya? Petaka, pemirsah!

Masih sama seperti cerita sebelumnya, karena memang aku punya ritual selalu bertanya tentang suasana sekolah, setiap harinya. Iyes, setiap harinya!

"Bunda, tadi Yasmin dibentak dan ditepis kepalanya oleh Ibu M*****"

"Sini, sini coba cerita yang lengkap ya" Jawabku sambil memeluk Yasmin.

"Jadi tadi Yasmin banyak tanya-tanya tuh sama Ibu M***** karena masih belum mengerti, lho malah Ibunya bilang, kenapa sih Yasmin ini tanya melulu ya, sok pintar banget sih

Sambil berkata begitu si Ibu Guru pun menepis jidat Yasmin. Parah bingit kan ya! Siswa kritis malah dipitis!

Perlu diketahui Yasmin sudah sering banget cerita tentang oknum ibu guru ini, yang jaraaang banget mengajar aktif di sekolah. Lebih sering main HP! 

Biasanya begitu masuk jam pelajaran, si ibu ini kebanyakan bermain HP dan siswa hanya akan diberikan tugas sampai jam pelajaran selesai.

Begitu terus hampir setiap jam pelajaran si ibu ini.

Kalau untuk kasus yang kedua ini, Bang Iqbal suamiku, tidak ada toleransi, langsung melibatkan sekolah dan melaporkannya ke kepala sekolah.

Apakah yang terjadi?

Ternyata saat bertemu dengan orang tua siswa lainnya, oknum guru ini memang sering melakukan hal yang sama, selalu bermain HP, memberi tugas tanpa mengajar dan melakukan bullying fisik dan verbal kepada beberapa siswa.

Sayang sekali Kepala Sekolah saat itu tidak bisa berbuat banyak dan hanya mengatakan sudah membuat laporan ke Dinas terkait.

Kebetulan Bang Iqbal punya akses ke Dinas terkait dan melapor juga ke sana.

Alhamdullillah, tak menunggu terlalu lama SK pun segera turun sang oknum guru pun dimutasikan!

Bullying saat SMP

Saat remaja pun Yasmin mengalami bullying fisik dan verbal dari kakak kelas perempuannya.

Tahukah kamu?

Melansir dari klikdokterdotcom ada 9 tipe orang yang rentan menjadi korban bullying termasuk diantaranya orang yang tampak berbeda dari orang kebanyakan.

Jadi bukan melulu hanya karena kamu anak istimewa (baca: cacat atau kurang beruntung) saja, akan tetapi berpenampilan menarik, berotak encer, berprestasi dan sering mewakili sekolah bukanlah jaminan lulus dari perundungan.

Intinya, tampak berbeda dari orang kebanyakan, biasanya rentan di-bully! C-A-T-A-T!

Sungguh ini berita buruk!

Terus terang, aku sendiri baru terpapar informasi ini karena mengalami sendiri.

Justru dengan kemampuannya di atas rata-rata, Yasmin malah jadi bulan-bulanan bullying, Moenah!

Namun, karena sudah mendapat edukasi dan pengalaman mengatasi bullying sebelumnya saat SD, aksi kakak kelas SMP ini tidak sampai membuat Yasmin alergi ke sekolah.

Menurut literasi yang sama-sama kami cari, Yasmin sedapat mungkin mengabaikan ejekan, tidak perlu menanggapi, menghindari konfrontasi!

Menurut literasi, memang kadang-kadang mengabaikannya bisa mengurangi intensitas bullying. 

Catat ya. Kadang-kadang lho ya. Not 100% works!

But, it works for Yasmin!

Alhamdullillah.

Aku sendiri bahkan semakin emosional mendukung Yasmin dengan mencari berbagai ajang kompetisi untuk menyalurkan energi doi!

Biar yang menebar bully semakin terbakar api. Hmmm.

Bully versus prestasi!

What do you think?

Bullying saat SMA

Sepertinya putriku Yasmin memang jadi langganan pembully ya.

Belakangan aku ketahui juga, memang anak yang agak lain dari siswa umumnya memang punya potensi jadi bahan bullying.

Bersekolah di SMA favorit bukanlah jaminan terbebas dari bullying!

Yasmin menjadi buktinya!

Bullying bahkan dilakukan oleh oknum guru perempuan, pemirsah!

Seingatku ini ya, ceritanya, Yasmin dipanggil menemui guru ke ruang guru, dan sesaat mau meninggalkan ruangan, rupanya Yasmin khilaf tidak serta merta menyapa oknum guru yang dulu pernah mengajar di kelasnya. 

Bukan apa-apa sih, karena Yasmin tidak melihat ibu itu dan Yasmin juga sedang terburu-buru.

Cerita pun segera bergulir di sebagian komunitas guru dan siswa bahwa Yasmin meski siswa berprestasi tapi sombong!

Bentuk perundungan yang dialami Yasmin adalah lewat ucapan oknum ibu guru : " Kita lihat saja deh apa kamu nanti bisa sukses!"

Kedengarannya sepele, tapi saat Yasmin menceritakannya kembali, darahku sempat mendidih. Kog bisa-bisanya seorang oknum guru yang pernah dinobatkan jadi guru terbaik tingkat dunia mampu melakukan bullying verbal. 

Namun, lagi-lagi karena sudah terbiasa dengan bullying, Yasmin tidak terlalu terpengaruh bahkan kami sepakat agar Yasmin meminta maaf kepada oknum guru tersebut karena khilaf tidak menyapa saat di ruang guru.

Saat usai meminta maaf pun, masih menurut Yasmin, oknum guru tersebut sepertinya masih belum bisa sepenuhnya move on.

But, you know, life must go on!

Alhamdullillah, masih banyak guru-guru lain yang mencintai Yasmin dengan segala kekurangan dan kelebihannya.

Aku juga selalu memberikan dukungan seperti itu.

"Masih banyak lho orang-orang di sekitar Yasmin yang menyayangi, mencintai Yasmin. Bangga dengan prestasi Yasmin!"

Mantra itu terus menerus kami ingatkan, betapa spesialnya Yasmin, betapa bangganya kami sebagai orang tua memilikinya!

mengatasi bullying pengalaman dan tips ibu

Subhanallah, saat postingan ini publish, usia Yasmin 23 tahun, meraih gelar sarjana S1, Hubungan Internasional, menorehkan beberapa prestasi nasional bahkan internasional.

Baca juga: Ketahui Kiat Lolos Seleksi AFS/YES

Baca juga: Tips Lolos Seleksi Beasiswa IISMA

Jadi, Ibu, Bapak mari kita bantu anak mengatasi bahkan mendeteksi bullying sejak dini, dengan terus menerus belajar literasi bullying! 

Sungguh itu sangat membantu mengembalikan keceriaannya!

Apa Itu Bullying? Memahami Definisi dan Dampaknya

Bullying adalah tindakan kekerasan fisik, verbal, atau emosional yang dilakukan secara berulang-ulang dengan tujuan merendahkan, menyakiti, atau mengintimidasi korban. 

membantu anak dan tips mengatasi bullying

Dampak bullying sangat serius, terutama bagi anak-anak. Anak yang mengalami bullying bisa merasa tidak berharga, takut, bahkan kehilangan minat untuk bersekolah. 

Anak menjadi murung, tertutup, dan kehilangan kepercayaan diri setelah berulang kali mengalami bullying di sekolah.

Jadi ibu, sebisa mungkin pantaulah keadaan anak dan segera ambil tindakan jika menemukan hal atau kondisi yang tidak biasa. 

Menurut data Unicef, 1 dari 3 anak di Indonesia pernah mengalami bullying, baik secara langsung maupun di dunia maya. 

Hal ini menunjukkan betapa pentingnya bagi orang tua untuk dapat mengenali tanda-tanda dan segera bertindak! C-A-T-A-T!

Tanda-Tanda Anak Mengalami Bullying

Pengalaman pribadiku, ketika Yasmin mulai mengalami bullying sejak SD, alhamdullillah aku langsung menyadarinya. 

Yasmin yang biasanya ceria dan banyak cerita sepulang sekolah terlihat murung.

Memang tidak semua anak menunjukkan tanda-tanda yang sama. 

Ada yang tiba-tiba jadi tidak mau berbicara banyak, menjadi lebih mudah marah, dan nilai-nilai sekolahnya mulai menurun. 

Berikut ini beberapa tanda dan mungkin bisa menjadi acuan bagi ibu-ibu lain:

  • Perubahan perilaku: Anak yang awalnya ceria bisa tiba-tiba menjadi murung, lebih suka mengurung diri, atau bahkan sering marah tanpa alasan jelas.
  • Penurunan prestasi akademik: Ketika anak mulai kehilangan minat belajar atau nilai-nilainya turun drastis, ini bisa menjadi salah satu tanda bahwa mereka mengalami stres akibat bullying.
  • Tanda-tanda fisik: Luka-luka kecil, baju yang rusak, atau barang-barang yang hilang bisa menjadi petunjuk bahwa anak sedang diintimidasi secara fisik.

Di kasus Yasmin, saat SMP bullying dilakukan secara terbuka di sekolah oleh kakak kelas dan squadnya secara verbal dan fisik. 

Sementara itu, saat di SMA, bullying verbal datang dari guru yang menyebar cerita bahwa Yasmin meski siswa berprestasi namun sombong!

Langkah Pertama: Mendengarkan Anak dengan Empati

Sebagai ibu, hal pertama yang harus dilakukan ketika mencurigai anak mengalami bullying adalah mendengarkan mereka dengan empati. 

Anak-anak sering kali enggan menceritakan pengalaman buruk mereka, terutama jika mereka merasa malu atau takut dihakimi. 

Berikut adalah cara aku saat Yasmin menceritakan mengalami bullying:

  • Ciptakan lingkungan yang aman untuk berbicara: Jangan menekan anak untuk bercerita, tapi biarkan mereka tahu bahwa Anda siap mendengar kapanpun mereka siap berbagi.
  • Bertanya dengan lembut: Aku sering mulai dengan pertanyaan ringan seperti, "Bagaimana harimu di sekolah?" atau "Ada yang membuatmu tidak nyaman?" tanpa langsung memaksa mereka untuk bercerita.
  • Dengarkan tanpa menghakimi: Saat anak akhirnya mulai bercerita, tahan diri untuk tidak langsung panik atau marah. Dengarkan dengan penuh perhatian dan empati!

Menurut psikolog anak, Dr. Seto Mulyadi, menciptakan ruang komunikasi yang nyaman adalah kunci untuk mendapatkan kepercayaan anak agar mau terbuka mengenai apa yang mereka alami! 

Studi Kasus: Bullying di Indonesia

Berdasarkan data dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), bullying di sekolah telah menjadi masalah serius di Indonesia. 

Setiap tahun, terdapat ribuan laporan terkait bullying yang diterima, baik secara fisik, verbal, maupun cyberbullying. 

Data menunjukkan bahwa korban bullying sering kali merasa terisolasi dan mengalami masalah kesehatan mental, seperti depresi dan kecemasan. Bahkan, beberapa kasus ekstrem berakhir dengan korban memilih untuk tidak melanjutkan sekolah atau, lebih buruk, bunuh diri.

Bullying yang terjadi di sekolah bisa berdampak jangka panjang. Anak yang sering mengalami bullying cenderung memiliki kepercayaan diri yang rendah dan kesulitan dalam berinteraksi sosial di kemudian hari. Inilah yang membuat peran orang tua menjadi sangat penting untuk segera bertindak.

Mengajarkan Anak Keterampilan Menghadapi Bullying

Aku sepenuhnya menyadari bahwa aku tidak bisa selalu ada untuk melindungi anakku, terutama saat dia berada di sekolah. 

Oleh karena itu, aku mulai mengajarkan keterampilan untuk menghadapi situasi bullying dengan lebih baik:

  • Berani berbicara: mengajarkan anakku untuk tidak diam dan melaporkan setiap tindakan bullying kepada guru atau orang dewasa yang dapat dipercaya.
  • Mengabaikan ejekan: Beberapa ejekan tidak perlu ditanggapi. Mengabaikan pelaku kadang bisa membuat mereka berhenti.
  • Berbicara dengan tegas: Menghadapi pelaku dengan tegas, namun tanpa kekerasan, juga merupakan cara yang kami latih bersama. Anakku belajar mengatakan "Cukup, jangan lakukan itu!" dengan sikap tegas.

Menurut psikolog Dr. Asep Wijaya, mengajarkan anak untuk bersikap asertif adalah salah satu cara paling efektif untuk mengurangi risiko menjadi korban bullying.

Melibatkan Guru dan Sekolah dalam Mengatasi Bullying

Setiap kali bullying terjadi, langkah yang aku ambil selalu melibatkan pihak sekolah! 

Penting untuk tidak hanya berbicara dengan guru kelas, tetapi juga pihak sekolah lainnya seperti kepala sekolah atau konselor jika perlu. 

Aku menyarankan ibu-ibu lain untuk:

  • Dokumentasikan setiap kejadian: Catat setiap insiden bullying yang dialami anak, termasuk siapa pelakunya, apa yang terjadi, dan bagaimana respons sekolah.
  • Berbicara dengan pihak sekolah: Bawa masalah ini ke perhatian kepala sekolah jika guru kelas tidak merespons dengan baik.

Jika upaya berbicara dengan sekolah tidak berhasil, pertimbangkan untuk melibatkan lembaga terkait seperti Dinas Pendidikan atau KPAI yang bisa membantu menangani masalah ini.

Kapan Harus Mencari Bantuan Profesional?

Jika bullying yang dialami anak sudah berlangsung lama dan mulai berdampak serius pada kesehatan mental atau fisiknya, pertimbangkan untuk mencari bantuan dari profesional, seperti psikolog atau konselor! 

Beberapa tanda bahwa anak mungkin membutuhkan bantuan profesional meliputi:

  • Kecemasan yang berlebihan: Anak terus menerus merasa cemas, takut, atau stres ketika harus pergi ke sekolah.
  • Gangguan tidur: Anak mengalami kesulitan tidur, sering mengalami mimpi buruk, atau bahkan insomnia.
  • Perubahan drastis dalam pola makan: Baik kehilangan nafsu makan atau makan berlebihan sebagai bentuk pelarian dari stres.

Konseling dapat membantu anak memproses trauma yang dialaminya dan memberikan strategi coping untuk menghadapi situasi sulit.

Kesimpulan: Jangan Pernah Menyerah!

Menghadapi bullying adalah perjalanan yang panjang dan penuh tantangan, tetapi jangan pernah menyerah! 

Peran ibu sangat penting dalam memberikan dukungan emosional dan menjadi advokat bagi anak. Setiap langkah yang Anda ambil, sekecil apapun, dapat membantu anak merasa lebih aman dan dicintai.

Pengalamanku menunjukkan bahwa komunikasi yang terbuka, tindakan tegas, melibatkan pihak sekolah, jadi ibu yang cerdas terus menerus upgrade ilmu dan literasi adalah kunci untuk mengatasi bullying bahkan anak bisa jadi resistent akan bullying lho. How cool is that

24 komentar:

  1. Wah Yasmin kini sudah sarjana dan jadi putri solehah yang berprestasi..Alhamdulillah. Selamat Mba Anna dan keluarga
    Memang menghadapi bullying ini peran ibu sangat penting dalam memberikan dukungan emosional dan menjadi advokat bagi anak. Sehingga mereka tak merasa sendiri dan kena mental ke depan nanti.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyes, Mak.
      Dukungan orang tua apalagi ibunda, merupakan peranan sangat penting, dan itu bisa dimulai dengan belajar A-Z tentang bullying!

      Hapus
  2. Masya Allah Yasmin sudah S1 kalau ga salah dulu zaman masih aktif di Facebook sering lihat masih usia SMP. Semoga anakku bisa sekolah hingga perguruan tinggi seperti Yasmin. Semoga tidak mengalami bullying di sekolahnya juga.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdullillah Mak Ria.
      Iya Yasmin punya titel baru juga, Simatupang!
      Hahaha.
      SIang MAlam Tunggu PANGgilan. Hahaha.

      Btw,
      Pelaku dan korban bullying ada contekannya Mak Ria.
      Makanya yuk kita belajar terus menerus literasi bullying!

      Hapus
  3. Yang tentang bahasa Inggris itu, jadi inget kejadian ma anak saya. Dia juga pernah dibully, tapi ketika SMP. Kan, SDnya di sekolah international jadi sehari-hari terbiasa berbahasa Inggris. Kemudian SMPnya masuk negeri.

    Mau gak mau dia masih suka campur-campur kalau ngomong. eh, malah dibully sama beberapa teman di sekolah. Dianggap sombong lah, sok inggris lah. Padahal anak saya kayak gitu karena terbiasa sejak kecil.

    Peran orangtua memang penting banget. Biar anak gak semakin terpuruk.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Setuju Chi.
      Menurut ahli memang anak yang berbeda dari kebanyakan misalnya kemampuan bilingual bahasa, rentan jadi korban bullying, karena mereka berbeda dari anak kebanyakan.

      Tugas kita sebagai orang tua, sangat penting untuk bisa mengatasinya!

      Hapus
  4. Iya nih masalah bullying sampai saat ini sulit untuk diatasi, butuh kepekaan kita sebagai orangtua sebagai pendeteksi utama saat anak mengalami masalah, terutama yang menyangkut lingkup pertemanan. Syukurlah kakak Yasmin sekarang sudah besar dan menjadi anak yang berprestasi. Semoga tidak ada lagi anak yang mengalami bullying atau menjadi pembully bagi teman lainnya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Berita buruknya nih, menurut data KPAI bullying dari satuan pendidikan paling tinggi.

      Bullying memang pekerjaan rumah bersama kita, orang tua, sekolah, kemendikbudristek serta stakeholder lainnya!

      Jadi memang perlu sinergi untuk melenyapkannya atau minimal membuat datanya semakin menurun!

      Hapus
  5. masalah bullying sama anak ini cukup membuat khawatir orangtua, termasuk aku, jadi memang harus melakukan beberapa hal termasuk beberapa tips yang sudah diinfokan pada artikel ini

    BalasHapus
  6. Iya mbak sebenernya karena mereka cemburu aja hihihi, untung Yasmin punya bunda yang pengertian nih jadi ada teman curhat.
    Miris ya kalau sampai ada pembulian dari guru semoga ke depannya gak ada lagi. Syukurlah kalau guru itu dimutasi semoga jera & gak mebgulangi perbuatannya

    BalasHapus
  7. Anakku yang pernah ngalamin bully di sekolah ini yang fatal si sulung deh. Sedih kalau ingat, sampai ada ortunya yang ngebelain anaknya yang pembully, sakit jiwa kayaknya. Dan memang ga mudah untuk bisa mengurai semua itu agar anak kita tidak trauma, Alhamdullilah anakku bertumbuh menjadi lebih tegar setelahnya. Cuma aku belum bisa lupain aja

    BalasHapus
  8. Masalah bullying ini masih jadi PR yang perlu mendapat perhatian dari semua kalangan, ya. Baik pemerintah, pengajar, dan orang tua harus bisa bersama-sama mengatasi masalah ini. Karena dampaknya bagi anak bisa berpengaruh di masa depannya.

    BalasHapus
  9. Masalah bulying akhir-akhir ini makin marak terutama di dunia pendidikan, bahkan tak jarang dilakukan oleh pendidik terhadap siswa. Sebagai orang tua kita harus waspada dan belajar bagaimana cara mengatasi bulying terhadap anak-anak. Terima kasih sharingnya kak.

    BalasHapus
  10. Yasmin dan ibunya, hebat dan kuat bgt. Emang siswa yg agak lain di kelas sering dijadikan sasaran pembully. Tapi skrg udah gak sedih lagi dong yasminnya?

    BalasHapus
  11. Gemes banget jika membaca kasus bullying, ya. Dan sayangnya masih ada guru yang abai dengan tindakan bully ini. Malah ada yang secara sadar atau tidak melakukannya juga. Saya sependapat jika kita sebagai orang tua harus pro aktif dalam mendeteksi adanya bullying pada anak kita dan berani speak up ke sekolah. Meski kadang sekolah juga tidak mengakui tetep harus diupayakan agar bully bisa hilang dari lingkungan anak-anak

    BalasHapus
  12. Nyesek banget sih baca Yasmin dirundung, apalagi kalau pelakunya guru ya waktu aku sekolah dulu malah guru yang biasanya merundung siswanya miris banget

    BalasHapus
  13. Perundungan ini sepertinya sudah ada sejak jaman belum maju, hingga sekarang udah smartphone ya. Cuma istilah bullyingnya aja yang tenar gegara ponsel itu juga. Maka seharusnya udah bukan jaman lagi sih ada perundungan, berarti gak maju² dong ygy

    BalasHapus
  14. Suka gedek sendiri lho saya kalau ada oknum guru yang suka merundung siswanya. Apalagi sampai melakukan tindakan dan mengatakan kalimat yang menyakitkan.

    Yasmin keren, bisa bertahan dg prestasi. Tentunya dukungan dari orang tua juga gak lepas gitu aja. Alhamdulillah ya, saat ini udah S1 jurusan hububgan Internasional.

    BalasHapus
  15. Iya ih, sedih dan gemas dengan banyaknya kasus bullying di Indonesia
    Mirisnya banyak terjadi di lembaga pendidikan
    Memang penting mengajari anak untuk bisa melawan perilaku bullying ini

    BalasHapus
  16. Duh, guru sampai jadi pembully itu beneran keterlaluan ya, untung akhirnya bisa disingkirkan ya, semoga disekolah baru ga berbuat hal sama

    BalasHapus
  17. Bullying harus diputus rntainya spya tidak menurun ke generasi berikutnya sebab anakyg terkena bullying biasanya akanmelampiasakan ke adik kelasnya gitu yg saya pernah tau

    BalasHapus
  18. Alhamdulillah, meskipun ananda Yasmin mengalami bullying, tapi senantiasa didampingi oleh support system yang positif dan selalu mau terbuka dengan kak Anna.
    Kadang korban bullying bisa jadi tambah depresi karena dipendam sendiri dan gatau kudu cerita ke siapa.

    Selamat atas kelulusannya, kaka Yasmin.
    MashAllaa~
    Barakallahu fiik~

    BalasHapus
  19. Anak saya alami bullying di kelas 3 sampai sekarang di kelas 4
    Nama ayahnya selalu jadi bahan untuk memanggil nama anak saya
    Pernah juga kakinya dijegal sehingga jatuh di depan tetapi alasannya bercanda
    Untungnya anak saya selalu cerita jadi saya tahu perkembangannya di sekolah

    BalasHapus
  20. Masya Allah, terimakasih tulisannya untuk menguatkan saya. Anak saya mengalami nya sampai kekerasan fisik dan mengakibatkan patah tulang. Beberapa catatan yang mba buat anak yng berbeda tetangga sekali, anak saya juara kelas dan kami setiap tahun berpindah sekolah karena tuntutan pekerjaan suami.

    BalasHapus

Holaaa...!
Terimakasih ya sudah berkunjung ke sini.
Mohon maaf komentar kudu dimoderasi sebelum dipublikasi.